AirAsia QZ8501 Dikendalikan Kopilot
A
A
A
JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kemarin merilis 18 informasi faktual dalam laporan awal hasil penyelidikan mengenai jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Pemaparan informasi atau fakta awal ini bertujuan meluruskan perkiraan serta asumsi yang beredar di lapangan. Dari paparan KNKT, diketahui pesawat berpenumpang 162 orang itu dikendalikan kopilot berkebangsaan Prancis Remi Emmanuel Plesel sejak lepas landas dari Bandara Juanda Surabaya hingga pesawat dinyatakan hilang kontak.
”Second in command (kopilot) yang biasanya duduk di kokpit sebelah kanan, saat itu dialah yang menerbangkan pesawat. Sementara kapten pilot (Irianto) duduk di sebelah kiri sebagai pilot monitor,” ujar Ketua Tim Investigator AirAsia QZ 8501 Mardjono Siswosuwarno saat menggelar konferensi pers di Kantor KNKT Jakarta kemarin. Meski begitu, skema pengendalian pesawat dengan menempatkan kopilot sebagai penerbang utamanya menurut Mardjono diperbolehkan.
Hal itu masih sesuai dengan aturan penerbangan yang berlaku. Menurut Mardjono, saat dioperasikan pesawat dalam kondisi laik terbang. Ketika menjelajah di ketinggian 32.000 kaki dari permukaan laut, pesawat jenis Airbus itu dikendalikan dalam batas-batas berat dan keseimbangan yang ideal. Saat kejadian tersedia gambar- gambar serta foto satelit cuacadenganformasi cumulonimbus yang puncak awannya mencapai 44.00 kaki.
Dari paparan KNKT, pesawat nahas tersebut diduga juga mengalami stall atau kehilangan daya angkat diakibatkantekananudaradankecepatan tidak seimbang sebelum jatuh di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Barat, Minggu (28/12). Dugaan terjadinya stall itu didasarkan atas indikasi adanya bunyi stall warning atau peringatan kehilangan daya angkat beberapa saat sebelum celaka.
Berdasarkan analisis awal terhadap rekaman kotak hitam AirAsia QZ8501 tersebut, stall warning yangberbunyi4menititu diperkirakan saat pesawat menyentuh ketinggian 37.000 kaki dengan pitch angle lebih dari 8 derajat. Pada umumnya, dalam kondisi ini pilot sulit untuk mengembalikannya ke posisi normal. Dia juga menandaskan, meskipun stall warning dalam pesawat tersebut sudah berbunyi, belum bisa dipastikan bahwa AirAsia QZ8501 mengalami stall.
Mardjonomeminta semuapihakbersabarmenunggu hasil akhir investigasi KNKT sekitar 10 bulan mendatang. Anggota Tim Investigasi KNKT Ertata Lananggalih menambahkan, saat di ketinggian 32.000 kaki pesawat berbelok kiri, sempat miring, kemudian pesawat naik pelan-pelan dalam waktu 30 detik.
Setelah mencapai ketinggian 34.000 kaki pesawat justru kembali turun pada ketinggian 32 kaki hingga akhirnya turun secara perlahanlahan ke perairan Selat Karimata, Kalimantan Barat. Gerakan turun naik dalam waktu singkat inilah yang sedang diselidiki lebih lanjut oleh KNKT. ”Keputusan pilot untuk menambah ketinggian jelajah sebanyak 5.000 kaki dalam waktu 30 detik perlu dikaji lebih detail,” tandasnya.
Adapun pengamat penerbangan Chappy Hakim menyebutkan pada umumnya posisi kritis dari angle of attack /pitch angle adalah 15 derajat dari nose-up atau posisi hidung pesawat berada jauh lebih tinggi dari badan. Sementara itu hingga hari ke-33 seusai kejadian, jenazah korban yang diduga penumpang AirAsia QZ8501 kembali ditemukan nelayan di Perairan Tammerodo, Kecamatan Sendana, Majene, Sulawesi Barat.
Kondisi jenazah perempuan itu sudah tidak utuh lagi seperti dua jenazah sebelumnya. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, kemarin, tim Disaster and Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi satu jenazah lagi. Jenazah berlabel B064 tersebut diketahui bernama Jimmy Sentosa Winata Oei, laki-laki, usia 60 tahun, beralamat Surabaya.
