Gengsi Petani Layaknya Farmer
A
A
A
Pada dasarnya kedua kata tersebut tidak memiliki perbedaan yang berarti karena petani adalah seseorang yang bekerja di sawah, sedangkan farmer merupakan bahasa Inggris dari petani.
Jika kita tawarkan kepada anak-anak muda, berapa banyak yang sekiranya tertarik untuk menjadi petani? mungkin hanya segelintir anak muda yang mau bergelut di dunia pertanian tersebut. Sejak dahulu, Indonesia menggambarkan sosok petani dengan seseorang yang tua renta dengan pakaian lusuh dan membawa cangkul.
Gambaran farmer di luar negeri selalu digambarkan dengan profesi yang keren dan memberikan jaminan terhadap kemakmuran. Beberapa film buatan Amerika yang menggambarkan kehidupan petani jagung di Amerika, selalu digambarkan dengan alat-alat pertanian modern dan memiliki rumah-rumahyang luas dan bagus.
Sementara keadaan pertanian di Indonesia masih jauh dari sentuhan teknologi, yang mungkin membuat gengsi profesi petani tidak lagi diminati oleh anak muda. Biro Pusat Statistik 2013 menyebutkan bahwa sekitar 20,4 juta orang terlibat dalam pertanian pangan, di mana hal ini seharusnya menjadi potensi.
Dan dari jumlah penduduk miskin Indonesia yang 28,07 juta, hampir separuhnya adalah mereka yang bekerja sebagai petani miskin, yaitu sekitar 13 juta orang. Profesi petani di sini memang sangat jauh dari kemakmuran sehingga membuat profesi petani sama sekali tidak menarik bagi anak muda.
Padahal, peran generasi muda dalam mengembangkan sektor pertanian Indonesia sangatlah dibutuhkan. Maka perlu bagi pemerintah untuk menaikkan gengsi petani Indonesia melalui dukungan sumber daya terhadap sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia mengalami tren penuaan dan menjadi ancaman bagi dunia pertanian di Indonesia.
Tidak ada pertanian, negara akan goyah. Ketahanan pangan sangat penting bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Perlu rasanya ada upaya untuk menaikkan gengsi petani layaknya profesi farmer di negara lain. Diperlukan upaya pemerintah untuk memfasilitasi sumber daya dan pendekatan teknologi dalam industri pertanian.
Selain itu, perlu adanya jaminan kesejahteraan bagi petani yang gagal panen sehingga para petani tidak perlu takut mengalami kerugian parah. Dan tidak kalah penting, dibutuhkan upaya dari media untuk kembali merekonstruksi gambaran mengenai profesi petani di Indonesia.
Dengan tidak lagi menggambarkan petani sebagai seseorang yang berpakaian lusuh dan membawa cangkul, bisa membuat generasi muda tertarik pada industri pertanian. Dan jika sosok petani di dalam buku anak-anak digambarkan dengan alat-alat pertanian canggih, mungkin hal tersebut bisa membuat anak-anak kecil memiliki citacita sebagai petani.
Ririe Rachmania
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)Universitas Airlangga Surabaya
Jika kita tawarkan kepada anak-anak muda, berapa banyak yang sekiranya tertarik untuk menjadi petani? mungkin hanya segelintir anak muda yang mau bergelut di dunia pertanian tersebut. Sejak dahulu, Indonesia menggambarkan sosok petani dengan seseorang yang tua renta dengan pakaian lusuh dan membawa cangkul.
Gambaran farmer di luar negeri selalu digambarkan dengan profesi yang keren dan memberikan jaminan terhadap kemakmuran. Beberapa film buatan Amerika yang menggambarkan kehidupan petani jagung di Amerika, selalu digambarkan dengan alat-alat pertanian modern dan memiliki rumah-rumahyang luas dan bagus.
Sementara keadaan pertanian di Indonesia masih jauh dari sentuhan teknologi, yang mungkin membuat gengsi profesi petani tidak lagi diminati oleh anak muda. Biro Pusat Statistik 2013 menyebutkan bahwa sekitar 20,4 juta orang terlibat dalam pertanian pangan, di mana hal ini seharusnya menjadi potensi.
Dan dari jumlah penduduk miskin Indonesia yang 28,07 juta, hampir separuhnya adalah mereka yang bekerja sebagai petani miskin, yaitu sekitar 13 juta orang. Profesi petani di sini memang sangat jauh dari kemakmuran sehingga membuat profesi petani sama sekali tidak menarik bagi anak muda.
Padahal, peran generasi muda dalam mengembangkan sektor pertanian Indonesia sangatlah dibutuhkan. Maka perlu bagi pemerintah untuk menaikkan gengsi petani Indonesia melalui dukungan sumber daya terhadap sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia mengalami tren penuaan dan menjadi ancaman bagi dunia pertanian di Indonesia.
Tidak ada pertanian, negara akan goyah. Ketahanan pangan sangat penting bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Perlu rasanya ada upaya untuk menaikkan gengsi petani layaknya profesi farmer di negara lain. Diperlukan upaya pemerintah untuk memfasilitasi sumber daya dan pendekatan teknologi dalam industri pertanian.
Selain itu, perlu adanya jaminan kesejahteraan bagi petani yang gagal panen sehingga para petani tidak perlu takut mengalami kerugian parah. Dan tidak kalah penting, dibutuhkan upaya dari media untuk kembali merekonstruksi gambaran mengenai profesi petani di Indonesia.
Dengan tidak lagi menggambarkan petani sebagai seseorang yang berpakaian lusuh dan membawa cangkul, bisa membuat generasi muda tertarik pada industri pertanian. Dan jika sosok petani di dalam buku anak-anak digambarkan dengan alat-alat pertanian canggih, mungkin hal tersebut bisa membuat anak-anak kecil memiliki citacita sebagai petani.
Ririe Rachmania
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)Universitas Airlangga Surabaya
(ftr)