KRL dan Transjakarta Terganggu

Selasa, 10 Februari 2015 - 10:12 WIB
KRL dan Transjakarta Terganggu
KRL dan Transjakarta Terganggu
A A A
JAKARTA - Banjir yang merendam sejumlah titik di Ibu Kota mengakibatkan operasional transportasi publik terganggu. Gangguan terjadi pada perjalanan bus Transjakarta dan kereta rel listrik (KRL) Commuter Line.

Sedikitnya empat koridor busway berhenti beroperasi karena armada tidak bisa melintasi genangan di beberapa ruas jalan. Sedangkan perjalanan sejumlah KRL Commuter Line terpaksa hanya sampai Stasiun Manggarai karena Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Kampung Bandang terendam.

Empat koridor yang berhenti beroperasi yakni koridor II (Pulogadung-Harmoni), koridor VIII (Lebak Bulus-Harmoni), koridor X (Cililitan-Tanjung Priok), dan koridor XII ( Pluit- Tanjung Priok). Koridor II berhenti beroperasi karena banjir di Pedongkelan, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di situ jalur sudah tidak bisa lagi dilalui. Koridor VIII berhenti beroperasi karena terkena imbas banjir di Green Garden, Kedoya, Jakarta Barat.

Sementara koridor X dan XI stop beroperasi akibat banjir di kawasan Sunter, Jakarta Utara. “Kami mohon maaf atas terganggunya pelayanan Transjakarta,” kata Direktur Utama PT Transjakarta Antonius NS Kosasih kemarin. Kosasih menambahkan, pihaknya juga melakukan pemendekan rute di sejumlah koridor. Koridor I (Blok M-Kota) diperpendek menjadi Kota-Harmoni karenagenangan air di trafficlight Sarinah, Monas, dan Istana Negara.

“Koridor IX (Pluit-Pinang Ranti) juga kita perpendek rutenya menjadi Pinang Ranti-Harapan Kita karena Halte Central Park sampai dengan Pluit tidak bisa dilalui akibat terimbas banjir di Grogol,” bebernya. Permohonan maaf juga disampaikan Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa. Tingginya intensitas hujan menyebabkan beberapa stasiun terendam. Agar tetap bisa melayani pengguna KRL, pihaknya memperpendek jarak tempuh.

Perjalanan KRL dari Bogor/ Depok-Jakarta Kota dan jalur lingkar (Sudirman-Tanah Abang- Jatinegara) hanya sampai Stasiun Manggarai. Rute Bekasi-Jakarta Kota juga hanya sampai Manggarai karena rel di Stasiun Kota, Kampung Bandan, dan Kemayoran terendam. Pengguna KRL yang hendak menuju Jakarta Kota hanya bisa sampai Stasiun Manggarai, selanjutnya disediakan kereta feeder, namun hanya sampai Stasiun Jayakarta.

Untuk yang menuju ke Jatinegara, bisa turun di Manggarai, kemudian naik kereta jurusan Bekasi. “Kondisi ini tentu di luar kendali kita,” imbuhnya. KRL dari Parung Panjang juga tidak bisa masuk Stasiun Tanah Abang dan sampai Stasiun Palmerah. Penumpang yang hendak menuju Stasiun Tanah Abang bisa menggunakan moda transportasi lain.

“Kita belum tahu sampai kapan kebijakan ini berlaku, namun ketika di lintasan maupun di stasiun sudah tidak ada genangan, operasional kereta bisa kembali normal,” tuturnya. Ilham Chaniago, penumpang KRL dari Parung Panjang yang hendak menuju Stasiun Tanah Abang, mengaku kecewa dengan diperpendeknya jarak tempuh KRL. Dia mengaku kerepotan mencari moda transportasi alternatif untuk sampai Stasiun Tanah Abang.

Menurutnya, hal seperti ini seharusnya bisa diantisipasi operator KRL. Dia mengatakan, saat ini sudah banyak masyarakat yang kebutuhan perjalanannya bertumpu pada KRL sehingga seharusnya, baik pemerintah maupun operator, menyediakan transportasi andal yang bisa dioperasikan di segala cuaca. “Kondisi ini kan terus terjadi tiap tahun. Apa tidak ada evaluasi dari operator ataupun pemerintah?” keluhnya.

Karyawan Libur

Banjir yang menyebabkan akses jalan terputus membuat sejumlah pekerja kesulitan sampai ke kantornya. Rachma, satu karyawati swasta di kawasan Grogol, Jakarta Barat, terpaksa meliburkan diri. Sejak pagi dia tidak mendapat angkutan umum untuk ke kantornya. “Dari jam 09.00-11.00 WIB tidak ada bus, jadi saya terpaksa pulang,” katanya.

Karyawati kantor konsultan ini mengaku hampir semua kawannya sekantor tidak masuk kerja. “Gimana mau masuk, tadi pas nonton TV akses ke sana banjir,” ujarnya. Pihak manajemen juga mengirim pesan singkat kemarin bahwa kantor diliburkan. Pengakuan berbeda diungkapkan Hendry, karyawan swasta di Jalan MH Thamrin. Kemarin dia sudah tiba di kantor, namun akhirnya pulang lagi.

“Tadi (kemarin) sampai kantor jam 08.00 WIB. Hingga jam 10.00 WIB enggak ada yang datang akhirnya dipulangkan setelah makan siang karena kerjanya tidak produktif,” ungkapnya. Namun, saat akan pulang dia terjebak banjir karena tidak bisa keluar dari kantor karena tingginya air. “Motor terpaksa ditinggal di kantor. Saya pulang jalan kaki sampai Stasiun Sudirman,” ujar warga Klender, Jakarta Timur ini.

Dia mengakui ketinggian air di depan kantornya masih belum separah tahun lalu. Dia berharap pemerintah bisa memperhatikan masalah banjir ini. “Ini kan sudah lama, mestinya pemerintah sudah bisa belajar jadi bisa hilang banjirnya,” ucapnya. Agung Prihartono, 28, warga Bekasi, memilih tidak berangkat kerja di kantornya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Hujan lebat yang mengguyur wilayah Jabodetabek bisa menyebabkan banjir di mana-mana.

“Jangankan di tempat kerja, rumah saya juga kebanjiran makanya saya tidak kerja hari ini,” ungkapnya.

Ridwansyah/ Helmi syarif/ R ratna purnama/ Abdullah m surjaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2110 seconds (0.1#10.140)