20 Juta Wisman Bukan Target Sulit

Senin, 23 Maret 2015 - 11:19 WIB
20 Juta Wisman Bukan Target Sulit
20 Juta Wisman Bukan Target Sulit
A A A
PEMERINTAH telah menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak 20 juta wisman pada 2019.

Mandat ini menjadikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya lebih fokus dalam merancang program-program untuk mencapai target tersebut. Apa saja strategi mantan CEO Telkom itu? berikut petikan wawancaranya:

Sebagai pakar marketing, taktik apa yang Anda gunakan untuk promosi Indonesia?

Secara konsisten kita lakukan kegiatan PR-ing (kehumasan), advertising (periklanan), dan selling (penjualan). PR-ing itu kita kemukakan ide-ide atau strategi, misalnya saya membuat branding tentang Indonesia menggunakan bahasa China. Isinya murni informasi tentang apa yang pasar wisman China sukai dari Indonesia, tanpa ada unsur jualan sama sekali. Lalu, pas imlek kita tayangkan iklan tentang imlek. Itu advertising. Selanjutnya selling. Tiga hal ini tidak saya kaitkan tapi harus terkait dan dilakukan pada saat yang sama agar terjadi komunikasi pemasaran yang terintegrasi.

Bisa dijelaskan lebih jauh bagaimana implementasi dari strategi pemasaran tersebut?

Sederhana saja, saya pakai DOT yaitu destination, origin, dantime. Destination mengacu pada produk atau dalam hal ini daerah tujuan wisata. Fokus kita pada tiga area penyumbang kedatangan wisman terbanyak yaitu Bali (40%), Jakarta (30%), dan Batam (25%). Dari situ kita lahirkan konsep Great Bali, Great Jakarta, dan Great Batam. Terkait origin yaitu negara asal wisman.

Kita fokus di lima pasar utama yaitu Singapura, Malaysia, China, Australia, dan Jepang. Adapun time itu berkaitan dengan musim orang berwisata. Secara umum puncak musim wisata itu saat liburan sekolah dan akhir tahun, tapi tiap negara punya kekhususan. Contohnya di China itu musim liburannya lima kali dalam setahun.

Artinya pemasaran akan terfokus pada Bali, Jakarta, Batam, dan daerah sekitarnya?

Bali, Jakarta, dan Batam itu total menyumbang 90–95% kedatangan wisman ke Indonesia. Kalau orang bisnis, dia tahu bahwa dia harus fokus di situ. Saya juga orangnya simply fokus. Apalagi dengan dana promosi yang terbatas, kita harus cermat dan tepat mengalokasikannya.

Contohnya Great Bali ini mencakup Bali dan destinasi wisata lain di sekitarnya (greater Bali), misalnya Lombok dan Banyuwangi. Jadi di luar kita mempromosikan Banyuwangi atas nama Bali (Great Bali), sementara Banyuwangi sendiri tidak perlu berpromosi sampai ke Jerman misalnya.

Cukup taruh billboard iklan Banyuwangi di Bali karena di Bali sudah ada 3,7 juta wisman dan mereka tinggal menyeberang untuk ke Banyuwangi. Makanya, saya merekomendasikan pembangunan pelabuhan kecil (marina) di Nusa Tenggara Barat bagian barat dan Banyuwangi karena bisa mendatangkan banyak turis.

Lantas apa insentif yang diberikan untuk ketiga area tersebut?

Salah satunya bantuan anggaran promosi dari Kementerian Pariwisata masing- masing Rp100 miliar. Tapi, nanti dalam berpromosi tiga daerah itu harus mengikutsertakan atau menyebut juga destinasi lain di daerah sekitarnya. Misalnya Batam harus juga mempromosikan Bintan. Jakarta juga ikut mempromosikan kawasan Puncak hingga Tanjung Lesung. Tahun ini saya targetkan 4 juta wisman masuk Bali, 3 juta wisman untuk Jakarta, dan 2,5 juta wisman untuk Batam. Itu mudah, apalagi Batam itu paling mudah di dunia.

Anda tidak khawatir daerah lainnya akan iri?

Prinsipnya harus fokus. Di sini kita harus memilih destinasi yang bagus dalam hal 3A (attractiveness, amenities, access). Bukannya tidak adil, tapi harus realistis. Kalau kita menginginkan semuanya, kita tidak akan dapat semuanya. Lebih baik saya tidak populer beberapa bulan atau setahun daripada saya inginkan semuanya lalu saya gagal semuanya. Tapi, sekali saya berhasil di tiga great itu, semua orang akan lihat.

Selain tiga great tadi, kabarnya total ada 10 great?

Total kita punya 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), tapi saya peras menjadi 10 great tadi yaitu Bali, Jakarta, Batam, Sumatera, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku/Papua. Sebagai catatan, Thailand sudah bertahuntahun mempromosikan wisatanya dan fokusnya hanya tiga yaitu Bangkok, Puket, dan Pattaya. Tiga itu saja yang dia jual, lainnya dianggap great atau greater (di sekitarnya). Mereka berhasil mendatangkan 25 juta wisman di 2014.

Tahun ini dana promosi pariwisata naik menjadi Rp1,3 triliun. Pengalokasiannya?

Saya pernah mengemukakan permintaan peningkatan anggaran promosi pariwisata ke Presiden. Bayangkan, Malaysia saja tahun lalu anggaran promosi wisatanya Rp3,6 triliun, sementara kita waktu itu Rp300 miliar atau sepersepuluhnya. Ini enggak masuk akal. Makanya, saya minta minimal Rp1 triliun.

Presiden Jokowi telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector. Apa keuntungannya?

Seluruh kementerian/lembaga harus memberikan dukungan ke pariwisata sebagai sektor unggulan. Jadi kalau ada satu daerah ditetapkan sebagai KSPN, instansi terkait misalnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus membantu pembangunan jalan meskipun di wilayah itu bukan termasuk jalan nasional. Kita semua tahu bahwa kelemahan destinasi pariwisata kita itu dalam hal akses dan itu kewenangannya ada di kementerian/lembaga lain. Saya yakin pembangunan infrastruktur dasar akan men-drive bisnis.

Target wisman tahun ini masih simpang siur, 10 juta atau 12 juta?

12 juta. Kalau enggak ditetapkan segitu semangatnya kurang dan malu kita sebagai negara. Malaysia tahun lalu bisa menarik 26,4 juta wisman. Padahal mereka enggak punya apa-apa, daya tariknya kalah jauh dari kita. Kita harus salip mereka. Saya rasa keberhasilan kita mencapai 915.334 wisman pada Desember 2014 bisa menjadi indikasi bahwa tahun ini kita akan dapat mewujudkan kunjungan 1 juta wisman per bulan.

Untuk target 20 juta wisman juga saya berharap bisa tercapai dalam waktu kurang dari lima tahun. Enggak ada yang saya kejar kecuali kepuasan saya mencapainya.

Inda susanti
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7739 seconds (0.1#10.140)