Pariwisata Pedesaan Penting Dikembangkan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memandang pengembangan pariwisata pedesaan patut diberdayakan. Pasalnya, negara lain yang fokus melakukan itu berefek positif pada perubahan sosial, masyarakat, dan kelembagaan desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar mencontohkan negara seperti India, Uganda, dan Ceko sudah mempraktikkan pariwisata pedesaan di negaranya masing-masing. Menurut dia, ketiganya sudah berhasil mengembangkan pariwisata dari pedesaan yang dampaknya sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Menurut dia, konsep ini juga sesuai dengan prinsip Nawacita yakni membangun Indonesia dari pinggiran. “Kami melihat pengalaman ketiga negara ini dalam mengembangkan pariwisata di pedesaan berpengaruh terhadap perubahan kelembagaan, sosial dan individu masyarakat desa, “ katanya di kantor Kemendes PDTT kemarin.
Politikus PKB ini menyebutkan ada tiga alasan penting mengapa pariwisata pedesaan mesti diperkuat. Pertama , pariwisata pedesaan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang dikelola dalam bentuk usaha pariwisata.
Kedua , fakta bahwa pariwisata pedesaan bisa mencakup berbagai jenis dan bentuk usaha, dari skala kecil sampai besar dan informal hingga yang formal. Sementara alasan ketiga adalah karakteristik pariwisata pedesaan selalu melibatkan usaha-usaha yang dikelola oleh masyarakat setempat.
Dimulai dari penyediaan akomodasi, atraksi, hingga fasilitas transportasi. Dampaknya adalah pariwisata pedesaan menjadi salah satu media yang mampu mengalihkan atau mendistribusikan peluang ekonomi dari daerah perkotaan ke pedesaan.” Transfer peluang dan sumber daya ekonomi ini penting mengingat pedesaan masih terperangkap oleh keterbatasan infrastruktur dan akses yang terbatas terhadap jasa-jasa penting,” ujarnya.
Marwan menyatakan pihaknya sedang menggagas kerja sama dengan pemerintah Taiwan melalui Taipei Economic and Trade Officer (TETO) untuk pengembangan pedesaan. Menurut Marwan, hubungan antara Indonesia dan Taiwan semakin baik sejak didirikannya perwakilan TETO di Jakarta pada 1989 lalu.
Pasalnya, kehadiran TETO yang merupakan tangan kanan pemerintah Taiwan telah berhasil membangun kerja sama kedua negara berkembang di berbagai sektor pariwisata, perdagangan, investasi, tenaga kerja, pendidikan, dan budaya.
Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) Janianto Damanik mengungkapkan, pengembangan pariwisata pedesaan sebenarnya sudah ada sejak 2009. Oleh karena itu, wacana yang dikeluarkan Mendes Marwan Jafar masih generik dalam arti belum ada strategi dan terobosan baru yang digaungkan.
Dia menyatakan pada 2009 lalu itu pariwisata pedesaan dikembangkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jika sekarang program itu akan diambil alih Kemendes PDTT, dia berharap ada skema baru karena pariwisata pedesaan masih jalan di tempat.
Neneng zubaidah
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar mencontohkan negara seperti India, Uganda, dan Ceko sudah mempraktikkan pariwisata pedesaan di negaranya masing-masing. Menurut dia, ketiganya sudah berhasil mengembangkan pariwisata dari pedesaan yang dampaknya sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Menurut dia, konsep ini juga sesuai dengan prinsip Nawacita yakni membangun Indonesia dari pinggiran. “Kami melihat pengalaman ketiga negara ini dalam mengembangkan pariwisata di pedesaan berpengaruh terhadap perubahan kelembagaan, sosial dan individu masyarakat desa, “ katanya di kantor Kemendes PDTT kemarin.
Politikus PKB ini menyebutkan ada tiga alasan penting mengapa pariwisata pedesaan mesti diperkuat. Pertama , pariwisata pedesaan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang dikelola dalam bentuk usaha pariwisata.
Kedua , fakta bahwa pariwisata pedesaan bisa mencakup berbagai jenis dan bentuk usaha, dari skala kecil sampai besar dan informal hingga yang formal. Sementara alasan ketiga adalah karakteristik pariwisata pedesaan selalu melibatkan usaha-usaha yang dikelola oleh masyarakat setempat.
Dimulai dari penyediaan akomodasi, atraksi, hingga fasilitas transportasi. Dampaknya adalah pariwisata pedesaan menjadi salah satu media yang mampu mengalihkan atau mendistribusikan peluang ekonomi dari daerah perkotaan ke pedesaan.” Transfer peluang dan sumber daya ekonomi ini penting mengingat pedesaan masih terperangkap oleh keterbatasan infrastruktur dan akses yang terbatas terhadap jasa-jasa penting,” ujarnya.
Marwan menyatakan pihaknya sedang menggagas kerja sama dengan pemerintah Taiwan melalui Taipei Economic and Trade Officer (TETO) untuk pengembangan pedesaan. Menurut Marwan, hubungan antara Indonesia dan Taiwan semakin baik sejak didirikannya perwakilan TETO di Jakarta pada 1989 lalu.
Pasalnya, kehadiran TETO yang merupakan tangan kanan pemerintah Taiwan telah berhasil membangun kerja sama kedua negara berkembang di berbagai sektor pariwisata, perdagangan, investasi, tenaga kerja, pendidikan, dan budaya.
Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) Janianto Damanik mengungkapkan, pengembangan pariwisata pedesaan sebenarnya sudah ada sejak 2009. Oleh karena itu, wacana yang dikeluarkan Mendes Marwan Jafar masih generik dalam arti belum ada strategi dan terobosan baru yang digaungkan.
Dia menyatakan pada 2009 lalu itu pariwisata pedesaan dikembangkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jika sekarang program itu akan diambil alih Kemendes PDTT, dia berharap ada skema baru karena pariwisata pedesaan masih jalan di tempat.
Neneng zubaidah
(ftr)