Hanggar Bandara Roboh, Lima Tewas
A
A
A
MAROS - Konstruksi hanggar Balai Besar Kalibrasi Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi Selatan, roboh kemarin pagi. Lima orang tewas dalam insiden itu, sementara 14 lainnya luka-luka.
Peristiwa bermula saat pekerja akan melakukan pemasangan gorden rangka atap baja pada hanggar milik Otoritas Bandara Wilayah V Makassar. Namun nahas, saat proses pengelasan, tiang beton penyangga tibatiba miring, sehingga rangka atas pada bagian tengah pun patah. Tiang beton penyangga itu berjumlah 22 buah, 11 di bagian kiri dan 11 di bagian.
Tak pelak, rangka atas yang terbuat dari besi, termasuk tembok betonnya roboh, dan menimpa beberapa pekerja. Begitu pula para pekerja yang ada di atas turut terempas. Akibatnya dua pekerja tewas seketika, sementara tiga lainnya meninggal di rumah sakit, satu di RSU Daya, satu di RS Wahidin Sudiro Husodo, dan satu lagi meninggal di RS TNI AU dr Sarjoto.
Dari 19 korban itu, tujuh di antaranya dibawa dan dirawat di RSU Daya, satu orang dirawat di RS Wahidin, serta enam lainnya di RS TNI AU dr Sarjoto. Namun, enam korban luka-luka di RS TNI dr Sarjoto itu sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Sementara korban meninggal dibawa ke RS Bhayangkara Makassar.
Kelima korban tewas tersebut adalah Iqbal Situmorang, 30, dan Parulian Siagian, 35, asal Medan, Sumatera Utara, yang tewas seketika. Adapun tiga korban lainnya adalah Heri Iswanto, 40, Mohammad Jufri, 21, asal Jawa, serta Muhammad Asri, 30, warga Pangkep, Sulsel. Menurut dr Dian Fadhilah, salah satu korban tewas, yakni Asri, mengalami kesadaran sangat rendah saat dibawa ke rumah sakit.
Nyawanya memang tidak bisa diselamatkan. Korban terlambat dibawa ke rumah sakit dan mendapat penanganan medis karena proses evakuasi yang agak sulit akibat korban yang tertimpa besi dan beton. ”Korban sempat mendapat penanganan gawat darurat, tapi kondisinya sudah lemah dan dalam keadaan shock, serta mengalami pendarahan.
Lukanya pada bagian paha kiri dan betis mengeluarkan banyak darah, sehingga nyawanya tidak bisa tertolong,” kata Dian. Sementara 14 pekerja yang luka-luka adalah Zulkarnaen, 46, Ali Syafei, 25, Fariz, 21, Amri, 40, Yakob Jumahir Dajo, 34, Kasturi, 55, Reno, 35, Nur Aropik, 38, Robinson, 45, Mustafa, 20, Rusmalin, 30, Juliston, 33, Ranu, 30, dan Iwan, 22. Salah satu pekerja yang selamat, Yakob, menceritakan kejadian yang hampir menghilangkan nyawanya saat bekerja.
Menurutnya, awalnya ada getaran, kemudian dua menit kemudian bagian tengah konstruksi secara perlahan roboh di tengah pekerjaan ”Kami ada 10 orang di atas dan di bawah sekitar 50-60 pekerja. Untungsaya tidakikuttertindih besi karena berpegang ke tali pengaman,” tuturnya.
Menurut Fikri, salah satu saksi mata siswa kelas V SD Negeri 35 Pao-pao yang sekolahnya sangat berdekatan dengan tempat kejadian perkara (TKP), saat kejadian tiang penyangga sebelah kiri lebih dulu roboh, diikuti penyangga bagian kanan. Pekerja yang berada di bagian tengah atas gedung sempat bergelantungan, namun kemudian terjatuh, sementara yang berada di bawah tertimpa besi dan beton.
