Atasi Banjir, Jakarta Andalkan Pompa

Kamis, 12 Februari 2015 - 10:14 WIB
Atasi Banjir, Jakarta Andalkan Pompa
Atasi Banjir, Jakarta Andalkan Pompa
A A A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta sangat bergantung pada pompa air untuk melenyapkan banjir di Ibu Kota. Seluruh pompa, khususnya di Jakarta Utara, tidak boleh satu pun ada yang mati.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, saat ini pihaknya sedang menugaskan Dinas Perindustrian dan Energi menarik satu jaringan khusus agar gardugardu listrik yang menghidupkan pompa bisa terus hidup. Saat ini ada tiga gardu tidak berfungsi karena terendam salah satunya di Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Dia tidak mau tahu lagi ada pompa yang mati akibat listrik padam. Ahok mengaku sudah mendapat jaminan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) bahwa aliran listrik di pompa Waduk Pluit tidak akan dimatikan. “Jakarta ini di bawah muka laut semua. Kalau tidak ada pompa, pasti enggak bisa keluar. Contoh Batu Tulis, Kebon Jeruk terendam. Hayam Wuruk dan Gajah Mada, sungainya itu enggak ada air. Kok enggak dipindahin ? Karena pompa enggak bisa nyala, enggak ada sodetan. Itu masalahnya,” ucap Ahok di Balai Kota kemarin.

Ahok menjelaskan, Jakarta tidak ubahnya seperti baskom yang akan terisi penuh ketika hujan dan air laut pasang datang bersamaan. Untuk mengeringkan itu diperlukan pompa. Sayangnya, ketika air semua tumpah ke Waduk Pluit, pompa tidak berfungsi maksimal lantaran ada pemadaman listrik. Begitu pompa dihidupkan kembali, lanjut mantan bupati Belitung Timur itu, air di Waduk Pluit berhasil disedot dan dibuang ke laut.

“Jakarta kalau tanpa pompa, tenggelam. Kan enggak bisa keluar tempayannya. Kalau enggak ada pompa, enggak bisa. Makanya saya bilang ke PLN, bantu saya. Semua gardu, jangan putus listriknya. Kalau gardunya rendah, ya kita tinggikan. Saya minta Dinas Perindustrian dan Energi lakukan. Katanya beli genset aja . Tapi beli genset saya enggak bisa cepet ,” ungkapnya.

Ahok menuturkan, penanganan banjir di Jakarta dibagi tiga aliran yaitu barat, tengah, dan timur. Dari ketiga aliran tersebut, yang sudah berhasil ditangani adalah bagian tengah yaitu dengan ada Waduk Pluit. Sedangkan aliran barat sedang dalam tahap proses pembelian tanah untuk membuat waduk. Sedangkan aliran timur dalam proses pembangunan waduk. Selain itu, lanjut Ahok, pihaknya juga tengah mengerjakan sodetan ke Kanal Banjir Timur (KBT).

Apabila sodetan KBT sudah selesai ditunjang dengan Kanal Banjir Barat (KBB), pembangunan dua waduk di aliran barat dan tiga waduk di aliran timur, serta pompa, dia yakin banjir di Jakarta hilang. “Kami akan sampaikan ke Presiden dan bikin surat juga. Lebih baik semua pompa, jalan, dan segala macam milik pusat diserahkan ke Jakarta. Kalau Waduk Pluit terus berjalan, tidak mati listrik lagi, enggak mungkin Istana kena banjir karena aliran tengahnya sudah berhasil,” tuturnya.

Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono mengatakan, pihaknya terus memantau seluruh pompa tetap beroperasi ketika banjir datang. Sebanyak 555 pompa saat ini dalam kondisi baik. Hanya, ada beberapa pompa yang gardu listriknya terendam seperti di kawasan Pasar Ikan milik pemerintah pusat dan Kelapa Gading.“Tahun ini seluruh pompa yang ada wajib dilengkapi dengan genset.

Selain memantau seluruh pompa, kami juga telah menyediakan karung pasir manakala tanggul di utara tidak kuat menahan luapan air laut,” ungkapnya. Agus menjelaskan, saat ini Pemprov DKI Jakarta sudah mempunyai program penanganan banjir dari hilir ke hulu secara bertahap. Dari hilir, pihaknya akan memasang enam pompa besar di muara-muara sungai. Enam pompa air besar itu tahun ini ditempatkan di Pompa Kamal, Pompa Angke, Pompa Marina, Pompa Karang, Pompa Sentiong, dan Pompa Sunter Hilir.

