Gunung Soputan Kembali Meletus
A
A
A
RATAHAN - Aktivitas Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, pascaletusan pada Sabtu (7/3) pukul 17:09 Wita masih mengancam.
Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Soputan memastikan letusan kecil masih terekam tremor amplitudo 42 mm dengan energi cukup tinggi. “Pascaletusan besar Sabtu (7/3) sore, sampai sekarang (tadi malam) masih ada aktivitas letusan kecil. Letusan masih berpeluang terjadi. Levelnya sekarang masih siaga III,” ujar petugas PPGA Asep Saefuloh tadi malam.
Dari pantauannya, erupsi ditandai dengan keluarnya asap putih tebal bercampur abu mencapai ketinggian 1.000 meter. “Anginnya cukup kencang mengarah ke tenggara,” tambah Asep. Menurutdia, letusangunung setinggi 1.783 meter ini letusan besar kedua sepanjang 2015 dengan semburan debu mengarah ke Tenggara. Letusan kali ini mencapai 4.500 meter.
Selain itu, letusan disertai awan panas ke arah barat dengan jarak luncur 2.500 meter. “Berpeluang ada letusan lagi. Ini ditandai dengan ada energi masih cukup tinggi. Sumbatan dalam rongga juga sudah tidak ada,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO sore kemarin, dari Kota Ratahan terlihat jelas asap tebal berwarna keabu-abuan. Ratusan warga Kota Ratahan bahkan harus keluar rumah menyaksikan letusan dari kejauhan. “Abunya tebal sekali. Angin juga bertiup ke arah tenggara,” ujar Deny Lumangkun, warga Ratahan.
Kota Ratahan hingga wilayah Belang yang berada cukup jauh mengalami dampak semburan. Dampak letusan dengan semburan debu kali ini diperkirakan dialami 60% wilayah Minahasa Tenggara (Mitra) minus Kecamatan Ratatotok, Pusomaen, dan Ratahan Timur. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mitra Joppy Mokodaser melalui kepala bidang kedaruratan, Jeane F Tangian, memastikan dampak semburan terparah dialami Desa Winorongian, Kecamatan Tombatu.
Ketebalan debu di kawasan itu mencapai 1 cm. Sementara di beberapa wilayah seperti Kecamatan Silian dan sebagian Tombatusempat mengalamihujan becek karena letusan diikuti hujan kecil. “Warga sempat panik. Tapi, sampai sekarang tidak ada korban atau pun kerugian besar,” ujar Tangian.
Pihaknya belum bisa memastikan jumlah kerugian yang dialami warga akibat letusan Soputan. Namun, letusan kali ini memang cukup besar selama 2015 setelah letusan pertama pada 6 Januari lalu. “Tidak ada warga yang diungsikan. Sampai saat ini kami terus siaga di posko bencana guna memantau setiap perkembangan,” ujarnya lagi.
Pemerintah Kabupaten Mitra mengeluarkan peringatan keras melarang aktivitas warga diradius 6,5 km. “Ini bukan lagi imbauan, tapi larangan keras. Statusnya siaga level III,” pungkasnya.
Di sisi lain, sejumlah warga memang mengaku sempat panik dengan kejadian itu. Apalagi, hujan becek terjadi pascaletusan. Belum lagi kondisi lampu padam sehingga masyarakat merasa waswas. “Kaget juga saat hujan becek. Apalagi, lampu mati pula. Yang jelas, situasinya sempat mencekam,” ujar Sofia Legi, warga Silian.
Sejumlah warga juga meminta pemerintah kabupaten membagikan masker. Penyakit inspeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengancam warga. “Saat ini kami butuh masker, terutama untuk anak-anak,” pinta Angki Matu, warga lain. Meski begitu, letusan besar dari Gunung Soputan akhir pekan lalu dipastikan tidak akan berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Lokon.
Walau berjarak relatif dekat, dua gunung berapi ini memiliki kantong magma berbeda. Penanggung jawab PPGA Lokon, Farid Ruskanda, mengatakan, dua gunung berapi ini tidak akan saling mempengaruhi. Letusan Gunung Soputan tidak akan secara langsung memengaruhi Gunung Lokon untuk erupsi.
“Kantong magma dua gunung ini berbeda. Pascaletusan Gunung Soputan kemarin tidak tampak ada kenaikan aktivitas vulkanik di Gunung Lokon,” ujarnya. Ruskanda menambahkan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Lokon telah terjadi dua pekan terakhir. Intensitas kegempaan mengalami kenaikan menjadi sekitar 10-20 kegempaan setiap enam jam.
Status Gunung Lokon tetap siaga dan berbahaya untuk didaki. Kepala BPBD Kota Tomohon Robby Kalangi mengatakan, pihaknya terus ikut memantau kondisi Gunung Lokon. Dia mengingatkan masyarakat tidak boleh beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah. Apalagi, aktivitas pendakian masih ditutup.
“Kami meminta masyarakat tidak melakukan pendakian di Gunung Lokon karena masih berbahaya. Jangan sampai karena tidak bisa ke Gunung Soputan, para pendaki beralih ke Gunung Lokon yang juga sebenarnya masih berbahaya,” tuturnya.