”Saya pikir ada pesawat yang jatuh karena suaranya bergemuruh seperti pesawat. Ada pekerja di atas tergantung-gantung, tapi tidak lama kemudian terjatuh. Ada juga yang sempat berlari, namun tertimpa besi,” ujar Fikri. Humas Otoritas Bandara Wilayah V Makassar Tarmanjaya mengatakan, proyek hanggar untuk parkir pesawat AFR atau pesawat kecil itu dimulai pada Desember 2014 dan pengerjaannya sudah mencapai 60-70%.
Hanggar yang dilengkapi apron dan taxiway ini berada di Dusun Pao-pao, Desa Bajimangai, Kecamatan Mandai, Maros. Proyeknya sendiri dilaksanakan PT Lience Romauli Raya dan PT Nurjaya Nusantara dengan pemegang kuasa atau KSO bernama Tunggung Napitupulu, sedangkan project manager lapangan dipimpin Tiku Kombong sebagai penanggung jawab proyek. Namun, dari target selesai tahun ini, bangunan tersebut malah ambruk lebih dulu.
Padahal, nilai proyeknya konon mencapai Rp80 miliar. Di sisi lain, Kapolres Maros AKBP CF Hotman Sirait menjelaskan, pihaknya di-back up Labfor Polri, Polda Sulselbar, dan TNI masih melakukan penyelidikan terhadap kasus kecelakaan ini. Menurutnya, polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
Dia juga menegaskan bahwa proses evakuasi korban memakan waktu sekitar tiga jam dengan menggunakan sejumlah alat berat milik PT Angkasa Pura, PT Nurjaya, dan Basarnas. ”Kami juga masih fokus menolong korban yang lukaluka akibat kejadian itu,” jelasnya.
Dari data yang dihimpun, proyek hanggar ini mempekerjakan sekitar 95 orang. Kebanyakan berasal dari Pulau Jawa. Sebelumnya, pembangunan hanggar itu diprotes warga sekitar karena membuat rumah warga tergenang banjir. Warga mengklaim posisi hanggar saat ini berada di kawasan aliran air saat musim hujan.
Najmi s limonu/ant
Peristiwa bermula saat pekerja akan melakukan pemasangan gorden rangka atap baja pada hanggar milik Otoritas Bandara Wilayah V Makassar. Namun nahas, saat proses pengelasan, tiang beton penyangga tibatiba miring, sehingga rangka atas pada bagian tengah pun patah. Tiang beton penyangga itu berjumlah 22 buah, 11 di bagian kiri dan 11 di bagian.
Tak pelak, rangka atas yang terbuat dari besi, termasuk tembok betonnya roboh, dan menimpa beberapa pekerja. Begitu pula para pekerja yang ada di atas turut terempas. Akibatnya dua pekerja tewas seketika, sementara tiga lainnya meninggal di rumah sakit, satu di RSU Daya, satu di RS Wahidin Sudiro Husodo, dan satu lagi meninggal di RS TNI AU dr Sarjoto.
Dari 19 korban itu, tujuh di antaranya dibawa dan dirawat di RSU Daya, satu orang dirawat di RS Wahidin, serta enam lainnya di RS TNI AU dr Sarjoto. Namun, enam korban luka-luka di RS TNI dr Sarjoto itu sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Sementara korban meninggal dibawa ke RS Bhayangkara Makassar.
Kelima korban tewas tersebut adalah Iqbal Situmorang, 30, dan Parulian Siagian, 35, asal Medan, Sumatera Utara, yang tewas seketika. Adapun tiga korban lainnya adalah Heri Iswanto, 40, Mohammad Jufri, 21, asal Jawa, serta Muhammad Asri, 30, warga Pangkep, Sulsel. Menurut dr Dian Fadhilah, salah satu korban tewas, yakni Asri, mengalami kesadaran sangat rendah saat dibawa ke rumah sakit.
