Proton Akan Sulit Bersaing di Pasar
A
A
A
JAKARTA - Rencana menggandeng Proton untuk mobil nasional (mobnas) Indonesia dinilai akan sia-sia. Pabrikan asal Malaysia tersebut tidak akan mampu bersaing dengan produsen mobil raksasa lain yang telah lama di Indonesia.
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Ellen Tangkudung mengungkapkan, Proton tidak terlalu dilirik masyarakat Indonesia. ”Kenapa harus Proton yang digandeng, karena Proton itu waktu masuk beberapa tahun lalu enggak begitu laku, hanya taksi yang membeli. Sekarang dia harus bersaing dengan produsen mobil di Indonesia yang raksasa semua seperti Toyota dan Honda,” kata Ellen kemarin.
Menurutnya, pasar yang akan dihadapi Proton nantinya akan sangat berat. Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas mempertanyakan seberapa besar komponen lokal (local content ) yang akan diberikan Proton untuk mobnas Indonesia. ”Kalau local content - nya kurang dari 80% sih menurut saya bukan mobil nasional. Itu mobil luar negeri yang dirakit di Indonesia saja,” tegasnya.
Selain itu, keberadaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) milik AM Hendropriyono juga tidak akan mampu mendongkrak pasar Proton di Indonesia. ”Karena masyarakat sekarang tidak bisa dipaksa lagi oleh penguasa. Yang akan membeli adalah orang-orang yang ingin mendekati penguasa saja, sebagai alat lobi penguasa kalau dirinya memakai mobil Proton,” jelasnya.
Namun, masyarakat umum lebih memilih mobil murah yang diproduksi di Indonesia dan suku cadangnya mudah didapat. Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan untuk mobnas, pemerintah harus menggandeng perusahaan besar asal Jepang atau Eropa. Pasalnya, dari negara-negara tersebut mobil yang dihasilkan cukup bagus dan teruji.
”Kalau sekarang perusahaan Pak Hendropriyono yang diajak kerja sama, ke depannya harus ada perusahaan lain yang melakukan hal yang sama bahkan bisa lebih baik,” paparnya. Ketua DPR Setya Novanto menghargai pembicaraan Jokowi dengan sejumlah pihak dari negara asing. Novanto meminta agar hal ini disikapi secara bijak. ”Namun, kita perhatikan juga masalah-masalah berkaitan dengan produkproduk dalam negeri kita,” kata Novanto.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengaku sangat kecewa dengan kerja sama antara PT ACL dan Proton Malaysia dalam pengembangan mobil nasional. Dengan kerja sama itu, menurutnya perjuangan mobnas Esemka tidak ada artinya. Dia bercerita perjuangan membuat Esemka dilakukan dengan kerja keras dari semua lini. Mulai desain, penentuan mesin, hingga perakitan dilakukan susah payah oleh anak-anak siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia.
Bahkan, perjuangan paling berat dilakukan saat mobil yang dibuat di Solo itu harus melakukan uji emisi di Jakarta. ”Dari Solo-Jakarta saya nyetir sendiri untuk uji coba dan tes emisi, namun ternyata perjuangan itu tidak ada gunanya saat ini,” ucap sahabat dekat Presiden Jokowi tersebut.
Dia mengharapkan Presiden mengembangkan mobil Esemka sebagai mobnas, bukan malah menunjuk perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan Proton. Apalagi, dahulu Jokowi sudah berjanji bakal mengembangkan Esemka menjadi mobil nasional untuk kepentingan negara. Dia mengingatkan, bahwa program Esemka-lah yang mengantarkannya ke kursi gubernur DKI Jakarta hingga saat ini menjadi presiden.
Dia menyayangkan kerja samanya dengan pabrikan Proton. Menurut dia, jika presiden ingin kerja sama untuk transfer ilmu seharusnya dengan perusahaan automotif di Jepang. ”Kalau mau kerja sama dengan Malaysia yang mau dipelajari apanya, sama saja. Tidak ada gunanya,” tegas Rudy.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo akhirnya buka suara soal kontroversi kerja sama PT ACL dengan Proton. ”Itu kan ‘business to business’. Itu pun saya kira masih sebuah MoU yang awal sekali,” kata Presiden di Manila, Filipina, kemarin.
Dia menyebutkan studi kelayakan juga belum dilakukan. Dia datang ke acara tersebut karena diundang oleh Chairman Proton Mahathir Mohamad dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. ”Ya, kita kan terbuka mau yang dari Malaysia masuk untuk investasi ya silakan, mau dari Korea juga silakan, mau dari Jepang yang sudah banyak mau investasi lebih besar lagi ya silakan, kita butuh investasi,” tambahnya.
