Mengubah Makanan Khas Prancis Menjadi Cita Rasa Lokal
A
A
A
Macaroon adalah makanan khas Prancis yang kurang sesuai dengan lidah Asia. Namun, dengan sentuhan kreativitas, Pooja Dhingra mampu mengubah macaroon dengan cita rasa India.
Ia pun kini dijuluki sebagai Ratu Macaroon dan memiliki kerajaan macaroon terbesar di Mumbai. Pada 2008 Dhingra seperti anak muda lain di dunia yang begitu mengagumi Paris dan berlomba-lomba untuk bisa mengunjunginya. Dhingra punya mimpi sendiri ketika pergi ke kota pemilik Menara Eifell itu. Ketika itu ia menyambangi Paris untuk belajar menjadi seorang koki Pastry.
Maklum, Prancis memang terkenal dengan keberagaman olahan makanannya. Layaknya mahasiswa lain, Dhingra menghabiskan setiap akhir pekan untuk bersenangsenang. Namun, akhir pekannya menjadi begitu berkesan ketika teman-teman kuliahnya mengajak Dhingra mencicipi macaroon, kue kecil berwarna-warni dengan bentuk melingkar yang terbuat dari almond bubuk berisi krim atau es.
Dhingra menyantap macaroon pertamanya di salah satu toko kue terbaik di Paris. Setelah hanya satu gigitan, Dhingra tersentak dengan kenikmatan macaroon. Saat itu dia memutuskan untuk kembali ke Mumbali dan menciptakan macaroon sendiri. Dia menjadi pembuat dan penjual macaroon pertama di India.
“Mungkin itu terdengar dramatis, namun saya sadar betul apa yang ingin saya lakukan. Misi saya adalah kembali ke India dan menciptakan macaroon saya sendiri,” cerita Dhingra, dilansir BBC . Namun, setibanya di India, sebagai seorang pengusaha muda, karier bisnisnya tidaklah mulus.
Demi menjaga fokusnya membangun kerajaan macaroon, perempuan berkulit sawo matang ini akhirnya melepaskan status mahasiswa hukumnya di salah satu universitas di Mumbai. Dhingra kemudian meyakinkan kedua orang tuanya untuk membiarkannya pergi ke Swiss demi belajar perhotelan dan manajemen.
Dhingra mendapatkan apa yang dia inginkan dan berhasil memasuki salah satu sekolah perhotelan di Swiss Le Cordon Bleu serta sebuah perguruan tinggi katering di Paris. Tiga tahun kemudian, dia kembali ke Mumbai dan mulai mengembangkan resep macaroon sendiri.
Tapi, di sini lagi-lagi dia banyak mengalami kendala terutama karena suhu India yang panas, sementara macaroon hanya bisa dibuat di tempat yang lembab. “Ketika saya mulai membuat macaroon pertama itu merupakan sebuah bencana. Butuh waktu sekitar enam bulan penelitian dan mengalami 60 kali kegagalan resep sebelum akhirnya mendapatkan resep yang benar,” kenangnya.
Ketika akhirnya ia memiliki resep sendiri, Dhingra mengaku bangga. Ayahnya pun sangat mendukung bahkan memberikan investasi awal. Tantangan pun datang dengan lebih berat yakni promosi dan birokrasi. Dhingra bercerita pendidikannya di Swiss hanya berkutat soal hotel.
“Birokrasi India membuat Anda sulit melangkah dalam bisnis pertama Anda,” ucapnya. Tapi, dengan upaya keras, akhirnya pada 2010 Dhingra berhasil membuka toko dan mempekerjakan beberapa staf . Tokonya Le 15 Patisserie juga menghadapi tantangan sulit. Dhingra merasakan bulan-bulan di mana orang-orang tidak mengenal di mana lokasi tokonya dan apa yang dia jual.
Dhingra menggunakan metode jemput bola dengan membagikan macaroon gratis. Akhirnya dari mulut ke mulut, Le 15 Patisserie pun mulai didatangi pembeli. Segera setelah itu, macaroon menjadi sangat populer. Dhingra mulai banyak diminta untuk mengajar di kelas memasak bahkan buku masakannya menjadi best-seller di India.
