Bersantap Sambil Belajar Bahasa Kuno

Minggu, 25 Januari 2015 - 12:55 WIB
Bersantap Sambil Belajar...
Bersantap Sambil Belajar Bahasa Kuno
A A A
Banyak cara dilakukan untuk menjadikan satu rumah makan unik. Di samping menu, kreasi lain yang dapat diciptakan adalah konsep tempatnya. Nah, satu rumah makan di Kota Malang ini memilih kedua-duanya. Menu serta konsep tempat dibuat berbeda sehingga mampu memberikan kesan bagi para pengunjung.

Adalah De Museum Café yang menerapkan hal tersebut. Dari sisi menu, pengelola kafe memiliki satu kreasi masakan yang lain dari masakan sejenis pada umumnya. Anda yang tinggal di tatar Jawa, pasti mengenal nasi kucing bukan? Nah , menu berbasis nasi yang booming lantaran kemasannya lebih kecil daripada porsi makanan kebanyakan itulah yang dikembangkan sang pemilik kafe hingga menciptakan kekhasan tersendiri.

Sekilas, nasi kucing besutan kafe ini tampak sama dengan nasi kucing pada umumnya. Hanya, setelah kita memakannya, sensasi yang berbeda bakal dirasakan. Yang menciptakan sensasi rasa yang berbeda itu adalah side dish atau menu pendampingnya yang terdiri dari gorengan ikan teri, sambal goreng tempe, dan sambal ijo. Sambal ijo di tempat ini cita rasanya sangat pedas.

Sambal ini sekaligus menjadi pembeda nasi kucing ala De Museum dengan menu serupa di tempat lain yang kebanyakan menyediakan sambal terasi. Soal variannya, kafe ini menyediakan menu nasi kucing dobel dengan tambahan telur dan nasi kucing spesial yang di dalamnya terdapat telur plus suwiran daging ayam.

Selain nasi kucing, De Museum masih punya menu unik lain, yaitu bakso dengan campuran cengkeh dan daun jepaya. Sang kreator yang sekaligus pemilik kafe, Shafa Hermawati, menjelaskan bahwa jepaya adalah tumbuhan hasil persilangan jeruk dan pepaya. Secara tampilan, pohon jepaya mirip pohon jeruk.

Yang menarik, daun jepaya ini rupanya bisa juga dijadikan bumbu masakan pengganti daun jeruk purut. ”Bedanya, kuah bakso kami berwarna bening meskipun dihasilkan dari rebusan tulang sapi dan daging khas dalam. Selain itu, untuk bumbunya, kami juga menambahkan cengkeh dan jepaya, tanpa ada vetsin,” kata Shafa, yang pertama kali membuka De Museum Cafe pada Juli 2014 bersama suaminya, Bambang Noorsena.

Sajian lain yang ditawarkan di sini adalah soto betawi serta aneka dim sum di antaranya houyu , kecak, lumpia kulit tahu, dan siomay crab stick. Sementara, aneka menu minuman yang ditawarkan juga tidak kalah unik. Nama-namanya diadaptasi dari nama naskah kuno seperti minuman Srikandi Mesem yang sebenarnya adalah oreo kopi, lalu ada Seno Sodra yang merupakan campuran cokelat dengan alpukat yang dibuat jus, serta Cubitan Drupadi, minuman soda merah yang dicampur susu lalu ditambahkan topping berupa es krim.

Semua menu dibanderol dengan kisaran harga yang cukup murah, yakni Rp1.500-20.000. Itu baru menu-menunya. Hal unik lain yang dapat dijumpai di sini adalah beberapa bacaan yang kalau ditelaah ternyata ditulis dengan bahasa kuno. Pengunjung mungkin tidak mengerti makna bacaan tersebut, tapi sang pemilik kafe jelas paham. Maklum, pemilik kafe ini kebetulan memang seorang kolektor naskah kuno dan mampu menerjemahkan semuanya.

Kalau dibaca-baca, naskah tersebut tentu bisa menambah wawasan Anda bukan? Menurut Bambang, sedari awal membuka De Museum, dirinya memang berniat ingin menyebarkan pengetahuan tentang berbagai bahasa yang tercatat dalam naskah kuno. Selain itu, ia juga ingin menumbuhkan semangat cinta kepada negeri sendiri kepada masyarakat setelah mengetahui keindahan Indonesia.

”Saya ingin menyebarkan pengetahuan bahwa Indonesia sejak awal adalah negara yang Bhinneka Tunggal Ika dan hal itu sudah tercatat dalam naskah kuno,” terang Bambang, yang memiliki koleksi naskah kuno sekitar 300 naskah yang ditulis dalam berbagai bahasa di antara Yunani, Ibrani, dan Aramaic. Selain naskah yang tersimpan dalam literatur, dinding kafe ini pun tidak luput dari paparan naskah-naskah kuno milik Bambang.

Salah satunya naskah legendaris yang ditemukan di Laut Mati berjudul The Dead Sea Scrolls . Jika Anda ingin menambah wawasan mengenai berbagai perkembangan bahasa kuno mulai Aramaic, Yunani, Arab, Koptik, Ibrani, dan berbagai bahasa dari Timur Tengah, kafe yang mengusung konsep museum ini layak disambangi. Bambang pun siap menerjemahkan semua naskah ataupun huruf kuno yang terpajang di kafenya kepada Anda.

Mamik wijayanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1344 seconds (0.1#10.140)