Audit Transjakarta Harus Menyeluruh

Rabu, 11 Maret 2015 - 10:46 WIB
Audit Transjakarta Harus Menyeluruh
Audit Transjakarta Harus Menyeluruh
A A A
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) harus meningkatkan pemeriksaan, pengecekan, dan evaluasi kondisi seluruh armada. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan pelayanan Transjakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, langkah PT Transjakarta mengandangkan 30 bus merek Zhong Tong menyusul adanya peristiwa bus terbakar merupakan tindakan yang sangat tepat. Namun, kebijakan tidak boleh berhenti di situ. PT Transportasi Jakarta harus mengecek dan mengaudit seluruh bus satu per satu.

Pengecekan harus dilakukan setiap tiga hari sekali, bukan uji berkala yang didapat dari pengujian KIR. “Kami sudah mengangkat masalah terbakarnya bus Transjakarta dalam rapat pimpinan. Kejadian ini tidak boleh lagi terjadi. PT Transjakarta sepakat mengevaluasi semuanya,” kata Djarot di Balai Kota kemarin. Djarot menjelaskan, berdasarkan laporan yang dia terima penyebab sering kali bus Transjakarta terbakar akibat penggunaan bahan bakar gas (BBG).

Akibat terlalu sering beroperasi, tabung gas kerap mengalami overheating (terlalu panas) sehingga mudah terbakar. Penghentian operasional akan diberlakukan terhadap bus merek apapun yang mengalami masalah. Artinya PT Transjakarta harus menyetop operasional dan mengevaluasi bus lainnya.

“Memang penyetopan operasional bus akan mengganggu pelayanan. Tetapi dalam pembenahan, untuk meningkatkan kualitas bukan hanya faktor kenyamanan melainkan juga faktor keselamatan,” tegasnya. Lebih lanjut, politikus asal PDIP itu meminta PT Transjakarta meremajakan armada yang sudah tua, khususnya yang sudah beroperasi sejak 2004 dan 2005.

Armada bus itu sudah waktunya dikandangkan dan diganti dengan yang baru. PT Transjakarta sudah membeli 51 bus merek Scania yang rencananya dioperasikan pada Juli mendatang. “Saat ini, puluhan bus itu sedang dirakit di Magelang dengan karoseri lokal,” ujarnya. Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum PT Transjakarta Sri Kuncoro mengatakan, total armada yang melayani 12 koridor mencapai 823 unit. Rinciannya 535 bus single dan 288 bus gandeng.

Dari jumlah tersebut, yang menggunakan bahan bakar solar sebanyak 118 bus dan BBG 705 unit. Sebanyak 418 bus milik Pemprov DKI Jakarta dan 405 unit milik operator. Yang bisa dioperasikan setiap hari hanya 400 bus. Namun dari jumlah itu, 120 unit di antaranya kerap mogok setiap hari. “Akibat cuma 280 bus yang beroperasi di 12 koridor itu jelas membuat pelayanan bus Transjakarta menjadi terganggu, khususnya headway dan waktu tunggu penumpang sangat lama,” tegasnya.

Sri menegaskan, pihaknya memberikan sanksi berupa denda bagi operator yang armadanya mogok saat beroperasi. “Selamainibusmogokdidiamkan saja tanpa sanksi mutlak. Artinya orang-orang saya ini nggak benar. Bus yang mogok itu harus dikenakan denda,” ujarnya. Diketahui sebelumnya, bus Transjakarta gandeng koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) terbakar di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (8/3) sekitar pukul 07.15 WIB.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun penumpang sempat panik dan harus dievakuasi. Saat kejadian, bus merek Zhong Tong yang berkapasitas 160 penumpang tersebut tidak terlalu penuh penumpang. Insiden tersebut sempat membuat lalu lintas diJalan Gatot Subroto tersendat.

Berdasarkan informasi, sebelum terbakar bus sempat mengeluarkan suara ledakan. Sebagai antisipasi kejadian serupa terulang, Semua bus Transjakarta merek Zhong Tong sebanyak 30 unit yang pengadaannya dilakukan 2013 mulai Senin (9/3) tidak beroperasi. Perusahaan Zhong Tong diminta untuk mengaudit kembali bus-bus tersebut.

Proyek Jalan Layang Busway Dimulai

Proyek pembangunan jalan layang busway koridor XIII (Ciledug- Kapten Tendean) dimulai kemarin. Proyek senilai Rp2,5 triliun tersebut ditargetkan rampung pada 2016. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, jalan layang sepanjang 9,3 km tersebut khusus untuk Transjakarta.

Proyek ini sebagai upaya memindahkan pergerakan orang dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. “Kalau kita tetap menggunakan kendaraan pribadi, kemacetan tidak akan terurai. Apalagi ini kita kembangkan bersamaan dengan mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan sebagainya.

Dengan begitu lima tahun ke depan, kemacetan Jakarta akan terurai dengan sistematis,” ujarnya seusai groundbreaking jalan layang busway koridor XIII di Jalan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dia meminta para pengguna jalan yang melintas di sekitar proyek jalan layang mencari jalur alternatif.

“Dampak pembangunan jalan layang ini mengganggu arus lalu lintas di sepanjang Jalan Kapten Tendean, Blok M hingga Ciledug, khususnya pada Maret- November. Saat itu akan dibangun secara bersamaan 211 pilar,” jelasnya. Kepala Bidang Simpang dan Jalan Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Heru Suwondo mengatakan, proyek ini dibagi dalam delapan paket dan dikerjakan delapan perusahaan.

Masing-masing perusahaan mengerjakan satu paket berikut pembangunan haltenya. Mereka telah menandatangani perjanjian kerja sama pada 15 Desember 2014 lalu dengan anggaran tahun jamak (multiyears ) sebesar Rp 2,5 triliun. Delapan paket tersebut yaitu paket Tendean (1 km) dikerjakan PT Adhi Karya; paket Santa (1,25 km) oleh PT Yasa Patrisia Perkasa; paket Trunojoyo (1,37 km) itu PT Jaya Konstruksi; dan paket Taman Puring (1,2 km) dikerjakan PT Hutama Karya.

Selanjutnya paket Kebayoran Lama (1,3 km) oleh PT Pembangunan Perumahan; Paket Kostrad (1,4 km) dikerjakan PT Istaka Karya CO bersama dengan PT Agra Budi; paket Ciledug (1,5 km) dikerjakan PT Waskita Karya, dan paket Seskoal (1,5 km) dilakukan PT Wijaya Karya. Jalan layang tersebut akan memiliki lebar 9 meter yang terbagi dua arah dengan ketinggian bervariasi antara 18-23 meter sesuai dengan letak dan tata ruang jalan di bawahnya. “Selain itu, jalan layang tersebut juga akan dibangun 12 halte busway,” tuturnya.

Bima setiyadi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.7485 seconds (0.1#10.140)