Nyawanya memang tidak bisa diselamatkan. Korban terlambat dibawa ke rumah sakit dan mendapat penanganan medis karena proses evakuasi yang agak sulit akibat korban yang tertimpa besi dan beton. ”Korban sempat mendapat penanganan gawat darurat, tapi kondisinya sudah lemah dan dalam keadaan shock, serta mengalami pendarahan.
Lukanya pada bagian paha kiri dan betis mengeluarkan banyak darah, sehingga nyawanya tidak bisa tertolong,” kata Dian. Sementara 14 pekerja yang luka-luka adalah Zulkarnaen, 46, Ali Syafei, 25, Fariz, 21, Amri, 40, Yakob Jumahir Dajo, 34, Kasturi, 55, Reno, 35, Nur Aropik, 38, Robinson, 45, Mustafa, 20, Rusmalin, 30, Juliston, 33, Ranu, 30, dan Iwan, 22. Salah satu pekerja yang selamat, Yakob, menceritakan kejadian yang hampir menghilangkan nyawanya saat bekerja.
Menurutnya, awalnya ada getaran, kemudian dua menit kemudian bagian tengah konstruksi secara perlahan roboh di tengah pekerjaan ”Kami ada 10 orang di atas dan di bawah sekitar 50-60 pekerja. Untungsaya tidakikuttertindih besi karena berpegang ke tali pengaman,” tuturnya.
Menurut Fikri, salah satu saksi mata siswa kelas V SD Negeri 35 Pao-pao yang sekolahnya sangat berdekatan dengan tempat kejadian perkara (TKP), saat kejadian tiang penyangga sebelah kiri lebih dulu roboh, diikuti penyangga bagian kanan. Pekerja yang berada di bagian tengah atas gedung sempat bergelantungan, namun kemudian terjatuh, sementara yang berada di bawah tertimpa besi dan beton.
”Saya pikir ada pesawat yang jatuh karena suaranya bergemuruh seperti pesawat. Ada pekerja di atas tergantung-gantung, tapi tidak lama kemudian terjatuh. Ada juga yang sempat berlari, namun tertimpa besi,” ujar Fikri. Humas Otoritas Bandara Wilayah V Makassar Tarmanjaya mengatakan, proyek hanggar untuk parkir pesawat AFR atau pesawat kecil itu dimulai pada Desember 2014 dan pengerjaannya sudah mencapai 60-70%.
Hanggar yang dilengkapi apron dan taxiway ini berada di Dusun Pao-pao, Desa Bajimangai, Kecamatan Mandai, Maros. Proyeknya sendiri dilaksanakan PT Lience Romauli Raya dan PT Nurjaya Nusantara dengan pemegang kuasa atau KSO bernama Tunggung Napitupulu, sedangkan project manager lapangan dipimpin Tiku Kombong sebagai penanggung jawab proyek. Namun, dari target selesai tahun ini, bangunan tersebut malah ambruk lebih dulu.
Padahal, nilai proyeknya konon mencapai Rp80 miliar. Di sisi lain, Kapolres Maros AKBP CF Hotman Sirait menjelaskan, pihaknya di-back up Labfor Polri, Polda Sulselbar, dan TNI masih melakukan penyelidikan terhadap kasus kecelakaan ini. Menurutnya, polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
Dia juga menegaskan bahwa proses evakuasi korban memakan waktu sekitar tiga jam dengan menggunakan sejumlah alat berat milik PT Angkasa Pura, PT Nurjaya, dan Basarnas. ”Kami juga masih fokus menolong korban yang lukaluka akibat kejadian itu,” jelasnya.
Dari data yang dihimpun, proyek hanggar ini mempekerjakan sekitar 95 orang. Kebanyakan berasal dari Pulau Jawa. Sebelumnya, pembangunan hanggar itu diprotes warga sekitar karena membuat rumah warga tergenang banjir. Warga mengklaim posisi hanggar saat ini berada di kawasan aliran air saat musim hujan.
Najmi s limonu/ant
(bbg)