Perguruan Tinggi Terbuka Terhadap Wisatawan
A
A
A
Melalui proses pendidikan dan pengabdian masyarakat, institusi perguruan tinggi berperan dalam transfer pengetahuan pada masyarakat melalui pelatihan sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Selain itu, seiring kebutuhan zaman, perguruan tinggi dituntut tidak lagi menjadi “menara gading”, tapi juga harus membuka diri terhadap kemajuan dan tuntutan zaman. Di antaranya membuka diri kepada kalangan masyarakat yang hendak melakukan kunjungan wisata. Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah perguruan tinggi memang telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat.
Khususnya masyarakat yang hendak mengetahui lebih dalam tentang perguruan tinggi tertentu. Biasanya, peserta wisata perguruan tinggi ini adalah pelajar kelas dua atau tiga SMA. Kedatangan mereka adalah untuk berdarmawisata ke berbagai tempat yang ada di suatu daerah. Hanya, salah satu tempat kunjungan wisata yang didatangi adalah perguruan tinggi.
Di perguruan tinggi yang dimaksud para peserta darmawisata bakal diperkenalkan mengenai berbagai program studi dan fasilitas yang disediakan pihak perguruan tinggi. Sekaligus menginformasikan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan kampus sebagai bekal ketika kelak mendapatkan titel mahasiswa.
Potensi wisata perguruan tinggi sangatlah besar. Jumlah peserta wisata kampus yang terus meningkat bisa menjadi indikator kalau peserta wisata kampus sangat tertarik mengetahui seperti apa profil perguruan tinggi dan kehidupan mahasiswa di dalamnya. Hal ini tentu sangat baik bagi perkembangan perguruan tinggi di Tanah Air dan industri pariwisata secara umum.
Bahkan, sejumlah pemerintah daerah seperti Yogyakarta telah menyatakan keseriusannya mengembangkan wisata perguruan tinggi. Program tersebut menggandeng beberapa rektor perguruan tinggi swasta dan negeri. Apalagi sejumlah kampus di Kota Gudeg memiliki nilai sejarah. Langkah tersebut ditempuh untuk mendongkrak kunjungan pariwisata daerah. Dari sekian banyak perguruan tinggi di Yogyakarta, ada beberapa yang kerap menjadi tempat wisata.
Di antaranya, Universitas Islam Indonesia yang di dalamnya ditemukan Candi Kimpulan. Kemudian, masjid kampus Universitas Gajah Mada (UGM). Masjid ini sudah menjadi salah satu objek wisata religius dan arsitektur. Ada juga Universitas Muhammadiyah Jogjakarta (UMJ).
Sejak beberapa tahun terakhir UMJ telah menjadikan program tersebut untuk memperkenalkan kampus kepada siswa sekolah menengah maupun masyarakat umum melalui penyosialisasian kehidupan di perguruan tinggi serta proses pembelajaran yang pelaksanaannya melibatkan unsur sivitas akademika atau masyarakat di perguruan tinggi, yaitu fakultas, mahasiswa, dan unsur-unsur lain yang terkait.
Yang menarik, pesertanya tidak hanya berasal dari sekitar daerah tempat perguruan tinggi tersebut melainkan juga dari provinsi dan pulau lain. Ketua Forum Rektor Indonesia Ravik Karsidi menjelaskan, sebagian besar peserta wisata kampus berasal dari pulau yang berbeda. Misalnya, peserta wisata kampus di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sebagian besar berasal dari Pulau Kalimantan.
Kendati begitu, belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang secara khusus menjadikan program wisata ini sebagai ajang komersial, belum ada perguruan tinggi yang secara khusus menjalin kerja sama dengan perusahaan penyelenggara tour and travel untuk menarik kedatangan wisatawan. “Bagi kami jelas. Program ini untuk meningkatkan motivasi anak-anak yang datang. Belum dikomersialkan,” terang Ravik, yang juga Rektor UNS.
Ada keuntungan lain yang bisa diperoleh perguruan tinggi dengan mengadakan program wisata perguruan tinggi. Di antaranya, menjadi sarana sosialisasi mengenai profil perguruan tinggi, serta keuntungan jika peserta program wisata perguruan tinggi membeli berbagai pernak- pernik terkait dengan perguruan tinggi yang didatangi. Bila dibandingkan dengan negara lain, program wisata perguruan tinggi di Indonesia belum semaju negara lain.
Perguruantinggi diluarnegeri kerapmengundang wartawan dari negara lain untuk me-review profil dan kehidupan mahasiswa di kampusnya. Selain itu, sejumlah peserta simposium yang diadakan di negara tersebut pasti diajak mendatangi sejumlah perguruan tinggi.
