Antara Agraris atau Maritim
A
A
A
Dalam pidatonya pada National Maritime Convention tahun 1963, Ir Soekarno mengatakan bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan national building bagi negara Indonesia, maka negara harus dapat menguasai lautan.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa presiden Indonesia telah mengarahkan perhatiannya kepada sisi bahari bangsa. Hal ini dapat bertalian erat apabila dihubungkan dengan sejarah Indonesia di masa lalu. Di masa kejayaan dua kerajaan besar Indonesia, yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram, sesuai dengan bukti sejarah bahwa keduanya berorientasi pada dunia maritim.
Seiring berjalannya waktu, semua kemudian berubah bahwa kemudian Indonesia berganti menjadi sebuah negara continental oriented . Perubahan ini bisa diindikasikan pada tiga faktor penyebab, antara lain: seruan kerajaan (salah satunya Mataram Islam) kepada penduduknya untuk menjauhi laut dan beralih ke darat, seruan Belanda untuk melakukan wajib tanam paksa bagi penduduk pribumi, dan propaganda yang banyak dilakukan semasa Orde Baru yang mendoktrin bahwa Indonesia merupakan negara agraris.
Dari sini dapat diketahui mengapa Indonesia berubah haluan dari negara maritim menjadi negara agraris. Sebagai negara yang menyandang predikat sebagai negara agraris, terdapat suatu pertanyaan apakah sebutan tersebut layak disandang oleh Indonesia. Pasalnya, menjadi hal yang sangat dilematis ketika sebagai negara agraris, Indonesia mengimpor sebagian hasil pertaniannya.
Dengan keadaan ini tentunya akan berimbas pada sisi ekonomi Indonesia, dengan hasil impor maka harga yang dipasarkan kemudian menjadi tinggi dan cukup membuat masyarakat berada dalam kesulitan dalam mendapatkan hasil pertanian. Dari 1.992.570 kilometer luas daratan di Indonesia, lahan pertanian tidak sampai menyentuh setengah dari luas daratan tersebut.
Dari tahun ke tahun, Indonesia jumlah tersebut terus berkurang. Ironisnya, hampir sebagian masyarakat Indonesia saat ini menjadi tidak berorientasi pada dunia pertanian. Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan manusia menjadi enggan untuk mengurus tanah. Pekerjaan sebagai petani dianggap pekerjaan rendahan yang tidak memiliki derajat tinggi.
Berangkat dari beberapa realita tersebut, Indonesia sebagai negara maritim yang jaya di masa lalu kemudian berubah menjadi negara yang lebih berorientasi pada sisi agraris, kini mulai juga mengalami pergeseran ke arah yang kurang jelas. Indonesia sebagai negara agraris ataukah negara maritim.
Nesia Qurrota A’yuni
Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah; Kepala Departemen Penulisan Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Universitas Indonesia
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa presiden Indonesia telah mengarahkan perhatiannya kepada sisi bahari bangsa. Hal ini dapat bertalian erat apabila dihubungkan dengan sejarah Indonesia di masa lalu. Di masa kejayaan dua kerajaan besar Indonesia, yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram, sesuai dengan bukti sejarah bahwa keduanya berorientasi pada dunia maritim.
Seiring berjalannya waktu, semua kemudian berubah bahwa kemudian Indonesia berganti menjadi sebuah negara continental oriented . Perubahan ini bisa diindikasikan pada tiga faktor penyebab, antara lain: seruan kerajaan (salah satunya Mataram Islam) kepada penduduknya untuk menjauhi laut dan beralih ke darat, seruan Belanda untuk melakukan wajib tanam paksa bagi penduduk pribumi, dan propaganda yang banyak dilakukan semasa Orde Baru yang mendoktrin bahwa Indonesia merupakan negara agraris.
Dari sini dapat diketahui mengapa Indonesia berubah haluan dari negara maritim menjadi negara agraris. Sebagai negara yang menyandang predikat sebagai negara agraris, terdapat suatu pertanyaan apakah sebutan tersebut layak disandang oleh Indonesia. Pasalnya, menjadi hal yang sangat dilematis ketika sebagai negara agraris, Indonesia mengimpor sebagian hasil pertaniannya.
Dengan keadaan ini tentunya akan berimbas pada sisi ekonomi Indonesia, dengan hasil impor maka harga yang dipasarkan kemudian menjadi tinggi dan cukup membuat masyarakat berada dalam kesulitan dalam mendapatkan hasil pertanian. Dari 1.992.570 kilometer luas daratan di Indonesia, lahan pertanian tidak sampai menyentuh setengah dari luas daratan tersebut.
Dari tahun ke tahun, Indonesia jumlah tersebut terus berkurang. Ironisnya, hampir sebagian masyarakat Indonesia saat ini menjadi tidak berorientasi pada dunia pertanian. Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan manusia menjadi enggan untuk mengurus tanah. Pekerjaan sebagai petani dianggap pekerjaan rendahan yang tidak memiliki derajat tinggi.
Berangkat dari beberapa realita tersebut, Indonesia sebagai negara maritim yang jaya di masa lalu kemudian berubah menjadi negara yang lebih berorientasi pada sisi agraris, kini mulai juga mengalami pergeseran ke arah yang kurang jelas. Indonesia sebagai negara agraris ataukah negara maritim.
Nesia Qurrota A’yuni
Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah; Kepala Departemen Penulisan Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Universitas Indonesia
(ftr)