Menguras Ide Mencipta Inovasi

Senin, 09 Februari 2015 - 12:36 WIB
Menguras Ide Mencipta Inovasi
Menguras Ide Mencipta Inovasi
A A A
Banyak jenis produk barang dan jasa beredar di pasaran. Semua produk tersebut memiliki pasar atau segmen konsumen beragam. Keberagaman itu diharapkan dapat meraih konsumen lebih banyak lagi. Tak jarang jenis produk serupa dari merek berbeda berebutan mendapatkan kelompok konsumen yang sama.

Semakin banyaknya masyarakat membeli atau menggunakan produk tersebut menunjukkan produk itu dibutuhkan dan mendapat tempat di tengah masyarakat. Semua itu tak ayal berawal dari sebuah persepsi terhadap brand itu sendiri.

Upaya mendapatkan persepsi positif dan berujung pada brand image yang paling disukai juga tidak terlepas dari kinerja dari para tenaga pemasaran (marketing ) yang mengampanyekan produk itu sendiri. Mereka-tenaga pemasaran itu-berkreasi menjadikan sebuah produk yang semula tidak bernilai di tengah publik menjadi sangat penting.

Senior Marketing Manager PT Mazda Motor Indonesia Astrid Ariani Wijana menuturkan, seorang marketer dalam memasarkan produknya agar lebih dikenal oleh masyarakat harus bekerja keras dan kreatif. Dirinya harus mampu menganalisis sebuah peluang atas produk yang akan diluncurkan ke tengah masyarakat. Sebab, antara satu produk dengan produk lain dengan varian serupa belum tentu dapat mendapatkan perhatian yang sama dari publik.

Sebagai contoh, ketika dia baru menggawangi tim marketing Mazda Motor Indonesia pada 2006, image mobil automotif asal Jepang relatif jauh lebih kurang mendapat tempat di tengah masyarakat. Tidak sedikit calon konsumen ataupun mengguna mobil bingung dengan asal produk merek Mazda. Apakah mobil asal Jepang atau Eropa. Sebab dari tampilannya, cenderung mobil Eropa.

”Padahal, Mazda ini sudah lama hadir di Indonesia, tapi image belum baik. Dapat dikatakan negatif,” terangnya. Momentum itulah membuat alumnus komunikasi bisnis London School Public Relation ini merasa tertantang untuk mengembangkan Mazda di Indonesia. Terbukti, pada 2008 hingga 2009 brand Mazda sudah semakin dikenal. Sehingga ketika meluncurkan beberapa produk mobil selanjutnya tidak mendapatkan tantangan terlalu berat.

Kenapa demikian, sambungnya, pekerjaan berat bagi marketer dalam ”menjual” produk bagaimana melekatkan brand Mazda itu ke masyarakat. Untuk itu, perlu sebuah promosi dan event tertentu untuk membuat mobil itu dekat dengan calon konsumennya. ”Kami memilih untuk tidak mempromosikan produk. Namun lebih mempromosikan brand . Sebab, masyarakat Indonesia untuk memahami sebuah produk dapat dicapai dalam proses waktu,” ungkapnya.

Adapun beberapa langkah yang dilakukan Astrid terhadap Mazda, yakni membuat positioning , memberikan experience bersama stakeholder , beriklan di media tertentu, menjadi sponsorship atas event tertentu dan men-display atau memajang produk-produk Mazda di lokasi-lokasi yang menjadi titik kumpul atas segmen dari konsumen dan calon konsumen Mazda.

Menurutnya, pemasaran produk mobil melalui tataran fungsional, efektivitas dan lain sebagainya sudah digarap oleh brand lain. Padahal, ada sisi yang belum tersentuh oleh marketer automotif yakni menjadikan mobil ini sebagai lifestyle . Mobil tidak diidentikkan dengan bagian dari kaum lelaki (maskulin). Kaum perempuan pun perlu mengendarai mobil untuk aktivitasnya.

”Makanya ketika itu, kami menjadi sponsorship di Jakarta Fashion Week. Event tersebut membuat Mazda makin dikenal masyarakat,” katanya. Dirinya pun merangkul semua stakeholder untuk memberikan pengalaman dalam mengemudi beberapa produk Mazda. Stakeholder tersebut mulai dari awak media, public figur , dan komunitas automotif. Kelompok ini diajak mengikuti test drive . Dari kegiatan itu, akan didapatkan sebuah pengalaman yang akan disampaikan ke publik tentang bagaimana bagus dan menariknya mobilmobil keluaran brand Mazda.

”Kalau awak media, publik figur dan komunitas menjelaskan seperti apa enaknya naik Mazda tentunya calon konsumen akan penasaran dan mendapatkan sebuah keyakinan untuk memilih mobil yang akan dibelinya. Berbeda hasilnya kalau penjelasan langsung yang diberikan oleh awak Mazda sendiri,” paparnya. Semua langkah itu dijalankan secara konsisten dan di jalurnya. Sehingga, Mazda tidak lari dari konsep dan positifnya sebagai brand automotif untuk kalangan anak muda.

”Tentunya upaya kami ini tidak berjalan begitu mulus. Pasti ada kendala dan hambatan. Semua dihadapi dan memakan waktu yang tidak cepat. Hasil seperti sekarang,” ujarnya penuh bangga. Langkah itu dianggap berhasil dan mampu membawa Mazda menjadi salah satu brand paling dicari oleh penggila aumotif. Tidak hanya kalangan keluarga yang mencari mobil MPV, kaum muda, wanita dan pun demikian Menurut pakar marketing Yuswohady, para marketer yang berkiprah di perusahaan besar Indonesia umumnya banyak diisi oleh kalangan muda.

Umumnya mereka lebih open minded, kreatif dalam membuat sebuah terobosan untuk memasarkan produknya, inovasi profesional itu lebih maju ketimbang para marketer tua. Hal itu disebabkan oleh pendidikan dari profesioal itu sendiri. Umumnya marketer tersebut sebelum berkiprah kerap menimba ilmu di perguruan tinggi luarnegeri, perguruantinggi ternamadalam negeri,atau orang kreatif selama berada di bangku kuliah.

Orang kreatif itu banyak juga berada di bangku organisasi. ”Kini banyak brand manager di sebuah perusahaan besar diisi oleh kalangan muda,” sebutnya.

Ilham safutra
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8173 seconds (0.1#10.140)