Teroris Bukan Representasi Islam

Jum'at, 20 Februari 2015 - 10:55 WIB
Teroris Bukan Representasi Islam
Teroris Bukan Representasi Islam
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mendesak para pemimpin Barat dan muslim untuk samasama memerangi ekstremisme yang dilakukan kelompok yang mengaku representasi Islam.

Obama mengatakan, Islam ekstremis bukan merupakan representasi Islam, melainkan sebuah kesesatan agama. Pernyataan itu disampaikan Obama ketika berbicara dalam pertemuan puncak Gedung Putih yang dihadiri 60 delegasi dari 60 negara. Obama meminta seluruh pemimpin negara untuk lebih aktif mencegah radikalisme. Ideologi, propaganda, perekrut, dan penyandang dana yang menghasut orang melakukan kekerasan harus ditangani.

Muslim sebagai kaum yang dituduh melahirkan para ekstremis juga diminta untuk berkontribusi lebih. Obama berharap kaum muslim dapat lebih proaktif mengatasi ekstremisme seperti kasus Charlie Hebdo di Prancis. Ia juga mengingatkan masyarakat dunia bahwa kaum ekstremis ini tidak mewakili atau menggambarkan Islam.

“Para teroris itu tidaklah bicara mewakili satu miliar muslim di dunia. Mereka menggambarkan diri sebagai pejuang suci, namun sebenarnya mereka adalah teroris,” ungkap Obama, dilansir AFP. Obama juga menegaskan tidak akan membiarkan masyarakat menilai bahwa usahanya memerangi ekstremis dianggap sebagai perang melawan Islam.

Dia berjanji untuk terus meluruskan gagasannya bahwa Barat tidak pernah bertempur melawan Islam, melainkan melawan ekstremis Islam. Ini penting ditegaskan karena, menurut Obama, lahirnya kaum eks t remis bermula dari kebencian muslim terhadap Barat. Menurut Obama, para militan kerap menyamar sebagai pemimpin agama dan menyebarkan berbagai ideologi menyesatkan kepada kaum muda muslim.

Karena itu, dia berharap kaum muslim bisa menjauhkan diri dari ideologi brutal tersebut. Obama mengakui ini topik sensitif, namun ia berpendapat penting untuk membahas itu agar semua orang di dunia bisa lebih waspada. Pada bagian selanjutnya, Obama mengamini banyak muslim di AS mencurigai pemerintah dan polisi karena merasa menjadi target ketidakadilan.

Namun, pemikiran ini hanyalah sebuah gagasan yang disebarkan para teroris. Faktanya, banyak juga muslim AS yang menuai sukses dan mampu bekerja sama dengan Pemerintah AS. “Tentu saja itu cerita yang dibuat-buat oleh para teroris dan ekstremis. Teroris tidak ingin dunia tahu bahwa faktanya muslim berhasil dan berkembang di Amerika. Kebenaran yang teroris ungkapkan merupakan sebuah propaganda yang menyesatkan,” katanya.

Menurutnya, banyak muslim termakan propaganda tersebut dan akhirnya terbuai janji-janji para ekstremis. Obama berpendapat, masyarakat internasional seharusnya menawarkan sesuatu yang lebih baik kepada kaum muslim dan itulah yang sedang coba dilakukan AS. Dia mengatakan, perang melawan ekstremisme ini tidak bisa dimenangkan hanya oleh kekuatan militer.

Sementara itu, kejanggalan sosok pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, kembali terungkap. Pada 2004 dia ternyata tercatat menjadi tahanan sipil AS di Irak selama setahun, bukan tahanan militan. Fakta itu bersumber dari dokumen militer AS yang diperoleh Business Insider dari Freedom of Information Act.

Baghdadi yang memproklamirkan diri sebagai “Khalifah” itu memiliki nama asli Ibrahim Awad Ibrahim Al Badry. Data dokumen yang menyatakan Baghdadi bukan tahanan militan AS itu bertentangan dengan laporan yang selama ini muncul bahwa dia sudah lama jadi militan yang diburu AS. Menurut dokumen resmi tertanggal 4 Februari 2004, dia berstatus sebagai tahanan sipil AS di penjara Fallujah, Irak tengah.

Baghdadi kemudian dipindahkan ke beberapa fasilitas penjara di negara itu, termasuk di Kamp Bucca dan Kamp Adder. Tanggal pemindahan itu, 8 Desember dengan tahun yang sama. Kartu tanda pengenal Baghdadi di tahanan 2004 juga tertulis “tahanan sipil”. Artinya, dia bukan anggota militan bersenjata, namun masih ditahan dengan alasan keamanan. “Statusnya diidentifikasi sebagai pekerja administrasi,” bunyi catatan dokumen tersebut.

Rini agustina/Sindonews
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6404 seconds (0.1#10.140)