Jadi Korban Tabrak Lari, Dekan FISIP Unas Tewas

Jum'at, 06 Februari 2015 - 10:40 WIB
Jadi Korban Tabrak Lari,...
Jadi Korban Tabrak Lari, Dekan FISIP Unas Tewas
A A A
DEPOK - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Dedi Irawan, 46, menjadi korban tabrak lari.

Dekan yang baru menjabat sejak Juni 2014 itu ditabrak mobil di Jalan Kejayaan, Depok Timur, sekitar pukul 05.00 WIB. Saat itu almarhum hendak menuju rumah orang tuanya di Jalan BBM Sukmajaya, Depok. Dedi hendak menjemput ibunya dan mengantarnya ke RSPP Pertamina Jakarta untuk menjenguk ayahnya yang sedang dirawat.

Saat kejadian Dedi melaju dari arah Jalan Proklamasi dengan menggunakan motor Honda Vario B 6166 EHQ. Tiba-tiba saja motor yang dikendarai Dedi ditabrak mobil dari arah belakang. Dedi yang kehilangan kendali terjatuh ke arah berlawanan. Dedi meninggal di lokasi kejadian akibat luka parah di bagian kepala. ”Luka di bagian kepala. Motor tidak hancur,” kata Kanit Laka Polresta Depok Iptu Budiono kemarin.

Setelah dibawa ke rumah duka di Jalan Baladewa RT 002/ RW 020 Mekarjaya, Sukmajaya, Depok, korban langsung dimakamkan di TPU Kalimulya, Cilodong. Almarhum meninggalkan dua anak, yaitu Andini dan Salfa, dan satu istri bernama Ani. Sebelum dimakamkan, korban disalatkan terlebih dulu di masjid sekitar rumahnya. Rekan korban dan tetangga sekitar merasa sangat kehilangan sosok Dedi yang aktif di segala kegiatan.

”Saya enggak nyangka karena orangnya baik banget. Dia Pak RT juga di sini,” kata Ratna, tetangga korban. Dedi Irawan baru saja menjalani ujian tertutup program doktor ilmu politik di Universitas Padjajaran (Unpad). Dedi menjalani sidang tertutup pada Jumat (30/1) dan akan menjalani ujian terbuka dalam dua pekan.

MuhammadNoer, dosen pascasarjana Unas, menuturkan, almarhum merupakan sosok yang tegas. Almarhum merasa sedih melihat banyaknya mahasiswa yang merokok sembarangan dalam area kampus. Dia menginginkan kampus bebas dari asap rokok. ”Beliau kecewa melihat orang yang merokok dan tidak disiplin,” kata Noer.

Secara akademik, Dedi memiliki prestasi bagus. Dia selalu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Dedi juga dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. ”Dia pernah menjadi mahasiswa saya di pascasarjana,” imbuhnya. Sementara itu, Ani istri korban masih shock. Hingga sore hari, wanita berkerudung itu masih terlihat lemah ketika menerima tamu yang melawat. Ani enggan berkomentar seputar dugaan meninggalnya sang suami.

Dari informasi yang beredar, diduga tewasnya Dedi berkaitan dengan gencarnya dia dalam mengungkap kasus pembongkaran narkotika dalam kampus. Hingga kini, polisi juga belum dapat memastikan kebenaran hal itu. ”Saya enggak punya firasat apa-apa. Beliau memang sering cerita soal kasus narkotika, tapi soal ada ancaman atau tidak Bapak tidak pernah cerita,” ungkap Ani yang tak lama kemudian langsung tak sadarkan diri.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo mengatakan, Dedi merupakan sosok yang aktif dalam memberantas narkotika. Ketika ditanya apakah ada kaitannya kematian Dedi dengan pemberantasan narkotika dalam kampus, Hasto membantahnya.

”Saya tidak ada kepikiran ke arah sana. Kebijakan itu kan ranahnya universitas, bukan fakultas. Kalaupun ada (ancaman), pihak universitas yang dituju (sasaran),” tandasnya.

R Ratna Purnama
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0723 seconds (0.1#10.140)