Bentrok Suporter-Polisi, Puluhan Tewas

Selasa, 10 Februari 2015 - 10:06 WIB
Bentrok Suporter-Polisi, Puluhan Tewas
Bentrok Suporter-Polisi, Puluhan Tewas
A A A
KAIRO - Noda hitam kembali mencoreng dunia sepak bola Mesir. Sedikitnya 25 orang tewas dan belasan lainnya luka-luka ketika suporter klub Zamalek bentrok dengan aparat keamanan di luar Stadion Pertahanan Udara, Kairo, Minggu (8/2) malam.

Atas kerusuhan berdarah itu, Liga Primer Mesir musim 2014/2015 dihentikan dalam jangka waktu tak terbatas. ”Asosiasi Sepak Bola Mesir (EFA) memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan sepak bola di semua tingkatan liga demi berkabung pada korban kerusuhan pertandingan Zamalek- ENPPI,” bunyi pernyataan EFA di laman resmi mereka, dikutip Reuters , kemarin. Presiden FIFA Sepp Blatter mengirimkan surat belasungkawa kepada Presiden EFA Gamal Allam.

”Saya ingin menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya kepada komunitas sepak bola Mesir untuk peristiwa tragis tersebut,” kata Blatter. ”Ini sangat menyedihkan. Permainan sepak bola yang seharusnya penuh sukacita dan positif, rusak dengan cara ini. Kami menunggu hasil penyelidikan,” tambahnya.

Jaksa Publik Mesir telah memerintahkan dimulainya investigasi atas per. Namun, sejauh ini penyidik belum mengungkapkan hasil temuan mereka. Kementerian Dalam Negeri yang turut merespons cepat kasus ini mengungkapkan bahwa bentrokan bermula ketika kelompok Ksatria Putih mendatangi stadion memaksa masuk tanpa tiket.

”Suporter klub Zamalek dalam jumlah sangat besar telah mengunjungi stadion untuk menyaksikan pertandingan Zamalek melawan ENPPI. Mereka mencoba memasuki gerbang stadion dengan cara paksa. Petugas keamanan turun tangan untuk mencegah serangan itu,” bunyi Kemendagri, dilansir Al- Jazeera , kemarin. Ksatria Putih adalah suporter garis keras (ultras ) klub Zamalek. Di media sosial, mereka menyebut bentrokan diawali oleh sikap kasar otoritas stadion.

Menurutmereka, otoritashanya membukakan satu gerbang sempit berkawat duri. Ini memicu terjadinya aksi saling dorong yang berujung tembakan gas air mata oleh aparat keamanan. ”Polisi ada di depan dan belakang gerbang. Mereka menembakkan gas air mata yang menyebabkan orang-orang panik dan berjatuhan. Ada juga suporter yang terinjak-injak,” kata saksi anonim. PertandinganantaraZamalek dan ENPPI sebenarnya terbuka untuk umum.

Hal ini agak berbeda dengan kebanyakan laga yang dilakukan tertutup sejak kerusuhan mematikan di Stadion Port Said pada 2012. Namun, Kementerian Dalam Negeri membatasi tiket pertandingan Zamalek itu hanya untuk 10.000 penonton. Tiket pun ludes terjual tak lama setelah loket dibuka. Fans Zamalek yang marah karena tak kebagian tiket tetap mencoba merangsek masuk stadion.

Mereka juga meledakkan kembang api dari luar stadion dan membakar kendaraan. Polisi Mesir lalu menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka. Ksatria Putih menuduh petugas keamanan telah melakukan ”pembantaian”. Namun, polisi menyangkal tudingan itu dan menyebut tindakan keras mereka untuk melerai kerusuhan suporter. Menurut petugas medis, kebanyakan korban tewas kehabisan oksigen setelah mereka terinjak-injak di luar stadion buatan Pertahanan Udara Mesir itu.

”Beberapa korban luka juga ada yang mengalami lebam dan patah tulang,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan. Hingga tadi malam, jumlah korban tewas belum terkonfirmasi pasti. Reuters melaporkan, korban tewas sebanyak 19 orang berdasarkan pernyataan petugas Kementerian Kesehatan. Namun, sumber-sumber lain menyebut korban bertambah mencapai 27 orang. Halaman fans Ksatria Putih di Facebook menulis ”28 orang telah menjadi martir”.

Sementara Al- Ahram Online menyebutkan korban tewas paling tidak mencapai 30 orang. Meski diwarnai bentrokan, pertandingan di dalam stadion tidak terganggu. Zamalek ditahan imbang ENPPI 1-1 dan meraih posisi puncak dengan 45 poin. Namun, seperti bentrokan tiga tahun lalu di Port Said antara suporter Al-Ahly dan Al- Masry, Liga Primer Mesir akan ditangguhkan tanpa batas.

Hubungan antara suporter garis keras klub sepak bola atau Ultras dengan petugas keamanan telah memburuk sejak Mesir mengalami krisis politik pada 2011. Saat itu Ultras ikut berperan dalam penggulingan pemerintahan Husni Mubarak.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4787 seconds (0.1#10.140)