Ditolak RSUD, Pasien Meninggal di Jalan
A
A
A
BOJONEGORO - Dengan alasan kamar penuh, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tolak pasien tanpa melakukan tindakan medis apa pun. Akibatnya, nyawa Mulyono, 76, tak bisa diselamatkan kemarin.
Mulyono yang menderita sesak napas meninggal dalam perjalanan menuju RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo, Bojonegoro. Warga Desa Bumi Ayu, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, semula hendak meminta pertolongan medis di RSUD Sumberrejo yang lebih memungkinkan dari sisi lokasi.
Namun, pihak RSUD Sumberrejo tidak mau menerimanya dengan alasan kamar tidur untuk pasien sudah penuh. Ironisnya, pihak rumah sakit juga tidak melakukan tindakan medis apa pun untuk mengatasi penyakit sesak napasnya. “Saat sudah sampai di RSUD Sumberrejo, ternyata menurut dokter penjaganya (kamar pasien) sudah penuh. Tidak sampai diperiksa, kami langsung disuruh ke rumah sakit lain,” kata Andik, anak Mulyono.
Setelah mendapat penolakan dari pihak RSUD Sumberrejo, Andik kemudian hendak membawa ayahnya ke RSUD Sosodoro Djatikoesoemo. Karena kondisinya sudah parah, Mulyono meninggal dunia dalam perjalanan. Keluarga Andik pun larut dalam kesedihan. Di sisi lain, mereka juga kecewa dengan perlakukan RSUD Sumberrejo yang menolak pasien sehingga sang ayah meninggal karena tidak sempat mendapatkan tindakan medis dengan penyakit sesak napas yang dideritanya. Karena itu, keluarga Mulyono pun langsung menyatroni RSUD Sumberrejo.
“Namun, ternyata dokter yang jaga itu sudah tidak ada,” ungkap Andik. Sementara itu, Kepala Inap Gawat Darurat (IGD) RSUD Sumberrejo Joni Mudianto mengatakan, saat pasien itu datang, kondisi kamar rawat inap memang sudah penuh. Pihaknya mengaku dalam pelayanan kesehatan bekerja sama dengan Rumah Sakit Islam (RSI) Muhammadiyah Sumberrejo. “Biasanya kalau penuh disuruh ke RSIMuhammadiyah,” sebutnya.
Dia mengungkapkan, kondisi RSUD Sumberrejo penuh karena masih dalam proses perbaikan fisik. Saat ini di RSUD Sumberrejo hanya ada 10 kamar untuk perawatan dewasa, tujuh ruang untuk anak-anak, dan enam kamar bersalin. Sedangkan tempat tidur perawatan di IGD hanya ada empat. “Kalau pembangunan gedungnya selesai renovasi, nanti akan ada 70 ruang perawatan,” katanya.
Joni boleh saja berdalih seperti itu. Namun, keselamatan pasien tetap harus diutamakan. Setidaknya dengan memberikan bantuan medis untuk mengatasi penyakit sesak nafas sang pasien. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro sangat menyayangkan tindakan manajemen RSUD Sumberrejo. Pihak manajemen RSUD Sumberrejo menolak pasien tanpa memberikan rujukan maupun penanganan medis terlebih dahulu sehingga berakibat pada calon pasien meninggal dunia.
“Kami sangat menyayangkan tindakan seperti itu. Harusnya distabilisasi dulu,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Bojonegoro Muhammad Isnaini. Dia menegaskan, penanganan pasien yang menggunakan kartu Jamkesmas atau Jamkesda yang sekarang beralih menjadi BPJS harus diutamakan. Apalagi, pemerintah daerah mempunyai komitmen untuk menangani pasien kurang mampu tersebut secara total.
Dengan peristiwa itu, Dinkes akan segera melakukan koordinasi dengan pihak manajemen RSUD Sumberrejo untuk meminta klarifikasi soal penolakan pasien Mulyono tersebut.
Muhammad roqib
Mulyono yang menderita sesak napas meninggal dalam perjalanan menuju RSUD dr Sosodoro Djatikoesoemo, Bojonegoro. Warga Desa Bumi Ayu, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, semula hendak meminta pertolongan medis di RSUD Sumberrejo yang lebih memungkinkan dari sisi lokasi.
Namun, pihak RSUD Sumberrejo tidak mau menerimanya dengan alasan kamar tidur untuk pasien sudah penuh. Ironisnya, pihak rumah sakit juga tidak melakukan tindakan medis apa pun untuk mengatasi penyakit sesak napasnya. “Saat sudah sampai di RSUD Sumberrejo, ternyata menurut dokter penjaganya (kamar pasien) sudah penuh. Tidak sampai diperiksa, kami langsung disuruh ke rumah sakit lain,” kata Andik, anak Mulyono.
Setelah mendapat penolakan dari pihak RSUD Sumberrejo, Andik kemudian hendak membawa ayahnya ke RSUD Sosodoro Djatikoesoemo. Karena kondisinya sudah parah, Mulyono meninggal dunia dalam perjalanan. Keluarga Andik pun larut dalam kesedihan. Di sisi lain, mereka juga kecewa dengan perlakukan RSUD Sumberrejo yang menolak pasien sehingga sang ayah meninggal karena tidak sempat mendapatkan tindakan medis dengan penyakit sesak napas yang dideritanya. Karena itu, keluarga Mulyono pun langsung menyatroni RSUD Sumberrejo.
“Namun, ternyata dokter yang jaga itu sudah tidak ada,” ungkap Andik. Sementara itu, Kepala Inap Gawat Darurat (IGD) RSUD Sumberrejo Joni Mudianto mengatakan, saat pasien itu datang, kondisi kamar rawat inap memang sudah penuh. Pihaknya mengaku dalam pelayanan kesehatan bekerja sama dengan Rumah Sakit Islam (RSI) Muhammadiyah Sumberrejo. “Biasanya kalau penuh disuruh ke RSIMuhammadiyah,” sebutnya.
Dia mengungkapkan, kondisi RSUD Sumberrejo penuh karena masih dalam proses perbaikan fisik. Saat ini di RSUD Sumberrejo hanya ada 10 kamar untuk perawatan dewasa, tujuh ruang untuk anak-anak, dan enam kamar bersalin. Sedangkan tempat tidur perawatan di IGD hanya ada empat. “Kalau pembangunan gedungnya selesai renovasi, nanti akan ada 70 ruang perawatan,” katanya.
Joni boleh saja berdalih seperti itu. Namun, keselamatan pasien tetap harus diutamakan. Setidaknya dengan memberikan bantuan medis untuk mengatasi penyakit sesak nafas sang pasien. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro sangat menyayangkan tindakan manajemen RSUD Sumberrejo. Pihak manajemen RSUD Sumberrejo menolak pasien tanpa memberikan rujukan maupun penanganan medis terlebih dahulu sehingga berakibat pada calon pasien meninggal dunia.
“Kami sangat menyayangkan tindakan seperti itu. Harusnya distabilisasi dulu,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Bojonegoro Muhammad Isnaini. Dia menegaskan, penanganan pasien yang menggunakan kartu Jamkesmas atau Jamkesda yang sekarang beralih menjadi BPJS harus diutamakan. Apalagi, pemerintah daerah mempunyai komitmen untuk menangani pasien kurang mampu tersebut secara total.
Dengan peristiwa itu, Dinkes akan segera melakukan koordinasi dengan pihak manajemen RSUD Sumberrejo untuk meminta klarifikasi soal penolakan pasien Mulyono tersebut.
Muhammad roqib
(ars)