Tak Mudah
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, program mobnas tidak mudah dan harus bersaing dengan perusahaan mobil yang telah berdiri sejak lama. ”Kalau kita bikin mobnas sekarang, Anda harus menjamin sparepart- nya bertahan 20 tahun, sanggup nggak? Kalau perusahaannya tergolong masih baru, mana sanggup,” kata Jusuf Kalla di Kepulauan Riau kemarin.
Selain itu, perusahaan juga harus mengeluarkan model baru setiap tahun untuk bisa bersaing. ”Itulah industri mobil. Saya 40 tahun bisnis mobil, tidak mudah sama sekali. Karena itu gagal demi gagal k-arena jangka panjang, tidak semua orang siap jangka panjang,” katanya.
Saat ditanya terkait nota kesepahaman Proton dengan PT ACL saat lawatan Presiden Jokowi ke Malaysia, Wapres meyakini itu hanyalah perjanjian antara dua perusahaan dan tidak melibatkan pemerintah. ”Menyangkut dua perusahaan yang berniat membangun industri, silakan saja,” kata Wapres yang mengaku belum membaca isi MoU.
Dia menambahkan saat ini banyak mobil yang konten lokalnya telah memenuhi 80% bahkan telah diekspor, meski dengan label ternama luar negeri. ”Mobil-mobil yang sekarang beredar seperti Toyota, Daihatsu, itu kan semuanya sudah 80% dibikin Indonesia. Tentu dilihat dari industri itu, pasti mobil Indonesia merek internasional,” kata Wapres. Menteri Perindustrian Saleh Husin kembali menegaskan bahwa penandatanganan MoU yang dilakukan di Malaysia kemarin adalah murni untuk melakukan visibility study enam bulan ke depan.
”Murni private to private bisnis dan dalam penandatanganan tersebut tidak ada unsur pemerintah terlibat sama sekali, apalagi ada penggunaan APBN. Jadi murni bisnis,” tegas Saleh di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, setiap pelaku usaha yang ingin bergabung untuk investasi selalu membuat visibility study untuk dikaji apakah layak atau tidak.
”Jika layak, mereka lakukan kegiatan lanjutan, yaitu daftar ke BKPM untuk izin investasinya, dan mempersiapkan berbagai fasilitas pendukung industrinya, kemudian ke Kementerian Perindustrian untuk minta nomor identifikasi kendaraan bermotor. Jadi, tahapannya masih terlalu panjang,” jelasnya.
Dia melanjutkan, kerja sama antara perusahaan asal Indonesia, PT ACL dan Proton bukan untuk program mobnas.
Oktiani endarwati/ Arief setiadi/ Okezone/ant
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Ellen Tangkudung mengungkapkan, Proton tidak terlalu dilirik masyarakat Indonesia. ”Kenapa harus Proton yang digandeng, karena Proton itu waktu masuk beberapa tahun lalu enggak begitu laku, hanya taksi yang membeli. Sekarang dia harus bersaing dengan produsen mobil di Indonesia yang raksasa semua seperti Toyota dan Honda,” kata Ellen kemarin.
Menurutnya, pasar yang akan dihadapi Proton nantinya akan sangat berat. Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas mempertanyakan seberapa besar komponen lokal (local content ) yang akan diberikan Proton untuk mobnas Indonesia. ”Kalau local content - nya kurang dari 80% sih menurut saya bukan mobil nasional. Itu mobil luar negeri yang dirakit di Indonesia saja,” tegasnya.
Selain itu, keberadaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) milik AM Hendropriyono juga tidak akan mampu mendongkrak pasar Proton di Indonesia. ”Karena masyarakat sekarang tidak bisa dipaksa lagi oleh penguasa. Yang akan membeli adalah orang-orang yang ingin mendekati penguasa saja, sebagai alat lobi penguasa kalau dirinya memakai mobil Proton,” jelasnya.
Namun, masyarakat umum lebih memilih mobil murah yang diproduksi di Indonesia dan suku cadangnya mudah didapat. Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan untuk mobnas, pemerintah harus menggandeng perusahaan besar asal Jepang atau Eropa. Pasalnya, dari negara-negara tersebut mobil yang dihasilkan cukup bagus dan teruji.
”Kalau sekarang perusahaan Pak Hendropriyono yang diajak kerja sama, ke depannya harus ada perusahaan lain yang melakukan hal yang sama bahkan bisa lebih baik,” paparnya. Ketua DPR Setya Novanto menghargai pembicaraan Jokowi dengan sejumlah pihak dari negara asing. Novanto meminta agar hal ini disikapi secara bijak. ”Namun, kita perhatikan juga masalah-masalah berkaitan dengan produkproduk dalam negeri kita,” kata Novanto.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengaku sangat kecewa dengan kerja sama antara PT ACL dan Proton Malaysia dalam pengembangan mobil nasional. Dengan kerja sama itu, menurutnya perjuangan mobnas Esemka tidak ada artinya. Dia bercerita perjuangan membuat Esemka dilakukan dengan kerja keras dari semua lini. Mulai desain, penentuan mesin, hingga perakitan dilakukan susah payah oleh anak-anak siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia.