Dian ramadhani/ Lutfi yuhandi/ant
Pemaparan informasi atau fakta awal ini bertujuan meluruskan perkiraan serta asumsi yang beredar di lapangan. Dari paparan KNKT, diketahui pesawat berpenumpang 162 orang itu dikendalikan kopilot berkebangsaan Prancis Remi Emmanuel Plesel sejak lepas landas dari Bandara Juanda Surabaya hingga pesawat dinyatakan hilang kontak.
”Second in command (kopilot) yang biasanya duduk di kokpit sebelah kanan, saat itu dialah yang menerbangkan pesawat. Sementara kapten pilot (Irianto) duduk di sebelah kiri sebagai pilot monitor,” ujar Ketua Tim Investigator AirAsia QZ 8501 Mardjono Siswosuwarno saat menggelar konferensi pers di Kantor KNKT Jakarta kemarin. Meski begitu, skema pengendalian pesawat dengan menempatkan kopilot sebagai penerbang utamanya menurut Mardjono diperbolehkan.
Hal itu masih sesuai dengan aturan penerbangan yang berlaku. Menurut Mardjono, saat dioperasikan pesawat dalam kondisi laik terbang. Ketika menjelajah di ketinggian 32.000 kaki dari permukaan laut, pesawat jenis Airbus itu dikendalikan dalam batas-batas berat dan keseimbangan yang ideal. Saat kejadian tersedia gambar- gambar serta foto satelit cuacadenganformasi cumulonimbus yang puncak awannya mencapai 44.00 kaki.
Dari paparan KNKT, pesawat nahas tersebut diduga juga mengalami stall atau kehilangan daya angkat diakibatkantekananudaradankecepatan tidak seimbang sebelum jatuh di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Barat, Minggu (28/12). Dugaan terjadinya stall itu didasarkan atas indikasi adanya bunyi stall warning atau peringatan kehilangan daya angkat beberapa saat sebelum celaka.
Berdasarkan analisis awal terhadap rekaman kotak hitam AirAsia QZ8501 tersebut, stall warning yangberbunyi4menititu diperkirakan saat pesawat menyentuh ketinggian 37.000 kaki dengan pitch angle lebih dari 8 derajat. Pada umumnya, dalam kondisi ini pilot sulit untuk mengembalikannya ke posisi normal. Dia juga menandaskan, meskipun stall warning dalam pesawat tersebut sudah berbunyi, belum bisa dipastikan bahwa AirAsia QZ8501 mengalami stall.
Mardjonomeminta semuapihakbersabarmenunggu hasil akhir investigasi KNKT sekitar 10 bulan mendatang. Anggota Tim Investigasi KNKT Ertata Lananggalih menambahkan, saat di ketinggian 32.000 kaki pesawat berbelok kiri, sempat miring, kemudian pesawat naik pelan-pelan dalam waktu 30 detik.
Setelah mencapai ketinggian 34.000 kaki pesawat justru kembali turun pada ketinggian 32 kaki hingga akhirnya turun secara perlahanlahan ke perairan Selat Karimata, Kalimantan Barat. Gerakan turun naik dalam waktu singkat inilah yang sedang diselidiki lebih lanjut oleh KNKT. ”Keputusan pilot untuk menambah ketinggian jelajah sebanyak 5.000 kaki dalam waktu 30 detik perlu dikaji lebih detail,” tandasnya.
Adapun pengamat penerbangan Chappy Hakim menyebutkan pada umumnya posisi kritis dari angle of attack /pitch angle adalah 15 derajat dari nose-up atau posisi hidung pesawat berada jauh lebih tinggi dari badan. Sementara itu hingga hari ke-33 seusai kejadian, jenazah korban yang diduga penumpang AirAsia QZ8501 kembali ditemukan nelayan di Perairan Tammerodo, Kecamatan Sendana, Majene, Sulawesi Barat.
Kondisi jenazah perempuan itu sudah tidak utuh lagi seperti dua jenazah sebelumnya. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, kemarin, tim Disaster and Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi satu jenazah lagi. Jenazah berlabel B064 tersebut diketahui bernama Jimmy Sentosa Winata Oei, laki-laki, usia 60 tahun, beralamat Surabaya.
Dian ramadhani/ Lutfi yuhandi/ant
(ars)