“Tujuannya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Tapi, di sana sudah lebih tertata,” ucap Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Cyprianus Aoer.
Hermansah
Selain itu, seiring kebutuhan zaman, perguruan tinggi dituntut tidak lagi menjadi “menara gading”, tapi juga harus membuka diri terhadap kemajuan dan tuntutan zaman. Di antaranya membuka diri kepada kalangan masyarakat yang hendak melakukan kunjungan wisata. Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah perguruan tinggi memang telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat.
Khususnya masyarakat yang hendak mengetahui lebih dalam tentang perguruan tinggi tertentu. Biasanya, peserta wisata perguruan tinggi ini adalah pelajar kelas dua atau tiga SMA. Kedatangan mereka adalah untuk berdarmawisata ke berbagai tempat yang ada di suatu daerah. Hanya, salah satu tempat kunjungan wisata yang didatangi adalah perguruan tinggi.
Di perguruan tinggi yang dimaksud para peserta darmawisata bakal diperkenalkan mengenai berbagai program studi dan fasilitas yang disediakan pihak perguruan tinggi. Sekaligus menginformasikan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan kampus sebagai bekal ketika kelak mendapatkan titel mahasiswa.
Potensi wisata perguruan tinggi sangatlah besar. Jumlah peserta wisata kampus yang terus meningkat bisa menjadi indikator kalau peserta wisata kampus sangat tertarik mengetahui seperti apa profil perguruan tinggi dan kehidupan mahasiswa di dalamnya. Hal ini tentu sangat baik bagi perkembangan perguruan tinggi di Tanah Air dan industri pariwisata secara umum.
Bahkan, sejumlah pemerintah daerah seperti Yogyakarta telah menyatakan keseriusannya mengembangkan wisata perguruan tinggi. Program tersebut menggandeng beberapa rektor perguruan tinggi swasta dan negeri. Apalagi sejumlah kampus di Kota Gudeg memiliki nilai sejarah. Langkah tersebut ditempuh untuk mendongkrak kunjungan pariwisata daerah. Dari sekian banyak perguruan tinggi di Yogyakarta, ada beberapa yang kerap menjadi tempat wisata.
Di antaranya, Universitas Islam Indonesia yang di dalamnya ditemukan Candi Kimpulan. Kemudian, masjid kampus Universitas Gajah Mada (UGM). Masjid ini sudah menjadi salah satu objek wisata religius dan arsitektur. Ada juga Universitas Muhammadiyah Jogjakarta (UMJ).
Sejak beberapa tahun terakhir UMJ telah menjadikan program tersebut untuk memperkenalkan kampus kepada siswa sekolah menengah maupun masyarakat umum melalui penyosialisasian kehidupan di perguruan tinggi serta proses pembelajaran yang pelaksanaannya melibatkan unsur sivitas akademika atau masyarakat di perguruan tinggi, yaitu fakultas, mahasiswa, dan unsur-unsur lain yang terkait.
Yang menarik, pesertanya tidak hanya berasal dari sekitar daerah tempat perguruan tinggi tersebut melainkan juga dari provinsi dan pulau lain. Ketua Forum Rektor Indonesia Ravik Karsidi menjelaskan, sebagian besar peserta wisata kampus berasal dari pulau yang berbeda. Misalnya, peserta wisata kampus di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sebagian besar berasal dari Pulau Kalimantan.
Kendati begitu, belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang secara khusus menjadikan program wisata ini sebagai ajang komersial, belum ada perguruan tinggi yang secara khusus menjalin kerja sama dengan perusahaan penyelenggara tour and travel untuk menarik kedatangan wisatawan. “Bagi kami jelas. Program ini untuk meningkatkan motivasi anak-anak yang datang. Belum dikomersialkan,” terang Ravik, yang juga Rektor UNS.
Ada keuntungan lain yang bisa diperoleh perguruan tinggi dengan mengadakan program wisata perguruan tinggi. Di antaranya, menjadi sarana sosialisasi mengenai profil perguruan tinggi, serta keuntungan jika peserta program wisata perguruan tinggi membeli berbagai pernak- pernik terkait dengan perguruan tinggi yang didatangi. Bila dibandingkan dengan negara lain, program wisata perguruan tinggi di Indonesia belum semaju negara lain.
Perguruantinggi diluarnegeri kerapmengundang wartawan dari negara lain untuk me-review profil dan kehidupan mahasiswa di kampusnya. Selain itu, sejumlah peserta simposium yang diadakan di negara tersebut pasti diajak mendatangi sejumlah perguruan tinggi.
“Tujuannya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Tapi, di sana sudah lebih tertata,” ucap Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Cyprianus Aoer.
Hermansah
(ars)