Jakarta Kota Termacet di Dunia

Kamis, 05 Februari 2015 - 12:15 WIB
Jakarta Kota Termacet di Dunia
Jakarta Kota Termacet di Dunia
A A A
JAKARTA - Lagi-lagi, DKI Jakarta mendapat predikat buruk di level dunia. Sebuah survei yang lakukan perusahaan pelumas bekerja sama dengan perusahaan navigasi dan produk layanan berbasis lokasi menetapkan Jakarta sebagai kota termacet di dunia.

Survei ini mempelajari kondisi berhenti-jalan di seluruh dunia. Mengutip Castrol Magnatec Stop- Start Index, dalam setahun rata-rata pengendara mengalami berhenti-jalan sebanyak 33.240 kali. Level Jakarta tergolong paling parah atau masuk golongan merah dari tiga golongan yang ada.

Dari survei itu juga terungkap, rata-rata pengemudi di Jakarta harus mengalami terjebak macet 27,22% dari total waktu perjalanan semestinya. Laporan ini kian menambah ketidaknyamanan Jakarta. Pekan lalu Jakarta juga dinyatakan kota paling tidak aman di dunia versi Economist Intelligence Unit (EIU). Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengakui Jakarta menjadi kota termacet sedunia. Sebagai ibu kota negara, Jakarta memang belum siap menyediakan sistem transportasi massal yang mumpuni.

“Kalau tidak punya sistem transportasi massal berbasis rel, pasti macet. Jepang yang punya saja masih macet,” kata Ahok di Balai Kota kemarin. Dia menjelaskan, untuk membebaskan macet di Jakarta butuh waktu sekitar 30-40 tahun. Dalam waktu dekat ini, pihaknya terus berusaha mengatasinya dengan berbagai upaya seperti membatasi kendaraan roda dua, roda empat dengan electronic road pricing (ERP), pembangunan transportasi berbasis rel mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT).

Kemudian juga penambahan ruas jalan layang, penambahan tiga koridor bus Transjakarta, pengadaan bus, dan sebagainya. Mantan bupati Belitung Timur itu pun mengancam untuk memecat semua pegawai Dinas Perhubungan (Dishub) jika tetap tidak bisa menertibkan angkutan umum yang mangkal di sembarang jalan. Dia meyakini salah satu faktor penyebab kemacetan di Jakarta adalah angkutan umum yang mangkal sembarangan. Ahok akan memperdayakan warga dan mahasiswa sebagai pengawas angkutan umum yang bertindak nakal.

Teknisnya, lanjut dia, warga dan mahasiswa akan memotret angkutan nakal dan mengirimkannya ke Pemprov DKI dengan bayaran satu gambar Rp50.000. Dengan cara itu, dia dapat mengetahui pelat nomor angkutan umum tersebut dan mudah untuk memberikan sanksi.

“Saya sudah berpesan kepada Pak Benjamin Bukit (kepala Dishub), kalau tempat itu masih ada ngetem, kamu enggak cabut trayeknya, enggak mecat orang, berarti ada main. Lama-lama saya pecat semua orang Dishub,” ungkapnya. Benjamin Bukit menganggap wajar jika Jakarta mendapatkan posisi pertama survei itu. Sebagai kota metropolitan, Jakarta memang belum dapat membatasi laju pertumbuhan kendaraan.

“Penambahan ruas jalan setiap tahun cuma 0,01% tak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan,” katanya. Terkait ancaman Ahok agar Dishub segera menertibkan angkutan umum, lanjut Benjamin, pihaknya dengan Gubernur sudah sepakat agar sistem setoran angkutan umum diubah ke rupiah per kilometer. Untuk uji coba sistem tersebut, Benjamin juga sudah memiliki satu trayek yakni Kopaja S 66 Manggarai-Blok M.

“Jadi kondektur maupun driver digaji. Kalau model itu berjalan dengan baik, kami akan terapkan terhadap seluruh angkutan umum sehingga tidak ada lagi yang ngetem,” ucapnya. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Risyapudin mengatakan, sampai saat ini pihaknya bersama Pemprov DKI terus melakukan pembenahan untuk mengatasi kemacetan.

Mengatasi kemacetan Jakarta, baginya, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada kebijakan-kebijakan yang sampai saat ini dikaji untuk mengurangi kemacetan. “Kita masih lakukan beberapa kajian untukkebijakantertentuseperti ERP electronic traffic law enforcement (ETLE) dan lainnya,” sebutnya. Kebijakan tersebut setidaknya bisa mengurangi kemacetan di Ibu Kota.

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga sedang melaksanakan pembangunan beberapa infrastruktur penunjang bila memang diberlakukan kebijakan tersebut. Saat ini salah satu cara mengurangi kepadatan adalah mengatur traffic light di beberapa titik untuk mengurangi kemacetan. “Tapi masih dengan cara manual karena semua pengaturan belum terkomputerisasi,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Institut Transportasi (Instran) Dharmaningtyas memastikan survei yang dikeluarkan perusahaan pelumas dan perusahaan navigasi tersebut sesuai kenyataan yang ada sebab setiap tahun survei tersebut selalu di-update dan dikaji kebenarannya.

Tyas menegaskan, Jakarta selama ini belum memiliki orang yang berani bertindak tegas untuk membenahi segala bentuk infrastruktur moda transportasi. Castrol Magnatec Stop-Start Index berdasarkan penghitungan berapa kali waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk berhenti dan kembali berjalan dalam sehari.

Semakin besar jumlah stop-start semakin macet kota tersebut. Ada 78 kota di seluruh dunia yang dimasukkan dalam indeks ini. Kota-kota tersebut tersebar mulai dari Tiongkok, Asia, Australia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.

Bima setiyadi/ helmi syarif
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4918 seconds (0.1#10.140)