Lucky kawengian/ Marvel pandaleke
Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Soputan memastikan letusan kecil masih terekam tremor amplitudo 42 mm dengan energi cukup tinggi. “Pascaletusan besar Sabtu (7/3) sore, sampai sekarang (tadi malam) masih ada aktivitas letusan kecil. Letusan masih berpeluang terjadi. Levelnya sekarang masih siaga III,” ujar petugas PPGA Asep Saefuloh tadi malam.
Dari pantauannya, erupsi ditandai dengan keluarnya asap putih tebal bercampur abu mencapai ketinggian 1.000 meter. “Anginnya cukup kencang mengarah ke tenggara,” tambah Asep. Menurutdia, letusangunung setinggi 1.783 meter ini letusan besar kedua sepanjang 2015 dengan semburan debu mengarah ke Tenggara. Letusan kali ini mencapai 4.500 meter.
Selain itu, letusan disertai awan panas ke arah barat dengan jarak luncur 2.500 meter. “Berpeluang ada letusan lagi. Ini ditandai dengan ada energi masih cukup tinggi. Sumbatan dalam rongga juga sudah tidak ada,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO sore kemarin, dari Kota Ratahan terlihat jelas asap tebal berwarna keabu-abuan. Ratusan warga Kota Ratahan bahkan harus keluar rumah menyaksikan letusan dari kejauhan. “Abunya tebal sekali. Angin juga bertiup ke arah tenggara,” ujar Deny Lumangkun, warga Ratahan.
Kota Ratahan hingga wilayah Belang yang berada cukup jauh mengalami dampak semburan. Dampak letusan dengan semburan debu kali ini diperkirakan dialami 60% wilayah Minahasa Tenggara (Mitra) minus Kecamatan Ratatotok, Pusomaen, dan Ratahan Timur. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mitra Joppy Mokodaser melalui kepala bidang kedaruratan, Jeane F Tangian, memastikan dampak semburan terparah dialami Desa Winorongian, Kecamatan Tombatu.
Ketebalan debu di kawasan itu mencapai 1 cm. Sementara di beberapa wilayah seperti Kecamatan Silian dan sebagian Tombatusempat mengalamihujan becek karena letusan diikuti hujan kecil. “Warga sempat panik. Tapi, sampai sekarang tidak ada korban atau pun kerugian besar,” ujar Tangian.
Pihaknya belum bisa memastikan jumlah kerugian yang dialami warga akibat letusan Soputan. Namun, letusan kali ini memang cukup besar selama 2015 setelah letusan pertama pada 6 Januari lalu. “Tidak ada warga yang diungsikan. Sampai saat ini kami terus siaga di posko bencana guna memantau setiap perkembangan,” ujarnya lagi.
Pemerintah Kabupaten Mitra mengeluarkan peringatan keras melarang aktivitas warga diradius 6,5 km. “Ini bukan lagi imbauan, tapi larangan keras. Statusnya siaga level III,” pungkasnya.
Di sisi lain, sejumlah warga memang mengaku sempat panik dengan kejadian itu. Apalagi, hujan becek terjadi pascaletusan. Belum lagi kondisi lampu padam sehingga masyarakat merasa waswas. “Kaget juga saat hujan becek. Apalagi, lampu mati pula. Yang jelas, situasinya sempat mencekam,” ujar Sofia Legi, warga Silian.
Sejumlah warga juga meminta pemerintah kabupaten membagikan masker. Penyakit inspeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengancam warga. “Saat ini kami butuh masker, terutama untuk anak-anak,” pinta Angki Matu, warga lain. Meski begitu, letusan besar dari Gunung Soputan akhir pekan lalu dipastikan tidak akan berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Lokon.
Walau berjarak relatif dekat, dua gunung berapi ini memiliki kantong magma berbeda. Penanggung jawab PPGA Lokon, Farid Ruskanda, mengatakan, dua gunung berapi ini tidak akan saling mempengaruhi. Letusan Gunung Soputan tidak akan secara langsung memengaruhi Gunung Lokon untuk erupsi.
“Kantong magma dua gunung ini berbeda. Pascaletusan Gunung Soputan kemarin tidak tampak ada kenaikan aktivitas vulkanik di Gunung Lokon,” ujarnya. Ruskanda menambahkan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Lokon telah terjadi dua pekan terakhir. Intensitas kegempaan mengalami kenaikan menjadi sekitar 10-20 kegempaan setiap enam jam.
Status Gunung Lokon tetap siaga dan berbahaya untuk didaki. Kepala BPBD Kota Tomohon Robby Kalangi mengatakan, pihaknya terus ikut memantau kondisi Gunung Lokon. Dia mengingatkan masyarakat tidak boleh beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah. Apalagi, aktivitas pendakian masih ditutup.
“Kami meminta masyarakat tidak melakukan pendakian di Gunung Lokon karena masih berbahaya. Jangan sampai karena tidak bisa ke Gunung Soputan, para pendaki beralih ke Gunung Lokon yang juga sebenarnya masih berbahaya,” tuturnya.
Lucky kawengian/ Marvel pandaleke
(ftr)