Namun, penyelesaiannya diperkirakan membutuhkan waktu 2-3 tahun, bergantung tingkat kesulitan di lapangan. Pompa di muara-muara sungai tersebut diharapkan dapat mengatasi banjir rob di pesisir utara. “Untuk memaksimalkan pompa, peninggian tanggultanggul laut di pesisir utara Jakarta sepanjang 32 km harus dilakukan. Pemprov akan membangun sepanjang 4 km dengan anggaran Rp1,6 triliun dan diprioritaskan di daerah rendah,” paparnya.

Pengungsi Belum Dapat Bantuan

Sejumlah pengungsi mengaku belum mendapatkan bantuan seperti selimut dan bahan pokok makan. Seorang pengungsi Mauliyah, 50, mengatakan dia dan sekitar 300 warga empat RT di RW 04 Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat belum mendapat selimut dan bahan makanan pokok.

“Kami butuh banget selimut, kasihan anak dan orang tua. Kalau malam, (mereka) kedinginan. Kalau makan, kami (pengungsi) harus tunggu para pria bekerja, baru kita masak dan makan bareng,” katanya di titik pengungsian Jalan Tubagus Angke, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, kemarin sore. Nur Santi, 28, warga RT 07/05, Kelurahan Kedawung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, mengaku akibat sering menenggelamkan kaki ke air keruh, sebagian warga RW 05 terkena penyakit kutu air.

“Gatal banget Mas kalau malam. Udah dikasih salep tetap aja gatal,” keluhnya. Menurut Santi, sekitar 900 warga dari RW 05 yang mengungsi di ruang terbuka hijau (RTH) Jalan Daan Mogot sebagian besar belum mendapatkan bantuan bahan makanan pokok. “Kalau kesehatan, kami sudah cek. Hanya makanan dan selimut aja , dari kemarin warga di sini belum dapat,” ucapnya.

Sekretaris RW 04, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Sugeng Purwanto membenarkan posko di Tubagus Angke dan RTH Jalan Daan Mogot belum mendapatkan bantuan berupa selimut serta bahan pokok. “Palingan ada nasi campur dari TNI. Itu juga sore hari. Kalau makan pagi, kita masak bareng-bareng sama warga hasil uang tarik gerobak,” ungkap bapak tiga anak ini.

Di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, sedikitnya 529 warga mengungsi ke empat titik menyusul luapan air Kali Ciliwung. Empat lokasi pengungsian yakni Kantor Sudin Kesehatan Jakarta Timur, Rumah Sakit (RS) Hermina, Pos RW 03, dan Masjid At-Tawabin. Warga mengungsi setelah ketinggian air mencapai 3 meter. Pantauan di lokasi, jalur lambat Jalan Jatinegara Barat masih ditutup. Ratusan sepeda motor dan mobil milik warga diparkir di bahu jalan.

Lalulintas dikawasan ini pun tersendat. Kendaraan yang melintas dari arah Terminal Kampung Melayu menuju Jalan Raya Matraman hanya dapat melintas di jalur bus Transjakarta dan jalur cepat. Siti Aminah, pengungsi di halaman RS Hermina, mengaku, setiap tahun dia selalu mengungsi ketika turun hujan dalam waktu yang lama. Saat ini tidak seluruh warga mengungsi karena sebagian rumah sudah tingkat dua.

Banjir di Lima Kecamatan

Di Kota Tangerang banjir masih merendam lima kecamatan akibat tingginya debit air kiriman dari Bogor. Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Rahmat Hendra mengatakan, titik banjir masih seperti sebelumnya. “Banjir di wilayah barat disebabkan meluapnya Kali Sabi, sedangkan di wilayah timur karena Kali Angke,” sebutnya.

Titik banjir meliputi Perumahan Total Persada, Purati, Periuk Damai, Periuk Jaya, Pondok Arum, Candulan, Pinang Griya, Ciledug Indah 1 dan 2, Kompleks DDN, Wisma Tajur, Puri Kartika, serta Taman Elang. Ketinggian air di Perumahan Total Persada sempat surut 30 cm pada pagi hari. Namun, menjelang siang air kembali naik melewati bibir tanggul. “Jadi sekarang (kemarin) naik lagi seatap rumah, ketinggian masih 3 meter,” tandasnya.

Perumahan Ciledug Indah 1 dan 2 masih banjir sekitar 1 meter lebih. Namun, air yang merendam Jalan KH Hasyim Ashari sudah surut. Tercatat sedikitnya 12.701 warga masih mengungsi di sejumlah tempat seperti sekolah, masjid, bahkan tempat pemotongan hewan. Hendra mengaku, seluruh logistik seperti mi instan dan beras sudah dibagikan kepada pengungsi.

Bima setiyadi/ Ridwansyah/Yan yusuf/ Denny irawan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7206 seconds (0.1#10.140)