Pertemuan Prabowo-Jokowi Sindiran Buat Parpol KIH
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai sebagai sindiran bagi partai politik (parpol) yang tergabung di dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Pengamat politik, Fachry Ali mengatakan, sebagai koalisi parpol pendukung Jokowi, seharusnya KIH tidak terlalu mengintervensi Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Harusnya koalisi memberikan dukungan kepada Jokowi, tapi, ini malah menekan, mengintervensi," ucap Fachry di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (31/1/2015).
Menurutnya, momentum kedatangan Prabowo untuk menemui Jokowi di Istana Negara, Kamis, 29 Januari 2015 lalu justru membuat KIH mendapatkan citra positif di mata publik. Prabowo dianggap negarawan dan tidak memiliki perasaan dendam meskipun kalah di Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Sebaliknya, Fachry menuding partai pendukung Jokowi sebagai partai yang tidak berjiwa patriot.
"Pak Prabowo itu seorang patriotik, pertemuan itu adalah surprise. Secara moral dia memberikan eksplisit bantuan politik ke kawannya, karena persoalan bangsa yang dipertaruhkan. Justru parpol pendukung Jokowi bukan partai patriotik," cetusnya.
Namun diakui Fachry, pertemuan dua negarawan menjadi sinyal kemungkinan Jokowi untuk melompat ke parpol Koalisi Merah Putih (KMP) meskipun cukup sulit untuk dilakukan Jokowi.
"Secara taktis dia baru 100 hari. Artikulasi dia belum berjalan sesuai harapan. Sulit dia melakukan itu, tapi kalau dia mundur dari partai, dan ada jaminan seluruh rakyat untuk mendukung dia, itu enggak masalah," tandasnya.
Pengamat politik, Fachry Ali mengatakan, sebagai koalisi parpol pendukung Jokowi, seharusnya KIH tidak terlalu mengintervensi Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Harusnya koalisi memberikan dukungan kepada Jokowi, tapi, ini malah menekan, mengintervensi," ucap Fachry di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (31/1/2015).
Menurutnya, momentum kedatangan Prabowo untuk menemui Jokowi di Istana Negara, Kamis, 29 Januari 2015 lalu justru membuat KIH mendapatkan citra positif di mata publik. Prabowo dianggap negarawan dan tidak memiliki perasaan dendam meskipun kalah di Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Sebaliknya, Fachry menuding partai pendukung Jokowi sebagai partai yang tidak berjiwa patriot.
"Pak Prabowo itu seorang patriotik, pertemuan itu adalah surprise. Secara moral dia memberikan eksplisit bantuan politik ke kawannya, karena persoalan bangsa yang dipertaruhkan. Justru parpol pendukung Jokowi bukan partai patriotik," cetusnya.
Namun diakui Fachry, pertemuan dua negarawan menjadi sinyal kemungkinan Jokowi untuk melompat ke parpol Koalisi Merah Putih (KMP) meskipun cukup sulit untuk dilakukan Jokowi.
"Secara taktis dia baru 100 hari. Artikulasi dia belum berjalan sesuai harapan. Sulit dia melakukan itu, tapi kalau dia mundur dari partai, dan ada jaminan seluruh rakyat untuk mendukung dia, itu enggak masalah," tandasnya.
(kur)