Dua Orang Tewas Akibat Longsor di Bali
A
A
A
JAKARTA - Tingginya curah hujan saat ini mengakibatkan longsor di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Bali dan kawasan Bromo, Jawa Timur. Bahkan, bencana alam di Pulau Dewata merenggut dua korban jiwa.
Bencana longsor di Bali terjadi di Jalan Raya Sangyang Ambu, Banjar Dinas Bug Bug Kaler, Desa Bug Bug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Sabtu (31/1). Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, longsor menyebabkan senderan atau tiang rumah yang terbuat dari batako jebol dan menghancurkan rumah warga.
”Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (31/1) pukul 13.30 Wita. Akibatnya, dua orang tewas tertimpatiangrumahdanduaorang lainnya luka-luka,” ujar Sutopo. Menurut Sutopo, kedua orang yang tewas akibat longsor tersebut adalah warga Dusun Tanah Barak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Mereka adalah Ni Wayan Klemun, 60, dan Dwi Ulandari, 8. Selain tanah longsor, Sutopo menginformasikan, bencana banjir akibat hujan deras melanda kawasan Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (31/1). Akibatnya, tak kurang dari 4.000 rumah terendam air dengan ketinggian 4 meter. Banjir tersebut terjadi karena luapan Sungai Laju, Sungai Silo, Sungai Soa, Sungai Raba Baka, dan Sungai Toi setelah hujan lebat.
Sutopo mengungkapkan, banjir melanda 10 kelurahan di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja. Di antaranya, Karoke, Bada, Toto, Bali I, Kasi Jawa, Simpasae, Sendono II, Wowondono, Potisi, dan Balupasa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima, TNI, Polri, Tagana, BPBD Kabupaten Dompu, dan masyarakat pun melakukan evakuasi korban terdampak.
Masyarakat diungsikan ke sejumlah masjid, sekolah, dan tempat-tempat lain yang tidak terkena banjir. ”Masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Puncak hujan akan terus berlangsung hingga Februari 2015,” kata Sutopo Sementara, di Jawa Timur hujan deras yang mengguyur kawasan Tosari, Kabupaten Pasuruan mengakibatkan bencana longsor di jalur wisata Puncak Penanjakan Gunung Bromo.
Sebanyak 11 rumah di empat desa, yakni Desa Sedaeng, Wonokitri, Tosari, dan Podokoyo, Kecamatan Tosari, rusak akibat tertimbun tanah longsor. Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam bencana tanah longsor tersebut. Namun, akibat tanah longsor itu, jalur menuju Puncak Penanjakan menjadi terganggu dan jalan menjadi licin di sejumlah titik.
Para pengendara sepeda motor dan mobil harus berjalan perlahan untuk melintas di ruas jalur yang tertimbun longsor. Sementara, puluhan warga sekitar bergotong royong membersihkan tumpukan tanah dari badan jalan menggunakan cangkul. Menurut keterangan Muhayanto, warga Dusun Ledoksari, Desa Tosari, longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur selama tiga jam.
Limpahan air hujan menggerus sejumlah tebing yang berhimpitan dengan rumah warga. Karena tak kuat menahan debit air yang begitu banyak, tanah ambrol dan menimbun bagian belakang rumah warga. ”Rata-rata yang tertimbun longsor adalah di bagian dapur. Saat itu juga warga bergotong royong membuat tanggul dari tumpukan pasir dan terpal agar air dan tanah tidak semakin menggerus rumah,” kata Muhayanto.
Kepala Dusun Ledoksari Hendri Purwanto menuturkan, pascalongsor pihaknya bergotong royong membantu membersihkan rumah korban dan membuat tanggul darurat. Sejumlah rumah yang fondasinya rapuh sudah diperkuat dengan karung berisi pasir agar tidak ambruk. Wilayah Tosari merupakan kawasan yang berpotensi terjadi tanah longsor. Di kawasan pegunungan ini, tepatnya di lereng tebing, banyak berdiri rumah warga.
”Warga sudah cukup tanggap menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa datang. Mereka segera bergotong royong jika ada warga yang tertimpa musibah,” kata Camat Tosari Teguh Winarto. Sementara, Kepala Resort Penanjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Untung Sumarno menyatakan, bencana longsor tidak banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo.
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya meningkatkan patroli dan pengawasan terhadap sejumlah kawasan yang rawan bencana. ”Jalur wisata menuju Puncak Penanjakan dan Gunung Bromo masih bisa dilalui. Kami mengimbau agar wisatawan waspada dan berhati-hati saat melintas di jalur yang rawan longsor,” kata Untung Sumarno.
