Berbagi Inspirasi dengan Mengajar
A
A
A
Mungkin banyak yang belum familier dengan kata GUIM. GUIMadalah Gerakan Universitas Indonesia (UI) Mengajar. Acara tahunan yang memasuki angkatan keempat ini merupakan aksi mahasiswa UI untuk terlibat dalam kegiatan mengajar di bidang akademik dan nonakademik dengan menerapkan metode mengajar kreatif.
Bertempat di Annex Gedung Balairung, Kampus UI Depok, para mahasiswa UI selaku panitia dan pengajar menggelar Grand Closing GUIM 4 yang terdiri atas empat rangkaian acara, yakni konferensi, stan media pembelajaran, pameran foto, dan peluncuran buku GUIM 4.
“Kami ingin menginspirasi mahasiswa dalam mengabdi kepada masyarakat, khususnya di bidang pendidikan,” tutur Subahagia Rendy Warman, Ketua Pelaksana UI Mengajar. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI Andi Aulia berpendapat serupa.
Menurutnya, mahasiswa harus dapat membangun jembatan pengabdian terhadap masyarakat. Tahun ini UI Mengajar melakukan kegiatan mengajar di Jampang Kulon, Sukabumi, setelah sebelumnya GUIM 1 dilakukan di Garut, GUIM 2 di Pandeglang, dan GUIM 3 di Indramayu.
Lalu, apa yang berbeda daripada tahun sebelumnya? Menurut Rendy, jika pada GUIM angkatan sebelumnya, pascaaksi ditutup dengan diskusi internal dan pameran foto saja, maka pada GUIM 4 ini diadakan konferensi yang mengundang para mahasiswa dari 19 universitas lain di Indonesia yang juga tergabung dalam kegiatan mengajar di kampus masing-masing.
Sejumlah kampus tersebut, di antaranya Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi 10 November, Universitas Soedirman, Universitas Brawijaya, Universitas Sriwijaya, dan masih banyak lagi.
Dibuka oleh Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, konferensi dilakukan sebagai tempat berbagi pengalaman serta pemikiran masing-masing universitas demi membentuk gerakan mengajar yang lebih baik. Suasana konferensi begitu hidup karena para mahasiswa antusias dalam menceritakan pengalaman, kendala, dan aksi mengajar mereka.
Acara yang digelar pada 7 Maret 2015 silam ini tidak hanya menghadirkan pengajar UI Mengajar. Mengangkat tema “Ini Aksiku, Mana Aksimu?”, hadir pula Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan dan Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar, juga Hikmat Hardono selaku Excecutive Director Indonesia Mengajar sebagai pembicara.
Hikmat Hardono mengatakan bahwa rekrutmen pengajar harus dilakukan dengan tepat agar dapat mengajar dengan baik. Adapun Anies menyampaikan bagaimana pendidikan dan pengalaman beliau hingga seperti sekarang ini.
“Kenapa menggunakan kata mengajar? Karena itu adalah label yang paling sederhana, tapi tugasnya dua level lebih tinggi. Selain mengajar, juga mendidik dan menginspirasi,” katanya.
Mengakhiri sesi, Anies mengatakan bahwa kita harus datang mengajar dengan sepenuh hati dan harus tetap menjaga semangat mendidik dan mengajar dalam diri masing-masing.
TIFFANY DIAHNISA
Bertempat di Annex Gedung Balairung, Kampus UI Depok, para mahasiswa UI selaku panitia dan pengajar menggelar Grand Closing GUIM 4 yang terdiri atas empat rangkaian acara, yakni konferensi, stan media pembelajaran, pameran foto, dan peluncuran buku GUIM 4.
“Kami ingin menginspirasi mahasiswa dalam mengabdi kepada masyarakat, khususnya di bidang pendidikan,” tutur Subahagia Rendy Warman, Ketua Pelaksana UI Mengajar. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI Andi Aulia berpendapat serupa.
Menurutnya, mahasiswa harus dapat membangun jembatan pengabdian terhadap masyarakat. Tahun ini UI Mengajar melakukan kegiatan mengajar di Jampang Kulon, Sukabumi, setelah sebelumnya GUIM 1 dilakukan di Garut, GUIM 2 di Pandeglang, dan GUIM 3 di Indramayu.
Lalu, apa yang berbeda daripada tahun sebelumnya? Menurut Rendy, jika pada GUIM angkatan sebelumnya, pascaaksi ditutup dengan diskusi internal dan pameran foto saja, maka pada GUIM 4 ini diadakan konferensi yang mengundang para mahasiswa dari 19 universitas lain di Indonesia yang juga tergabung dalam kegiatan mengajar di kampus masing-masing.
Sejumlah kampus tersebut, di antaranya Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi 10 November, Universitas Soedirman, Universitas Brawijaya, Universitas Sriwijaya, dan masih banyak lagi.
Dibuka oleh Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, konferensi dilakukan sebagai tempat berbagi pengalaman serta pemikiran masing-masing universitas demi membentuk gerakan mengajar yang lebih baik. Suasana konferensi begitu hidup karena para mahasiswa antusias dalam menceritakan pengalaman, kendala, dan aksi mengajar mereka.
Acara yang digelar pada 7 Maret 2015 silam ini tidak hanya menghadirkan pengajar UI Mengajar. Mengangkat tema “Ini Aksiku, Mana Aksimu?”, hadir pula Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan dan Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar, juga Hikmat Hardono selaku Excecutive Director Indonesia Mengajar sebagai pembicara.
Hikmat Hardono mengatakan bahwa rekrutmen pengajar harus dilakukan dengan tepat agar dapat mengajar dengan baik. Adapun Anies menyampaikan bagaimana pendidikan dan pengalaman beliau hingga seperti sekarang ini.
“Kenapa menggunakan kata mengajar? Karena itu adalah label yang paling sederhana, tapi tugasnya dua level lebih tinggi. Selain mengajar, juga mendidik dan menginspirasi,” katanya.
Mengakhiri sesi, Anies mengatakan bahwa kita harus datang mengajar dengan sepenuh hati dan harus tetap menjaga semangat mendidik dan mengajar dalam diri masing-masing.
TIFFANY DIAHNISA
(bbg)