Saya Pasrah dan Ingin Anak-Anak Normal

Jum'at, 13 Maret 2015 - 10:48 WIB
Saya Pasrah dan Ingin Anak-Anak Normal
Saya Pasrah dan Ingin Anak-Anak Normal
A A A
Toriqin, 43, asal Desa Sukasari 1, Kecamatan Bumijaya, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, hanya bisa pasrah menerima keadaan anak-anaknya yang mengalami kelainan kelamin. Empat dari enam anaknya tak tumbuh normal seperti yang anak seusianya.

Saat ditemui KORAN SINDO , kemarin Toriqin sedang menggendong salah satu anaknya sembari menunggu pemeriksaan di Laboratorium Sentral RS Nasional Diponegoro, Semarang. “Saya pasrah dan ingin anak-anak normal. Jika laki-laki, menjadi laki-laki seutuhnya seperti tidak punya payudara. Kalau perempuan, ya perempuan seutuhnya tidak tumbuh jenggot dan suara tidak besar,” ungkap pria yang sehari-hari kuli bangunan ini.

Adalah Siti Damayanti, 19, Zakaria, 12, Tofan Al Hafid, 4, dan Nurul Iman, 2, sedang dan sudah menjalani rangkaian pemeriksaan oleh Tim Penyesuaian Kelamin. Toriqin mengakui, kelainan kelamin sudah terlihat sejak bayi lahir. Dia bersama sang istri, Seni, 38, bingung melihat bentuk alat vital anak-anaknya. Seiring pertumbuhan yang mengarah kepada seorang lakilaki, diperlakukan juga seperti seorang laki-laki.

“Saya bingung, tapi tidak tahu kok begini. Ini akta tertulisnya juga belum ada semua, baru Siti dan Zakaria. Saat lahir ragu dengan bentuk kelaminnya,” katanya. Keinginan memeriksakan anak-anaknya tercetus saat mengetahui keponakannya dibawa ke RSUP Dr Kariadi dengan kerancuan serupa. Anak pertama, Siti Damayanti, sudah terlebih dahulu diperiksa pada 2012 dan rutin menjalani pengobatan hingga kini.

“Hari ini (kemarin) hanya tiga anak, Zakaria, Tofan Al Hafid, dan Nurul Iman, yang dibawa ke sini guna menjalani pemeriksaan awal,” katanya. Dalam pemeriksaan ini dua anak lainnya, yaitu Alqiah dan Ikhlas Suniah, turut diperiksa DNA. Kedua anak perempuan ini tumbuh normal sebagai perempuan.

Toriqin mengungkapkan, perilaku anakanaknya tidak jauh berbeda dengan anak seusianya. Mereka tidak mengalami keluhan fisik yang harus mengadu kepada orang tua. Namun, dia melihat ada perasaan minder sehingga anak-anaknya lebih suka bermain di lingkungan rumah. Toriqin mengungkapkan, semua biaya pemeriksaan ditanggung Jamkesmas.

Namun, perjalanan dari Tegal-Semarang membutuhkan biaya tidak sedikit. Selama ini perjalanan bolak-balik didapatkan dari donatur yang ingin meringankan beban keluarganya. “Gaji hanya dari saya, ibu hanya momong anakanak,” tegasnya. Dari pemeriksaan awal, ketiga anaknya memiliki kromosom perempuan. Namun, mereka sampai saat ini tumbuh sebagai laki-laki.

Ketua Tim Penyesuaian Kelamin RSUP dr Kariadi/Fakultas Kedokteran Undip Sultana MH Faradz mengungkapkan, observasi awal ketiga anak mengalami congenital adrenal hyperplasia (CAH), yakni kelebihan hormon androgen (laki-laki). Hal ini menyebabkan pendangkalan vagina dan pembesaran klitoris sehingga menyerupai alat kelamin lakilaki.

Selain itu, tumbuh jambang, jakun, kulit menghitam dan kasar. “Ada kerancuan kelamin. Secara gender, mereka laki-laki. Tetapi secara genetik, perempuan. Dari hasil pemeriksaan, kromosomnya XX atau perempuan,” katanya.

Hendrati Hapsari
Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8172 seconds (0.1#10.140)