Sejak saat itu Dhingra dijuluki sebagai Ratu Macaroon. Kini Dhingra akan menghadapi tantangan berikutnya yakni membuat resep baru yang lebih nikmat. untuk menghadapi persaingan pasar.
RINI AGUSTINA
Ia pun kini dijuluki sebagai Ratu Macaroon dan memiliki kerajaan macaroon terbesar di Mumbai. Pada 2008 Dhingra seperti anak muda lain di dunia yang begitu mengagumi Paris dan berlomba-lomba untuk bisa mengunjunginya. Dhingra punya mimpi sendiri ketika pergi ke kota pemilik Menara Eifell itu. Ketika itu ia menyambangi Paris untuk belajar menjadi seorang koki Pastry.
Maklum, Prancis memang terkenal dengan keberagaman olahan makanannya. Layaknya mahasiswa lain, Dhingra menghabiskan setiap akhir pekan untuk bersenangsenang. Namun, akhir pekannya menjadi begitu berkesan ketika teman-teman kuliahnya mengajak Dhingra mencicipi macaroon, kue kecil berwarna-warni dengan bentuk melingkar yang terbuat dari almond bubuk berisi krim atau es.
Dhingra menyantap macaroon pertamanya di salah satu toko kue terbaik di Paris. Setelah hanya satu gigitan, Dhingra tersentak dengan kenikmatan macaroon. Saat itu dia memutuskan untuk kembali ke Mumbali dan menciptakan macaroon sendiri. Dia menjadi pembuat dan penjual macaroon pertama di India.
“Mungkin itu terdengar dramatis, namun saya sadar betul apa yang ingin saya lakukan. Misi saya adalah kembali ke India dan menciptakan macaroon saya sendiri,” cerita Dhingra, dilansir BBC . Namun, setibanya di India, sebagai seorang pengusaha muda, karier bisnisnya tidaklah mulus.
Demi menjaga fokusnya membangun kerajaan macaroon, perempuan berkulit sawo matang ini akhirnya melepaskan status mahasiswa hukumnya di salah satu universitas di Mumbai. Dhingra kemudian meyakinkan kedua orang tuanya untuk membiarkannya pergi ke Swiss demi belajar perhotelan dan manajemen.
Dhingra mendapatkan apa yang dia inginkan dan berhasil memasuki salah satu sekolah perhotelan di Swiss Le Cordon Bleu serta sebuah perguruan tinggi katering di Paris. Tiga tahun kemudian, dia kembali ke Mumbai dan mulai mengembangkan resep macaroon sendiri.
Tapi, di sini lagi-lagi dia banyak mengalami kendala terutama karena suhu India yang panas, sementara macaroon hanya bisa dibuat di tempat yang lembab. “Ketika saya mulai membuat macaroon pertama itu merupakan sebuah bencana. Butuh waktu sekitar enam bulan penelitian dan mengalami 60 kali kegagalan resep sebelum akhirnya mendapatkan resep yang benar,” kenangnya.
Ketika akhirnya ia memiliki resep sendiri, Dhingra mengaku bangga. Ayahnya pun sangat mendukung bahkan memberikan investasi awal. Tantangan pun datang dengan lebih berat yakni promosi dan birokrasi. Dhingra bercerita pendidikannya di Swiss hanya berkutat soal hotel.
“Birokrasi India membuat Anda sulit melangkah dalam bisnis pertama Anda,” ucapnya. Tapi, dengan upaya keras, akhirnya pada 2010 Dhingra berhasil membuka toko dan mempekerjakan beberapa staf . Tokonya Le 15 Patisserie juga menghadapi tantangan sulit. Dhingra merasakan bulan-bulan di mana orang-orang tidak mengenal di mana lokasi tokonya dan apa yang dia jual.
Dhingra menggunakan metode jemput bola dengan membagikan macaroon gratis. Akhirnya dari mulut ke mulut, Le 15 Patisserie pun mulai didatangi pembeli. Segera setelah itu, macaroon menjadi sangat populer. Dhingra mulai banyak diminta untuk mengajar di kelas memasak bahkan buku masakannya menjadi best-seller di India.
Sejak saat itu Dhingra dijuluki sebagai Ratu Macaroon. Kini Dhingra akan menghadapi tantangan berikutnya yakni membuat resep baru yang lebih nikmat. untuk menghadapi persaingan pasar.
RINI AGUSTINA
(bbg)