Mengubah Cara Berpikir
A
A
A
Nur Diyahfitriani
Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Aktif di SKM Amanat, Aktivis HMI. UIN Walisongo Semarang
Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), sudah sepatutnya generasi muda mengubah cara berpikir untuk memanfaatkan AEC sebagai ladang uang.
Mereka harus pandai- pandai menangkap peluang menjadi seorang wirausahawan. Meskipun mereka masih mengenyam bangku pendidikan, itu bukanlah sebuah masalah, justru itu akan lebih baik bagi masa depannya. Sebagian mereka, yang masih mengenyam pendidikan, hanya berpikir bagaimana cara mencari pekerjaan setelah lulus.
Bukan, bagaimana menjadi wirausahawan sekaligus pencipta lapangan kerja bagi masyarakat. Inilah yang menjadi penyebab generasi muda menjadi tidak mandiri. Cara berpikir seperti itulah yang salah dan harus diubah, agar mereka menjadi generasi muda yang dapat di andalkan bagi perekonomian bangsa.
Para generasi muda hendaknya becermin ke negara tetangga, seperti China yang mempunyai warga sebagai wirausahawan sebesar 10%, Jepang 10%, Singapura 7%, Malaysia 5%, dan Amerika Serikat 12%. Menurut data Bank Indonesia, Indonesia hanya mempunyai 1,56% warga sebagai wirausahawan. Melihat data yang demikian, seharusnya para generasi muda termotivasi untuk menjadi wirausahawan di usia muda.
Karena apabila banyak generasi muda yang terjun ke sektor kewirausahaan, niscaya jumlah pengangguran dan kemiskinan akan berangsur-angsur berkurang dan dapat memajukan perekonomian di Indonesia. Dengan berwirausaha, berarti generasi muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Selain itu, para generasi muda akan menjadi generasi yang mandiri dan tidak mengandalkan orang tua, karena telah menghasilkan uang sendiri melalui usaha-usaha yang di rintisnya.
Bagi sebagian mereka yang sudah terjun di dunia usaha, ketika mengalami kegagalan, mereka akan merasa kecewa dan merasa dirinya tidak mampu berwirausaha. Inilah masalah yang harus diakhiri. Untuk memulai menjadi wirausahawan muda, para generasi muda harus mempunyai kemauan yang kuat, keberanian mengambil risiko, dan kesiapan mental untuk meninggalkan “zona nyaman” menuju zona ketidakpastian.
Yang merupakan syarat tantangan dan peluang untuk menjadi wirausahawan sejati. Sukses dan mapan di usia muda sudahlah pasti. Selain itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah, yakni memberikan sosialisasi kewirausahaan untuk pembekalan kepada entrepreneur-entrepreneur muda. Waallahu alamu bi Al-Shawab.
Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Aktif di SKM Amanat, Aktivis HMI. UIN Walisongo Semarang
Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), sudah sepatutnya generasi muda mengubah cara berpikir untuk memanfaatkan AEC sebagai ladang uang.
Mereka harus pandai- pandai menangkap peluang menjadi seorang wirausahawan. Meskipun mereka masih mengenyam bangku pendidikan, itu bukanlah sebuah masalah, justru itu akan lebih baik bagi masa depannya. Sebagian mereka, yang masih mengenyam pendidikan, hanya berpikir bagaimana cara mencari pekerjaan setelah lulus.
Bukan, bagaimana menjadi wirausahawan sekaligus pencipta lapangan kerja bagi masyarakat. Inilah yang menjadi penyebab generasi muda menjadi tidak mandiri. Cara berpikir seperti itulah yang salah dan harus diubah, agar mereka menjadi generasi muda yang dapat di andalkan bagi perekonomian bangsa.
Para generasi muda hendaknya becermin ke negara tetangga, seperti China yang mempunyai warga sebagai wirausahawan sebesar 10%, Jepang 10%, Singapura 7%, Malaysia 5%, dan Amerika Serikat 12%. Menurut data Bank Indonesia, Indonesia hanya mempunyai 1,56% warga sebagai wirausahawan. Melihat data yang demikian, seharusnya para generasi muda termotivasi untuk menjadi wirausahawan di usia muda.
Karena apabila banyak generasi muda yang terjun ke sektor kewirausahaan, niscaya jumlah pengangguran dan kemiskinan akan berangsur-angsur berkurang dan dapat memajukan perekonomian di Indonesia. Dengan berwirausaha, berarti generasi muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Selain itu, para generasi muda akan menjadi generasi yang mandiri dan tidak mengandalkan orang tua, karena telah menghasilkan uang sendiri melalui usaha-usaha yang di rintisnya.
Bagi sebagian mereka yang sudah terjun di dunia usaha, ketika mengalami kegagalan, mereka akan merasa kecewa dan merasa dirinya tidak mampu berwirausaha. Inilah masalah yang harus diakhiri. Untuk memulai menjadi wirausahawan muda, para generasi muda harus mempunyai kemauan yang kuat, keberanian mengambil risiko, dan kesiapan mental untuk meninggalkan “zona nyaman” menuju zona ketidakpastian.
Yang merupakan syarat tantangan dan peluang untuk menjadi wirausahawan sejati. Sukses dan mapan di usia muda sudahlah pasti. Selain itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah, yakni memberikan sosialisasi kewirausahaan untuk pembekalan kepada entrepreneur-entrepreneur muda. Waallahu alamu bi Al-Shawab.
(ars)