Sebanyak 617 IRT Medan Terjangkit HIV/AIDS
A
A
A
MEDAN - Penderita HIV/AIDS dari kalangan ibu rumah tangga (IRT) di Kota Medan, Sumatera Utara terus meningkat. Jika pada 2012 hanya 395 kasus, kini meningkat signifikan menjadi 617 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Medan Usma Polita Nasution menuturkan, infeksi HIV/AIDS pada perempuan cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, diperlukan berbagai upaya mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularanHIVdariibuhamilkebayi. “Salah satu pencegahannya, yakni melalui program pencegahan penularan dari ibu ke anak atau dikenal dengan PMTCT (prevention mother to child transmission ), karena ibu rumah tangga ini banyak tertular dari suaminya,” ujar Usma kemarin.
Menurut dia, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dikurangi dari 25-45% menjadi 2% jika dilakukan pemberian obat ARV saat kehamilan dan persalinan. Kemudian dilakukan operasi seksio sesarea dan pemberian susu formula pada bayi yang dilahirkan. Karena itu, deteksi dini pada ibu hamil melalui voluntary conseling and testing (VCT) sangat penting artinya.
“Jika setelah dikonseling benar positif, nantinya petugas VCT akan memberi pengetahuan kepada ibu hamil mengenai cara pencegahan agar tidak tertular ke bayi yang dikandungnya,” jelas Usma. Usma menyebutkan, sejak 2006 hingga 2014, jumlah pengidap HIV/AIDS didominasi para wiraswastawan. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 1.862 kasus dari 4.481 kasus di Kota Medan.
Peringkat kedua dengan jumlah 1.011 kasus tidak menyebut identitas pekerjaan ataupun profesi. Sementara di peringkat ketiga ditempati para ibu rumah tangga dengan jumlah 617 kasus. Lalu menyusul karyawan 348 kasus, narapidana 202 kasus, pekerja seks komersial (PSK) 179 kasus, PNS/Polri 166 kasus, serta mahasiswa dan pelajar 96 kasus.
Untuk pengidap berdasarkan kategori usia, penyakit yang disebabkan seks tidak sehat dan gonta-ganti pasangan homoseksual/ biseksual/heteroseksu al), IDUs, transfusi darah, dan lainnya, itu didominasi usia 25 hingga 34 tahun sebanyak 2.474 orang. Disusul usia 35-44 tahun 875 orang, usia 16-24 tahun 662 orang, 45 tahun ke atas 377 orang, dan usia 15 tahun 93 orang.
“Jika berdasarkan jenis kelamin, penderita HIV/AIDS paling banyak adalah pria dengan 3.357 kasus, sementara perempuan 1.124 kasus. Dari jumlah ini, 1.024 kasus meninggal,” tukas dia. Ketua Medan Plus, LSM peduli HIV/AIDS Eban Totonta Kaban membenarkan bahwa peningkatan jumlah penderita IRT untuk HIV/AIDS.
Menurutnya, kebanyakan virus berasal dari suami yang suka “jajan” alias tidak setia kepada istrinya. Untuk itu, solusi terbaik pencegahan pengidap HIV/AIDS berpegang pada agama. “Selain itu, suami yang berisiko tinggi sebaiknya mengikuti konseling tes,” tuturnya.
Dalam penanggulangan HIV/AIDS, Eban juga berharap pemerintah bisa meningkatkan komitmen dalam pemberian anggaran. Hal ini mengingat program bantuan penanggulangan HIV/AIDS dari luar negeri, khususnya Global Fun, akan berakhir 2015.
Siti amelia
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Medan Usma Polita Nasution menuturkan, infeksi HIV/AIDS pada perempuan cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, diperlukan berbagai upaya mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularanHIVdariibuhamilkebayi. “Salah satu pencegahannya, yakni melalui program pencegahan penularan dari ibu ke anak atau dikenal dengan PMTCT (prevention mother to child transmission ), karena ibu rumah tangga ini banyak tertular dari suaminya,” ujar Usma kemarin.
Menurut dia, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dikurangi dari 25-45% menjadi 2% jika dilakukan pemberian obat ARV saat kehamilan dan persalinan. Kemudian dilakukan operasi seksio sesarea dan pemberian susu formula pada bayi yang dilahirkan. Karena itu, deteksi dini pada ibu hamil melalui voluntary conseling and testing (VCT) sangat penting artinya.
“Jika setelah dikonseling benar positif, nantinya petugas VCT akan memberi pengetahuan kepada ibu hamil mengenai cara pencegahan agar tidak tertular ke bayi yang dikandungnya,” jelas Usma. Usma menyebutkan, sejak 2006 hingga 2014, jumlah pengidap HIV/AIDS didominasi para wiraswastawan. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 1.862 kasus dari 4.481 kasus di Kota Medan.
Peringkat kedua dengan jumlah 1.011 kasus tidak menyebut identitas pekerjaan ataupun profesi. Sementara di peringkat ketiga ditempati para ibu rumah tangga dengan jumlah 617 kasus. Lalu menyusul karyawan 348 kasus, narapidana 202 kasus, pekerja seks komersial (PSK) 179 kasus, PNS/Polri 166 kasus, serta mahasiswa dan pelajar 96 kasus.
Untuk pengidap berdasarkan kategori usia, penyakit yang disebabkan seks tidak sehat dan gonta-ganti pasangan homoseksual/ biseksual/heteroseksu al), IDUs, transfusi darah, dan lainnya, itu didominasi usia 25 hingga 34 tahun sebanyak 2.474 orang. Disusul usia 35-44 tahun 875 orang, usia 16-24 tahun 662 orang, 45 tahun ke atas 377 orang, dan usia 15 tahun 93 orang.
“Jika berdasarkan jenis kelamin, penderita HIV/AIDS paling banyak adalah pria dengan 3.357 kasus, sementara perempuan 1.124 kasus. Dari jumlah ini, 1.024 kasus meninggal,” tukas dia. Ketua Medan Plus, LSM peduli HIV/AIDS Eban Totonta Kaban membenarkan bahwa peningkatan jumlah penderita IRT untuk HIV/AIDS.
Menurutnya, kebanyakan virus berasal dari suami yang suka “jajan” alias tidak setia kepada istrinya. Untuk itu, solusi terbaik pencegahan pengidap HIV/AIDS berpegang pada agama. “Selain itu, suami yang berisiko tinggi sebaiknya mengikuti konseling tes,” tuturnya.
Dalam penanggulangan HIV/AIDS, Eban juga berharap pemerintah bisa meningkatkan komitmen dalam pemberian anggaran. Hal ini mengingat program bantuan penanggulangan HIV/AIDS dari luar negeri, khususnya Global Fun, akan berakhir 2015.
Siti amelia
(bbg)