Mendikbud Buat Direktorat Pendidikan Orang Tua
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memutuskan membentuk direktorat khusus yang ditujukan untuk pendidikan orang tua.
Direktorat ini akan bertugas memberikan pendidikan orang tua agar dapat memahami anak. Anies mengungkapkan, direktorat ini pusat orang tua untuk mencari informasi agar mengetahui perkembangan fisik anak, perkembangan mental, dan perkembangan akademik anaknya masing-masing. Direktorat ini khusus dibuat karena selama ini tidak ada akses untuk orang tua mendapat informasi dan solusi untuk mendidik anaknya dengan baik. Terlebih, pendidikan anak tidak hanya didapat di sekolah, namun juga di rumah. “
”Kita akan menekankan pendidikan buat orang tua karena sekarang ini ke mana coba (orang tua dapat info). Direktorat bukan sekolah dan juga tidak dipegang dirjen,” ungkap Anies di Jakarta kemarin. Anies mengaku menginginkan Kementerian Pendidikan juga bisa menjadi sumber orang tua mencari informasi bagaimana cara mendidik anak.
Kemendikbud bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman kepada orang tua karena kementerian ini tidak hanya mengurusi persekolahan, namun juga berwenang terhadap pendidikan. Jika guru saja memiliki buku panduan untuk mengajar, orang tua pun semestinya mempunyai buku panduan bagaimana cara yang tepat membimbing anak. Struktur, Anies mengatakan, belum dibuat. Namun, direktorat ini akan berada di bawah Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PNFI dan Dikmas).
Nama direktorat ini, Anies menyebutnya, Parenting Education . “Lagi cari nama yang pas, tapi namanya Parenting Education . Mungkin teman-teman wartawan bisa membantu cari terjemahannya,” ujarnya. Menurut dia, ihwal positif yang bisa diberikan orang tua mulai dari ihwal sederhana seperti memberikan perhatian sampai asupan gizi yang baik dari makanan yang diberikan kepada anak.
Dengan begitu, pertumbuhan dan daya pikir anak-anak bisa menjadi lebih baik dan berujung pada proses belajar yang maksimal. Anies juga menegaskan bahwa selama ini tenaga pengajar sangat jarang menanyakan langsung kepada peserta didiknya apa yang menjadi keinginannya. Murid-murid hanya dituntutuntukmengikutisemuaarahan belajar dari sekolah. Padahal, melalui saran dan masukan murid, lembaga pendidikan bisa mengetahui apa keluhan dan keberatan mereka.
Sesditjen Paudni Kemendikbud Ella Yulaelawati mengatakan, sebelumnya sudah banyak kementerian dan lembaga yang sudah menyentuh peran orang tua seperti Kementerian Agama, KPPA, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BKKBN. Saat ini program keayah-bundaan dilaksanakan melalui pendidikan keorangtuaan yang telah menjangkau 45% kabupaten/kota.
Ella mengaku, capaian ini belum memadai karena baru terbatas pada pemangku kepentingan untuk memberikan peningkatan wawasan tentang pentingnya peran ayah dan bunda dalam mendidik anak sedini mungkin, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, mencegah perilaku destruktif, memahami gizi dan pola hidup sehat, serta menerapkan pengarusutamaan gender.
“Program ini selain belum menyentuh sasaran akhir juga belum meningkatkan peran orang tua dalam mencapai hasil belajar yang optimal,” paparnya. Karena itu, menurut dia, perhatian serius dan menjangkau lebih banyak kalangan orang tua perlu dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan orang dewasa dan pendidikan keayah-bundaan.
Pendidikan keayah-bundaan berupaya memberikan wawasan, pemahaman, dan keterampilan tentang kiat mendidik anak sejak janin sampai dewasa. Selain itu juga memberi pendidikan karakter, gizi dan kesehatan, menyiapkan prakeaksaraan, memenuhi hak dan perlindungan anak, mencegah perilaku destruktif, dan meningkatkan kualitas hasil belajar anak melalui pendampingan yang menyeluruh.
Ella menjelaskan, inti tujuan pendidikan keayah-bundaan diharapkan dapat menyajikan standar menjadi orang tua yang bermartabat yang dapat disusun oleh orang tua.
