Singapura, Negara dengan Kualitas Hidup Terbaik di Asia dan Termahal di Dunia
A
A
A
Singapura dikenal sebagai negara bersih dan rapi serta penduduknya sejahtera. Faktor inilah yang membuat Negeri Singa menduduki tempat pertama di Asia sebagai negara dengan kualitas hidup paling bagus versi perusahaan konsultan global Mercer.
Dalam siaran persnya yang dirilis kemarin, Mercer juga memasukkan Singapura ke peringkat 26 negara dengan kualitas hidup paling baik di dunia. Sementara Kuala Lumpur, Malaysia berada di peringkat kedua di Asia dan 84 di dunia. Sementara di kawasan Asia Timur, Tokyo, Jepang menjadi tempat dengan kualitas hidup paling baik dan menempati posisi ke-44 di dunia. Tempat dengan kualitas hidup terbaik di dunia dimiliki Vienna, Austria. Berikutnya Zurich, Swiss; Auckland, Selandia Baru; dan Munich, Jerman berada di peringkat kedua, ketiga, dan keempat.
“Secara keseluruhan, kota-kota Eropa mendominasi daftar ini bersama dengan kota-kota besar di Australia dan Selandia Baru,” terang pernyataan Mercer dilansir Channel News Asia. Dalam survei ini, Mercer mengevaluasi lebih dari 440 kota di seluruh dunia berdasarkan sepuluh faktor, yakni politik, sosial, ekonomi, budaya, kedokteran, kesehatan, sekolah dan pendidikan, barang konsumen, perumahan, serta lingkungan alam. Mercer juga menemukan adanya kota-kota baru di Asia yang memiliki kualitas hidup baik.
Salah satunya adalah Tai Chung, Taiwan yang menempati peringkat 99, serta Xián dan Chongqing di China, keduanya masuk peringkat 142 di Asia. Mercer mengidentifikasi kota-kota di China sebagai tujuan bisnis. Kendati masuk dalam daftar negara dengan kualitas hidup baik, China masih dihadang sejumlah tantangan dalam penyediaan air bersih dan tingginya polusi udara.
“Namun, kemajuan di sektor telekomunikasi dan konsumsi berhasil menutupi kekurangan tersebut sehingga mengangkat peringkat China di Asia,” lanjut Mercer. Mercer melakukan survei tahunan ini untuk membantu perusahaan multinasional dan pengusaha lainnya memberikan kompensasi yang adil terhadap setiap karyawan, terutama yang menjalani tugas internasional. Slagin Parakatil, kepala Mercer, mengatakan bahwa budaya, iklim, kestabilan politik, tingkat kejahatan, dan infrastruktur menjadi navigasi untuk setiap keluarga menetap di sebuah daerah.
“Pengusaha perlu menilai apakah staf dan keluarga mereka menemui penurunan kualitas hidup saat relokasi dan memastikan mereka mendapatkan kompensasi yang cukup untuk itu,” tambah Mercer. Namun, kemudahan transportasi dan ketersediaan faktor-faktor lain dalam sebuah kota juga berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan hidup warganya.
Singapura yang menjadi negara dengan kualitas hidup paling baik harus membayarnya dengan menjadi kota paling mahal di dunia versi Economist Intelligence Unit (EIU). Survei yang dilakukan di 133 kota seluruh dunia ini mendasarkan penilaiannya dari 160 layanan dan produk, termasuk makanan dan pakaian. Dalam penelitian itu, tercatat biaya hidup Singapura 11% lebih mahal daripada New York, Amerika Serikat (AS).
Seoul, Korea Selatan juga diketahui menjadi kota dengan biaya hidup mahal, terutama dari harga jual pakaiannya 50% lebih tinggi dibandingkan New York. “Yang paling signifikan adalah sertifikat kompleks Singapura dan harga mobil yang berlebihan dengan biaya transportasi tiga kali lebih tinggi daripada New York,” tulis EIU.
Singapura mulai menduduki peringkat pertama sejak 2014 menggantikan Tokyo yang jatuh ke urutan 11 tahun ini, karena mata uangnya semakin melemah sehingga melahirkan krisis ekonomi. Sementara lima kota termahal di dunia belum berubah sejak tahun lalu, meliputi Paris, Oslo, Zurich, dan Sydney.
