Pangarmabar Amankan Selat Malaka dan Laut China Selatan
A
A
A
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi menginstruksikan kepada panglima armada barat (pangarmabar) yang baru untuk menjaga dan mengamankan perairan Selat Malaka dan Laut China Selatan.
“Saya mengamanatkan Wilayah Armada Barat sangat sensitif. Salah satunya Selat Malaka, apa yang terjadi di Selat Malaka pasti akan tersebar ke dunia. Oleh sebab itu, kondisi kita untuk mengamankan Selat Malaka dan Laut China Selatan,” kata KSAL seusai upacara serahterima jabatan Pangarmabar di Lapangan Koarmabar, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
KSAL menjelaskan, walaupun tidak secara langsung berhubungan, kalau terjadi konflik regional diLaut China Selatan maka akan berpengaruh terhadap Indonesia.
“Oleh sebab itu, kita punya kewajiban melaksanakan patroli di wilayah Natuna untuk Necate di wilayah Laut China Selatan,” katanya. Terkaitdengan sertijab pangarmabar dari Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Muda TNI Widodo kepada Laksamana Muda Ahmad Taufiqurohman, sambung KSAL, merupakan hal yang rutin dalam rangka regenerasi kepemimpinan.
“Ini proses regenerasi yang rutin. Sudah cukup lama Pak Widodo menjabat pangarmabar. Adik-adiknya bergerak dari bawah, jadi estafet kepemimpinan harus berlangsung. Untuk menjadi panglima, prestasi yang harus ditonjolkan tidak asal comot,” ujarnya. Untuk menjadi panglima armatim dan armabar tidak mudah, karena harus memiliki kompetensi khusus, di antaranya pernah menjadi komandan kapal.
“Agak aneh kalau jadi panglima tidak pernah jadi komandan kapal. Tugasnya adalah proyeksi kekuatan dari darat ke laut, kemudian untuk melaksanakan peperangan laut. Pada masa damai armatim dan armabar melaksanakan tugas militer selain perang,” katanya. Pangarmabar Laksda Ahmad Taufiqurohman sering kali muncul di televisi melaksanakan kegiatan pengendalian operasiSearch And Rescue (SAR).
Dalam kesempatan itu, Susi meminta KSAL menangkap Kapal Fu Yuan Yu 80. Meski izin kapal tersebut telah dicabut sejak 2013, ternyata masih berlayar di utara Jakarta dan melakukan bongkar-muat.
“Saya berharap KSAL dan PSDKP AL bisa menangkap mereka. Itu pelecehan luar biasa terhadap NKRI,” keluhnya. Susi menyebutkan, Fu Yuan Yu 80 merupakan milik PT Antartika, satu grup dengan Hai Va, yang belum lama ditangkap.
Sucipto
“Saya mengamanatkan Wilayah Armada Barat sangat sensitif. Salah satunya Selat Malaka, apa yang terjadi di Selat Malaka pasti akan tersebar ke dunia. Oleh sebab itu, kondisi kita untuk mengamankan Selat Malaka dan Laut China Selatan,” kata KSAL seusai upacara serahterima jabatan Pangarmabar di Lapangan Koarmabar, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
KSAL menjelaskan, walaupun tidak secara langsung berhubungan, kalau terjadi konflik regional diLaut China Selatan maka akan berpengaruh terhadap Indonesia.
“Oleh sebab itu, kita punya kewajiban melaksanakan patroli di wilayah Natuna untuk Necate di wilayah Laut China Selatan,” katanya. Terkaitdengan sertijab pangarmabar dari Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Muda TNI Widodo kepada Laksamana Muda Ahmad Taufiqurohman, sambung KSAL, merupakan hal yang rutin dalam rangka regenerasi kepemimpinan.
“Ini proses regenerasi yang rutin. Sudah cukup lama Pak Widodo menjabat pangarmabar. Adik-adiknya bergerak dari bawah, jadi estafet kepemimpinan harus berlangsung. Untuk menjadi panglima, prestasi yang harus ditonjolkan tidak asal comot,” ujarnya. Untuk menjadi panglima armatim dan armabar tidak mudah, karena harus memiliki kompetensi khusus, di antaranya pernah menjadi komandan kapal.
“Agak aneh kalau jadi panglima tidak pernah jadi komandan kapal. Tugasnya adalah proyeksi kekuatan dari darat ke laut, kemudian untuk melaksanakan peperangan laut. Pada masa damai armatim dan armabar melaksanakan tugas militer selain perang,” katanya. Pangarmabar Laksda Ahmad Taufiqurohman sering kali muncul di televisi melaksanakan kegiatan pengendalian operasiSearch And Rescue (SAR).
Dalam kesempatan itu, Susi meminta KSAL menangkap Kapal Fu Yuan Yu 80. Meski izin kapal tersebut telah dicabut sejak 2013, ternyata masih berlayar di utara Jakarta dan melakukan bongkar-muat.
“Saya berharap KSAL dan PSDKP AL bisa menangkap mereka. Itu pelecehan luar biasa terhadap NKRI,” keluhnya. Susi menyebutkan, Fu Yuan Yu 80 merupakan milik PT Antartika, satu grup dengan Hai Va, yang belum lama ditangkap.
Sucipto
(ars)