Neneng zubaidah
Direktorat ini akan bertugas memberikan pendidikan orang tua agar dapat memahami anak. Anies mengungkapkan, direktorat ini pusat orang tua untuk mencari informasi agar mengetahui perkembangan fisik anak, perkembangan mental, dan perkembangan akademik anaknya masing-masing. Direktorat ini khusus dibuat karena selama ini tidak ada akses untuk orang tua mendapat informasi dan solusi untuk mendidik anaknya dengan baik. Terlebih, pendidikan anak tidak hanya didapat di sekolah, namun juga di rumah. “
”Kita akan menekankan pendidikan buat orang tua karena sekarang ini ke mana coba (orang tua dapat info). Direktorat bukan sekolah dan juga tidak dipegang dirjen,” ungkap Anies di Jakarta kemarin. Anies mengaku menginginkan Kementerian Pendidikan juga bisa menjadi sumber orang tua mencari informasi bagaimana cara mendidik anak.
Kemendikbud bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman kepada orang tua karena kementerian ini tidak hanya mengurusi persekolahan, namun juga berwenang terhadap pendidikan. Jika guru saja memiliki buku panduan untuk mengajar, orang tua pun semestinya mempunyai buku panduan bagaimana cara yang tepat membimbing anak. Struktur, Anies mengatakan, belum dibuat. Namun, direktorat ini akan berada di bawah Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PNFI dan Dikmas).
Nama direktorat ini, Anies menyebutnya, Parenting Education . “Lagi cari nama yang pas, tapi namanya Parenting Education . Mungkin teman-teman wartawan bisa membantu cari terjemahannya,” ujarnya. Menurut dia, ihwal positif yang bisa diberikan orang tua mulai dari ihwal sederhana seperti memberikan perhatian sampai asupan gizi yang baik dari makanan yang diberikan kepada anak.
Dengan begitu, pertumbuhan dan daya pikir anak-anak bisa menjadi lebih baik dan berujung pada proses belajar yang maksimal. Anies juga menegaskan bahwa selama ini tenaga pengajar sangat jarang menanyakan langsung kepada peserta didiknya apa yang menjadi keinginannya. Murid-murid hanya dituntutuntukmengikutisemuaarahan belajar dari sekolah. Padahal, melalui saran dan masukan murid, lembaga pendidikan bisa mengetahui apa keluhan dan keberatan mereka.
Sesditjen Paudni Kemendikbud Ella Yulaelawati mengatakan, sebelumnya sudah banyak kementerian dan lembaga yang sudah menyentuh peran orang tua seperti Kementerian Agama, KPPA, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BKKBN. Saat ini program keayah-bundaan dilaksanakan melalui pendidikan keorangtuaan yang telah menjangkau 45% kabupaten/kota.
Ella mengaku, capaian ini belum memadai karena baru terbatas pada pemangku kepentingan untuk memberikan peningkatan wawasan tentang pentingnya peran ayah dan bunda dalam mendidik anak sedini mungkin, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, mencegah perilaku destruktif, memahami gizi dan pola hidup sehat, serta menerapkan pengarusutamaan gender.
“Program ini selain belum menyentuh sasaran akhir juga belum meningkatkan peran orang tua dalam mencapai hasil belajar yang optimal,” paparnya. Karena itu, menurut dia, perhatian serius dan menjangkau lebih banyak kalangan orang tua perlu dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan orang dewasa dan pendidikan keayah-bundaan.
Pendidikan keayah-bundaan berupaya memberikan wawasan, pemahaman, dan keterampilan tentang kiat mendidik anak sejak janin sampai dewasa. Selain itu juga memberi pendidikan karakter, gizi dan kesehatan, menyiapkan prakeaksaraan, memenuhi hak dan perlindungan anak, mencegah perilaku destruktif, dan meningkatkan kualitas hasil belajar anak melalui pendampingan yang menyeluruh.
Ella menjelaskan, inti tujuan pendidikan keayah-bundaan diharapkan dapat menyajikan standar menjadi orang tua yang bermartabat yang dapat disusun oleh orang tua.
Neneng zubaidah
(ars)