Rini Agustina
Dalam siaran persnya yang dirilis kemarin, Mercer juga memasukkan Singapura ke peringkat 26 negara dengan kualitas hidup paling baik di dunia. Sementara Kuala Lumpur, Malaysia berada di peringkat kedua di Asia dan 84 di dunia. Sementara di kawasan Asia Timur, Tokyo, Jepang menjadi tempat dengan kualitas hidup paling baik dan menempati posisi ke-44 di dunia. Tempat dengan kualitas hidup terbaik di dunia dimiliki Vienna, Austria. Berikutnya Zurich, Swiss; Auckland, Selandia Baru; dan Munich, Jerman berada di peringkat kedua, ketiga, dan keempat.
“Secara keseluruhan, kota-kota Eropa mendominasi daftar ini bersama dengan kota-kota besar di Australia dan Selandia Baru,” terang pernyataan Mercer dilansir Channel News Asia. Dalam survei ini, Mercer mengevaluasi lebih dari 440 kota di seluruh dunia berdasarkan sepuluh faktor, yakni politik, sosial, ekonomi, budaya, kedokteran, kesehatan, sekolah dan pendidikan, barang konsumen, perumahan, serta lingkungan alam. Mercer juga menemukan adanya kota-kota baru di Asia yang memiliki kualitas hidup baik.
Salah satunya adalah Tai Chung, Taiwan yang menempati peringkat 99, serta Xián dan Chongqing di China, keduanya masuk peringkat 142 di Asia. Mercer mengidentifikasi kota-kota di China sebagai tujuan bisnis. Kendati masuk dalam daftar negara dengan kualitas hidup baik, China masih dihadang sejumlah tantangan dalam penyediaan air bersih dan tingginya polusi udara.
“Namun, kemajuan di sektor telekomunikasi dan konsumsi berhasil menutupi kekurangan tersebut sehingga mengangkat peringkat China di Asia,” lanjut Mercer. Mercer melakukan survei tahunan ini untuk membantu perusahaan multinasional dan pengusaha lainnya memberikan kompensasi yang adil terhadap setiap karyawan, terutama yang menjalani tugas internasional. Slagin Parakatil, kepala Mercer, mengatakan bahwa budaya, iklim, kestabilan politik, tingkat kejahatan, dan infrastruktur menjadi navigasi untuk setiap keluarga menetap di sebuah daerah.
“Pengusaha perlu menilai apakah staf dan keluarga mereka menemui penurunan kualitas hidup saat relokasi dan memastikan mereka mendapatkan kompensasi yang cukup untuk itu,” tambah Mercer. Namun, kemudahan transportasi dan ketersediaan faktor-faktor lain dalam sebuah kota juga berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan hidup warganya.
Singapura yang menjadi negara dengan kualitas hidup paling baik harus membayarnya dengan menjadi kota paling mahal di dunia versi Economist Intelligence Unit (EIU). Survei yang dilakukan di 133 kota seluruh dunia ini mendasarkan penilaiannya dari 160 layanan dan produk, termasuk makanan dan pakaian. Dalam penelitian itu, tercatat biaya hidup Singapura 11% lebih mahal daripada New York, Amerika Serikat (AS).
Seoul, Korea Selatan juga diketahui menjadi kota dengan biaya hidup mahal, terutama dari harga jual pakaiannya 50% lebih tinggi dibandingkan New York. “Yang paling signifikan adalah sertifikat kompleks Singapura dan harga mobil yang berlebihan dengan biaya transportasi tiga kali lebih tinggi daripada New York,” tulis EIU.
Singapura mulai menduduki peringkat pertama sejak 2014 menggantikan Tokyo yang jatuh ke urutan 11 tahun ini, karena mata uangnya semakin melemah sehingga melahirkan krisis ekonomi. Sementara lima kota termahal di dunia belum berubah sejak tahun lalu, meliputi Paris, Oslo, Zurich, dan Sydney.
Rini Agustina
(ars)