Arie yoenianto/Ant
Bencana longsor di Bali terjadi di Jalan Raya Sangyang Ambu, Banjar Dinas Bug Bug Kaler, Desa Bug Bug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Sabtu (31/1). Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, longsor menyebabkan senderan atau tiang rumah yang terbuat dari batako jebol dan menghancurkan rumah warga.
”Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (31/1) pukul 13.30 Wita. Akibatnya, dua orang tewas tertimpatiangrumahdanduaorang lainnya luka-luka,” ujar Sutopo. Menurut Sutopo, kedua orang yang tewas akibat longsor tersebut adalah warga Dusun Tanah Barak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Mereka adalah Ni Wayan Klemun, 60, dan Dwi Ulandari, 8. Selain tanah longsor, Sutopo menginformasikan, bencana banjir akibat hujan deras melanda kawasan Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (31/1). Akibatnya, tak kurang dari 4.000 rumah terendam air dengan ketinggian 4 meter. Banjir tersebut terjadi karena luapan Sungai Laju, Sungai Silo, Sungai Soa, Sungai Raba Baka, dan Sungai Toi setelah hujan lebat.
Sutopo mengungkapkan, banjir melanda 10 kelurahan di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja. Di antaranya, Karoke, Bada, Toto, Bali I, Kasi Jawa, Simpasae, Sendono II, Wowondono, Potisi, dan Balupasa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima, TNI, Polri, Tagana, BPBD Kabupaten Dompu, dan masyarakat pun melakukan evakuasi korban terdampak.
Masyarakat diungsikan ke sejumlah masjid, sekolah, dan tempat-tempat lain yang tidak terkena banjir. ”Masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Puncak hujan akan terus berlangsung hingga Februari 2015,” kata Sutopo Sementara, di Jawa Timur hujan deras yang mengguyur kawasan Tosari, Kabupaten Pasuruan mengakibatkan bencana longsor di jalur wisata Puncak Penanjakan Gunung Bromo.
Sebanyak 11 rumah di empat desa, yakni Desa Sedaeng, Wonokitri, Tosari, dan Podokoyo, Kecamatan Tosari, rusak akibat tertimbun tanah longsor. Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam bencana tanah longsor tersebut. Namun, akibat tanah longsor itu, jalur menuju Puncak Penanjakan menjadi terganggu dan jalan menjadi licin di sejumlah titik.
Para pengendara sepeda motor dan mobil harus berjalan perlahan untuk melintas di ruas jalur yang tertimbun longsor. Sementara, puluhan warga sekitar bergotong royong membersihkan tumpukan tanah dari badan jalan menggunakan cangkul. Menurut keterangan Muhayanto, warga Dusun Ledoksari, Desa Tosari, longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur selama tiga jam.
Limpahan air hujan menggerus sejumlah tebing yang berhimpitan dengan rumah warga. Karena tak kuat menahan debit air yang begitu banyak, tanah ambrol dan menimbun bagian belakang rumah warga. ”Rata-rata yang tertimbun longsor adalah di bagian dapur. Saat itu juga warga bergotong royong membuat tanggul dari tumpukan pasir dan terpal agar air dan tanah tidak semakin menggerus rumah,” kata Muhayanto.
Kepala Dusun Ledoksari Hendri Purwanto menuturkan, pascalongsor pihaknya bergotong royong membantu membersihkan rumah korban dan membuat tanggul darurat. Sejumlah rumah yang fondasinya rapuh sudah diperkuat dengan karung berisi pasir agar tidak ambruk. Wilayah Tosari merupakan kawasan yang berpotensi terjadi tanah longsor. Di kawasan pegunungan ini, tepatnya di lereng tebing, banyak berdiri rumah warga.
”Warga sudah cukup tanggap menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa datang. Mereka segera bergotong royong jika ada warga yang tertimpa musibah,” kata Camat Tosari Teguh Winarto. Sementara, Kepala Resort Penanjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Untung Sumarno menyatakan, bencana longsor tidak banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo.
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya meningkatkan patroli dan pengawasan terhadap sejumlah kawasan yang rawan bencana. ”Jalur wisata menuju Puncak Penanjakan dan Gunung Bromo masih bisa dilalui. Kami mengimbau agar wisatawan waspada dan berhati-hati saat melintas di jalur yang rawan longsor,” kata Untung Sumarno.
Arie yoenianto/Ant
(bbg)