Tiket KRL Pakai Kartu Ponsel dan Gelang
A
A
A
JAKARTA - Tiket kereta rel listrik (KRL) Commuter Line semakin canggih. Kemarin PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) meluncurkan gelang dan kartu telepon seluler (ponsel) yang di dalamnya terdapat chip berfungsi sebagai tiket multitrip.
Untuk tahap awal, PT KCJ menyediakan 1.000 chip yakni 800 chip yang dibenamkan dalam kartu ponsel dan 200 chip berbentuk gelang. Direktur Utama PT KCJ Tri Handoyo mengatakan, tiket elektronik berbentuk gelang masih dalam promo dan dibagikan gratis selama Februari ini.
Gelang tersebut memiliki ukuran lebar 1 cm dan panjang 15 cm, terbuat dari bahan karet dengan 2 kancing warna putih di ujungnya. Gelang ini berwarna dominan hitam dan abu-abu dengan tulisan Commuter perpaduan warna merah dan oranye di tengahnya. Untuk isi ulang saldo, para penumpang tetap harus membayar di loket-loket stasiun KRL di wilayah Jabodetabek.
Sementara untuk chip di dalam kartu ponsel, saat ini baru dilakukan oleh provider Indosat. “Masyarakat yang ingin memperoleh kartu ini bisa mendatangi kantor Indosat sehingga nomor telepon tidak berubah. Dengan demikian, pembayaran tiket kereta bisa menggunakan pulsa,” ujarnya di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut dia, tiket elektronik berupa gelang dan kartu ponsel mempermudah aktivitas para penumpang Commuter Line naik-turun dari moda transportasi andalan mereka. Proses transaksi di dalam stasiun bisa berlangsung cepat. “Dengan gelang dan kartu ponsel, juga tidak akan mudah hilang atau lupa tak terbawa ketika para penumpang hendak bepergian,” katanya. PT KCJ tidak mengeluarkan investasi dalam pengadaan gelang tersebut.
Pasalnya, proyek pengadaan merupakan bagian dari ekspansi bisnis perusahaan asal Jepang, Sony Felica, selaku penyedia teknologi chip tiket elektronik gaya baru itu. “Karena yang menyediakan chip itu Sony. Investasinya nol, hanya aplikasinya saja yang dikembangkan,” ujar Tri. Dia menjelaskan gelang tersebut memiliki chip tipe C yang mempunyai kemampuan sama dengan tiket elektronik KRL multitrip.
Hanya, tiket elektronik KRL hasil kerja sama dengan sejumlah bank nasional itu memiliki chip tipe A dan B. “Kemampuan menerima seluruh tipe chip ini ke depannya akan memudahkan integrasi antarmoda, karena apa pun jenis kartu tiket elektronik yang nantinya dikembangkan operator transportasi atau institusi lain akan mampu dibaca oleh perangkat kami,” tuturnya.
Senior General Manager Felica Business Division Kazuyuki Sakamoto mengatakan, kerja sama dengan PT KCJ merupakan salah satu ekspansi bisnisnya yang menyasar sektor transportasi terutama ritel. Selain itu, Indonesia dinilai sebagai negara berkembang yang merupakan pasar tepat untuk memperluas ekspansi secara global dan berharap bisa berkelanjutan.
“Kami yakin dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka meningkatkan pelayanan sekaligus operasinya,” ucapnya. Peluncuran tiket elektronik berupa gelang dan kartu ponsel diapresiasi oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Dengan demikian, transaksi yang lebih efisien menjadi suatu keharusan.
“Peningkatan sistem e-ticketing harus diapresiasi, namun peningkatan kepastian waktu tempuh dan waktu perjalanan kereta juga jangan dilupakan,” kata pengurus harian YLKI Tulus Abadi. Pasalnya, tidak jarang kereta menunggu karena lalu lintasnya cukup padat.
Adapun yang bisa dilakukan untuk menentukan waktu tempuh dengan cara memperbanyak jumlah rel di stasiun besar seperti Manggarai. Apalagi, PT KCJ terus kejar- kejaran dengan target 1,2 juta penumpang per hari pada 2019. Saat ini pengguna Commuter Line pernah mencapai 700.000 orang per hari, namun untuk rata-rata masih 650.000 orang per hari.
Di bagian lain, PT KCJ mengakui terganggunya perjalanan Commuter Line terjadi setiap hari. Gangguan bisa terjadi hingga 10 kali. Gangguan yang sering terjadi karena pendingin ruangan rusak, sistem interaksi, dan pengereman. Maka itu, pihaknya mendatangkan seorang mekanik asal Jepang untuk mengatasinya.
“Pada Januari 2014 terdapat 118 gangguan, pada April mengalami puncaknya yakni 174 gangguan, baru pada Desember 2014 menurun yakni hanya 63 gangguan. Tercatat tiap hari itu terdapat 10 kali gangguan," kata Direktur Operasi dan Pemasaran PT KCJ Dwiyana Slamet Riyadi. Menurut dia, kedatangan teknisi itu harus siap memperbaiki Commuter Line yang rusak. Teknisi juga akan melakukan perawatan agar Commuter Line tidak mengalami kerusakan yang sama.
"Kami sudah petakan sakitnya. Kami lakukan perbaikan, kami ganti yang mengalami gangguan dengan yang baru. Sekarang kita sudah bekerja sama dengan pihak Jepang untuk perbaikan dan perawatannya," ujarnya. Perawatan pada rangkaian Commuter Line akan dilakukan malam hari setelah seluruh rangkaian beroperasi.
