Kemlu Koordinasi dengan Polisi Turki

Sabtu, 07 Maret 2015 - 09:47 WIB
Kemlu Koordinasi dengan Polisi Turki
Kemlu Koordinasi dengan Polisi Turki
A A A
JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI masih terus mencari 16 warga negara Indonesia (WNI) yang menghilang di Turki dan dikabarkan akan bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

“Terkait hilangnya 16 WNI itu sebenarnya ada grup tur dari Indonesia yang berjumlah 24 orang yang ikut tur ke Turki. Kami masih mengupayakan pencarian 16 WNI ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Jakarta kemarin. Ke-16 WNI itu sebagian besar berasal dari Surabaya dan Surakarta. Arrmanatha mengungkapkan, begitu sampai di Bandara Istanbul, 16 WNI itu memisahkan diri dari kelompok tur dan tidak ikut ke tempat wisata yang telah direncanakan.

“Mereka bilang tidak akan join grup tur ke tempat wisata, tetapi akan pergi sendiri dan akan kembali bergabung dengan grup tur ke sebuah kota, sebelum kembali ke Indonesia,” jelasnya. “Pemimpin grup itu menyetujui jika 16 WNI itu memisahkan diri. Namun setelah sampaiditempatdimanaseharusnya mereka bertemu, mereka tidak datang, bahkan ketika ditelepon 16 WNI meminta untuk berubah tempat,” ungkap dia. Setelah tidak dapat ditemui di tempat berikutnya, kelompok tur menjadi khawatir, apalagi ke-16 WNI itu tak dapat dihubungi.

“Akhirnya dilaporkanlah kasus ini ke KJRI di Istanbul. Kami coba menghubungi dan tidak bisa juga. Akhirnya KJRI Istanbul berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Turki,” ungkap Arrmanatha. Sampai delapan orang sisa dari grup tur tersebut kembali ke Jakarta, 16 orang WNI yang hilang belum diketahui keberadaannya sampai kini. Namun, Arrmanatha menyatakan tak bisa mengonfirmasi rumor bahwa 16 WNI itu bergabung dengan ISIS.

“Mereka tidak bisa terkonfirmasi memang bergabung dengan ISIS atau tidak. KJRI masih berkoordinasi dengan kepolisian di sana (Turki),” jelasnya. Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta KBRI Kairo untuk memastikan hilangnya 16WNI tersebut. Namun, JK menegaskan Indonesia tidak pernah mendukung warga Indonesia untuk bergabung ISIS.

“Ya, tentu kita tak tahu itu benar atau tidak kan. Tentu yang ketahui itu keluarganya, mungkin dia berhubungan dengan keluarganya,” kata JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, kemarin. “Kalau ISIS, kita tidak pernah dukung agar orang Indonesia ikut ISIS. Itu kan suatu hal yang tak sesuai dengan prinsip kita dan agama. Ya, kita harapkan mereka bisa ketemu kembali,” tambahnya. JK mengatakan hilangnya 16 WNI di Turki karena bergabung ISIS masih bersifat dugaan. JK mengaku belum bisa mengomentari hal yang masih bersifat dugaan.

“Kan belum tentu hilang, mungkin saja mereka tur ke mana,” ucapnya. Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) mengendus ada 16 WNI yang akan bergabung dengan ISIS. Kecurigaan ini muncul setelah warga yang dimaksud berangkat ke Turki, tapi hingga saat ini belum kembali ke Indonesia. “Kemarin ada 16 WNI yang ikut dengan salah satu biro perjalanan ke Turki, dan 16 (orang) itu pada saatnya harus kembali ke Indonesia, sampai saat ini belum kembali,” ujar Kepala BIN Marciano Norman di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3) lalu.

Belum lama ini, seorang WNI dan dua warga negara Malaysia juga diduga kuat terlibat sebagai pelaku pemenggalan tawanan, sekaligus terdakwa mata- mata tentara Presiden Suriah Bashar al-Assad. Mereka terekam bersama belasan anggota ISIS dalam video eksekusi mati seorang tawanan. Identitas WNI yang diduga terlibat sebagai pelaku pemenggalan belum jelas, sementara identitas dua pemuda Malaysia tersebut sudah diketahui.

Namun, Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir belum bisa mengonfirmasi keterlibatan WNI di dalam video itu. Kebenaran video itu juga masih perlu diklarifikasi. Sementara itu, penyebaran pengaruh ISIS bergerak cukup pesat di luar Timur Tengah, terutama di Asia Tenggara. Indonesia, Malaysia, dan Filipina termasuk negara yang tengah bekerja keras mencegah penyebaran pengaruh ISIS. Maklum, sebelumnya, kelompok ekstremis lain sudah masuk di Indonesia.

Pada 2002, Al-Qaeda memiliki tempat pelatihan di Indonesia, termasuk Malaysia dan Filipina ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mencoba memberangus Al-Qaeda di Afghanistan. Ancaman pengeboman dengan bendera ISIS di Indonesia jarang terdengar. Namun di Malaysia, beberapa klub malam sudah mengalami ancaman itu. Politikus Partai Konservatif Britania Raya David Curry mengatakan, Indonesia memiliki jumlah populasi muslim terbesar di dunia.

“Indonesia dikenal sebagai negara pluralisme. Mereka bangga dengan itu. Namun, jika ekstremis mendapat dukungan di sana, kelompok ekstremis akan mudah merencanakan serangan,” ujarnya dikutip Mnnonline .

Muh shamil/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6068 seconds (0.1#10.140)
pixels