Bahkan, perjuangan paling berat dilakukan saat mobil yang dibuat di Solo itu harus melakukan uji emisi di Jakarta. ”Dari Solo-Jakarta saya nyetir sendiri untuk uji coba dan tes emisi, namun ternyata perjuangan itu tidak ada gunanya saat ini,” ucap sahabat dekat Presiden Jokowi tersebut.
Dia mengharapkan Presiden mengembangkan mobil Esemka sebagai mobnas, bukan malah menunjuk perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan Proton. Apalagi, dahulu Jokowi sudah berjanji bakal mengembangkan Esemka menjadi mobil nasional untuk kepentingan negara. Dia mengingatkan, bahwa program Esemka-lah yang mengantarkannya ke kursi gubernur DKI Jakarta hingga saat ini menjadi presiden.
Dia menyayangkan kerja samanya dengan pabrikan Proton. Menurut dia, jika presiden ingin kerja sama untuk transfer ilmu seharusnya dengan perusahaan automotif di Jepang. ”Kalau mau kerja sama dengan Malaysia yang mau dipelajari apanya, sama saja. Tidak ada gunanya,” tegas Rudy.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo akhirnya buka suara soal kontroversi kerja sama PT ACL dengan Proton. ”Itu kan ‘business to business’. Itu pun saya kira masih sebuah MoU yang awal sekali,” kata Presiden di Manila, Filipina, kemarin.
Dia menyebutkan studi kelayakan juga belum dilakukan. Dia datang ke acara tersebut karena diundang oleh Chairman Proton Mahathir Mohamad dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. ”Ya, kita kan terbuka mau yang dari Malaysia masuk untuk investasi ya silakan, mau dari Korea juga silakan, mau dari Jepang yang sudah banyak mau investasi lebih besar lagi ya silakan, kita butuh investasi,” tambahnya.
Tak Mudah
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, program mobnas tidak mudah dan harus bersaing dengan perusahaan mobil yang telah berdiri sejak lama. ”Kalau kita bikin mobnas sekarang, Anda harus menjamin sparepart- nya bertahan 20 tahun, sanggup nggak? Kalau perusahaannya tergolong masih baru, mana sanggup,” kata Jusuf Kalla di Kepulauan Riau kemarin.
Selain itu, perusahaan juga harus mengeluarkan model baru setiap tahun untuk bisa bersaing. ”Itulah industri mobil. Saya 40 tahun bisnis mobil, tidak mudah sama sekali. Karena itu gagal demi gagal k-arena jangka panjang, tidak semua orang siap jangka panjang,” katanya.
Saat ditanya terkait nota kesepahaman Proton dengan PT ACL saat lawatan Presiden Jokowi ke Malaysia, Wapres meyakini itu hanyalah perjanjian antara dua perusahaan dan tidak melibatkan pemerintah. ”Menyangkut dua perusahaan yang berniat membangun industri, silakan saja,” kata Wapres yang mengaku belum membaca isi MoU.
Dia menambahkan saat ini banyak mobil yang konten lokalnya telah memenuhi 80% bahkan telah diekspor, meski dengan label ternama luar negeri. ”Mobil-mobil yang sekarang beredar seperti Toyota, Daihatsu, itu kan semuanya sudah 80% dibikin Indonesia. Tentu dilihat dari industri itu, pasti mobil Indonesia merek internasional,” kata Wapres. Menteri Perindustrian Saleh Husin kembali menegaskan bahwa penandatanganan MoU yang dilakukan di Malaysia kemarin adalah murni untuk melakukan visibility study enam bulan ke depan.
”Murni private to private bisnis dan dalam penandatanganan tersebut tidak ada unsur pemerintah terlibat sama sekali, apalagi ada penggunaan APBN. Jadi murni bisnis,” tegas Saleh di Jakarta kemarin. Dia menambahkan, setiap pelaku usaha yang ingin bergabung untuk investasi selalu membuat visibility study untuk dikaji apakah layak atau tidak.
”Jika layak, mereka lakukan kegiatan lanjutan, yaitu daftar ke BKPM untuk izin investasinya, dan mempersiapkan berbagai fasilitas pendukung industrinya, kemudian ke Kementerian Perindustrian untuk minta nomor identifikasi kendaraan bermotor. Jadi, tahapannya masih terlalu panjang,” jelasnya.
Dia melanjutkan, kerja sama antara perusahaan asal Indonesia, PT ACL dan Proton bukan untuk program mobnas.
Oktiani endarwati/ Arief setiadi/ Okezone/ant
(ars)