Ridwansyah/Sindonews
Untuk tahap awal, PT KCJ menyediakan 1.000 chip yakni 800 chip yang dibenamkan dalam kartu ponsel dan 200 chip berbentuk gelang. Direktur Utama PT KCJ Tri Handoyo mengatakan, tiket elektronik berbentuk gelang masih dalam promo dan dibagikan gratis selama Februari ini.
Gelang tersebut memiliki ukuran lebar 1 cm dan panjang 15 cm, terbuat dari bahan karet dengan 2 kancing warna putih di ujungnya. Gelang ini berwarna dominan hitam dan abu-abu dengan tulisan Commuter perpaduan warna merah dan oranye di tengahnya. Untuk isi ulang saldo, para penumpang tetap harus membayar di loket-loket stasiun KRL di wilayah Jabodetabek.
Sementara untuk chip di dalam kartu ponsel, saat ini baru dilakukan oleh provider Indosat. “Masyarakat yang ingin memperoleh kartu ini bisa mendatangi kantor Indosat sehingga nomor telepon tidak berubah. Dengan demikian, pembayaran tiket kereta bisa menggunakan pulsa,” ujarnya di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut dia, tiket elektronik berupa gelang dan kartu ponsel mempermudah aktivitas para penumpang Commuter Line naik-turun dari moda transportasi andalan mereka. Proses transaksi di dalam stasiun bisa berlangsung cepat. “Dengan gelang dan kartu ponsel, juga tidak akan mudah hilang atau lupa tak terbawa ketika para penumpang hendak bepergian,” katanya. PT KCJ tidak mengeluarkan investasi dalam pengadaan gelang tersebut.
Pasalnya, proyek pengadaan merupakan bagian dari ekspansi bisnis perusahaan asal Jepang, Sony Felica, selaku penyedia teknologi chip tiket elektronik gaya baru itu. “Karena yang menyediakan chip itu Sony. Investasinya nol, hanya aplikasinya saja yang dikembangkan,” ujar Tri. Dia menjelaskan gelang tersebut memiliki chip tipe C yang mempunyai kemampuan sama dengan tiket elektronik KRL multitrip.
Hanya, tiket elektronik KRL hasil kerja sama dengan sejumlah bank nasional itu memiliki chip tipe A dan B. “Kemampuan menerima seluruh tipe chip ini ke depannya akan memudahkan integrasi antarmoda, karena apa pun jenis kartu tiket elektronik yang nantinya dikembangkan operator transportasi atau institusi lain akan mampu dibaca oleh perangkat kami,” tuturnya.
Senior General Manager Felica Business Division Kazuyuki Sakamoto mengatakan, kerja sama dengan PT KCJ merupakan salah satu ekspansi bisnisnya yang menyasar sektor transportasi terutama ritel. Selain itu, Indonesia dinilai sebagai negara berkembang yang merupakan pasar tepat untuk memperluas ekspansi secara global dan berharap bisa berkelanjutan.
“Kami yakin dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka meningkatkan pelayanan sekaligus operasinya,” ucapnya. Peluncuran tiket elektronik berupa gelang dan kartu ponsel diapresiasi oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Dengan demikian, transaksi yang lebih efisien menjadi suatu keharusan.
“Peningkatan sistem e-ticketing harus diapresiasi, namun peningkatan kepastian waktu tempuh dan waktu perjalanan kereta juga jangan dilupakan,” kata pengurus harian YLKI Tulus Abadi. Pasalnya, tidak jarang kereta menunggu karena lalu lintasnya cukup padat.
Adapun yang bisa dilakukan untuk menentukan waktu tempuh dengan cara memperbanyak jumlah rel di stasiun besar seperti Manggarai. Apalagi, PT KCJ terus kejar- kejaran dengan target 1,2 juta penumpang per hari pada 2019. Saat ini pengguna Commuter Line pernah mencapai 700.000 orang per hari, namun untuk rata-rata masih 650.000 orang per hari.
Di bagian lain, PT KCJ mengakui terganggunya perjalanan Commuter Line terjadi setiap hari. Gangguan bisa terjadi hingga 10 kali. Gangguan yang sering terjadi karena pendingin ruangan rusak, sistem interaksi, dan pengereman. Maka itu, pihaknya mendatangkan seorang mekanik asal Jepang untuk mengatasinya.
“Pada Januari 2014 terdapat 118 gangguan, pada April mengalami puncaknya yakni 174 gangguan, baru pada Desember 2014 menurun yakni hanya 63 gangguan. Tercatat tiap hari itu terdapat 10 kali gangguan," kata Direktur Operasi dan Pemasaran PT KCJ Dwiyana Slamet Riyadi. Menurut dia, kedatangan teknisi itu harus siap memperbaiki Commuter Line yang rusak. Teknisi juga akan melakukan perawatan agar Commuter Line tidak mengalami kerusakan yang sama.
"Kami sudah petakan sakitnya. Kami lakukan perbaikan, kami ganti yang mengalami gangguan dengan yang baru. Sekarang kita sudah bekerja sama dengan pihak Jepang untuk perbaikan dan perawatannya," ujarnya. Perawatan pada rangkaian Commuter Line akan dilakukan malam hari setelah seluruh rangkaian beroperasi.
Ridwansyah/Sindonews
(ars)