Menanti Masa Depan Arab Saudi
A
A
A
RIYADH - Raja Arab Saudi yang baru Salman bin Abdulaziz al-Saud kemarin berjanji akan melanjutkan kebijakan yang telah dilaksanakan pendahulunya, mendiang Raja Abdullah.
Fokus utama dalam kebijakannya adalah mempertahankan keberlangsungan energi, khususnya minyak dan kebijakan luar negeri. Salman, 79, naik takhta di tengah negaranya yang menghadapi tantang domestik yang kompleks. Dari jatuhnya harga minyak dalam beberapa bulan terakhir hingga perkembangan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah dan Irak yang berjanji akan menggulingkan Dinasti Al Saud, dinasti yang menguasai Arab Saudi.
Berikutnya, Salman juga harus berhadapan dengan musuh utamanya yakni Iran yang berhaluan Syiah. Iran telah memainkan peranan penting dalam politik regional di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon, dan Bahrain. Teheran telah membuka konflik terbuka dengan negara tetangganya, terutama Arab Saudi.
Dalam pidato pertamanya yang disiarkan langsung stasiun televisi Saudi, Salman berjanji akan melanjutkan pendekatan dan kebijakan pendahulunya. Dia juga menyerukan persatuan di antara negara-negara Arab. “Kita akan melanjutkan, insya Allah, dengan jalan pasti yang telah laksanakan sejak didirikan mendiang Raja Abdulaziz,” tuturnya, dikutip Reuters.
Salman melanjutkan, Kerajaan Saudi akan tetap bersatu dan memelihara solidaritas di saat ketegangan yang terjadi di banyak belahan dunia. “Saya memohon kepada Tuhan agar membantu saya melayani rakyat saya dan mewujudkan harapan mereka, melindungi keamanan serta stabilitas negara ini. Melindungi seluruh rakyat dari semua setan,” tuturnya.
Raja Salman sepertinya akan seperti raja Saudi sebelumnya yang sangat pragmatis. Dia tidak akan banyak mengubah kebijakan luar negeri dan penjualan minyaknya. Rumor mengenai kesehatannya yang memburuk, para diplomat yang menghadiri pertemuan dengan raja baru mengungkapkan bahwa dia dalam kondisi sehat dan mampu berbincang selama beberapa jam.
“Saya pikir Salman akan melanjutkan reformasi yang dilakukan Abdullah. Dia menyadari pentingnya hal ini. Dia bukan seorang yang konservatif, tetapi dia tetap mempertahankan nilai-nilai konservatif yang diyakini warganya,” kata Jamal Khashoggi, kepala lembaga berita yang dimiliki keluarga kerajaan. Sama seperti Abdullah yang melakukan reformasi politik, Salman juga diperkirakan demikian.
Dia akan membungkam para pengkritik keluarga kerajaan karena khawatir kehilangan kekuasaan. Para analis juga yakin kalau keluarga Al-Saud akan meningkatkan anggaran sosial bagi warga Saudi dalam hal pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Itu sebagai legitimasi untuk membungkam suara warga Saudi agar tidak menuntut demokrasi.
Tidak adanya pemilu di Saudi menjadikan kerajaan memberikan jaminan sosial agar tidak melakukan pemberontakan. Apalagi, Raja Salman pernah berbicara penentangannya terhadap pengenalan demokrasi di Saudi di depan para diplomat AS. Kabar itu dibocorkan situs pembocor data rahasia, WikiLeaks .
Bagaimana kepemimpinan Salman dalam pendekatannya terhadap kawasan dan dunia secara luas? “Saya pikir mereka akan semakin berhati-hati dalam membuat kebijakan,” kata Dennis Ross, mantan diplomat yang lama bekerja di Saudi, dikutip Wall Street Journal . Itu disebabkan pemerintahan Saudi dikenal sebagai kepemimpinan yang kolektif. Ditambah dengan situasi yang tidak menentu di Timur Tengah.
Saudi sangat khawatir jika ekstremisme dan ketegangan akan merembet ke negaranya. Menurut Ross, Salman diprediksi akan membeli perdamaian dengan harga mahal dibandingkan dengan membungkam milisi Syiah Houthi di Yaman. Adapun untuk ISIS, Saudi akan tetap mendukung koalisi AS melawan kelompok gerilyawan itu.
“Saudi akan tetap bertahan dengan posisi sebelumnya, tapi belum ada kepastian mengenai hal itu,” kata Ross. Dalam aliansinya dengan AS, Saudi akan tetap dekat dan merapatkan barisan. Bukan hanya Saudi yang membutuhkan AS, tetap Washington juga membutuhkan Riyadh. Para pejabat AS saat ini sedang merapat dengan penguasa baru Saudi untuk menyampaikan krisis di kawasan, termasuk ancaman perang sipil di Yaman dan ISIS di Irak dan Suriah.
Langkah utama dalam penyelamatan takhta Kerajaan Saudi mendatang, Raja Salman menunjuk Muqrin, 69, sebagai Putra Mahkota, dan keponakannya, Mohammed bin Nayef, 55, sebagai deputi Putra Mahkota. Ketegangan di tengah keluarga Kerajaan Saudi berhasil diselesaikan dengan baik oleh Salman dengan menunjuk anggota keluarganya yang berpengaruh.
Mohammed bin Nayef menjadi cucu pertama pendiri Kerajaan Saudi, Abdul Aziz atau dikenal Ibn Saud, yang masih dalam garis suksesi. Semua raja Saudi sejak Abdul Aziz meninggal pada 1953 adalah putranya, sehingga muncul isu perpindahan generasi berikutnya akan memicu pertarungan kekuasaan. Raja Salman juga menunjukkan putranya sendiri Mohammed bin Salman sebagai menteri pertahanan dan kepala pengadilan kerajaan.
Andika hendra m
Fokus utama dalam kebijakannya adalah mempertahankan keberlangsungan energi, khususnya minyak dan kebijakan luar negeri. Salman, 79, naik takhta di tengah negaranya yang menghadapi tantang domestik yang kompleks. Dari jatuhnya harga minyak dalam beberapa bulan terakhir hingga perkembangan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah dan Irak yang berjanji akan menggulingkan Dinasti Al Saud, dinasti yang menguasai Arab Saudi.
Berikutnya, Salman juga harus berhadapan dengan musuh utamanya yakni Iran yang berhaluan Syiah. Iran telah memainkan peranan penting dalam politik regional di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon, dan Bahrain. Teheran telah membuka konflik terbuka dengan negara tetangganya, terutama Arab Saudi.
Dalam pidato pertamanya yang disiarkan langsung stasiun televisi Saudi, Salman berjanji akan melanjutkan pendekatan dan kebijakan pendahulunya. Dia juga menyerukan persatuan di antara negara-negara Arab. “Kita akan melanjutkan, insya Allah, dengan jalan pasti yang telah laksanakan sejak didirikan mendiang Raja Abdulaziz,” tuturnya, dikutip Reuters.
Salman melanjutkan, Kerajaan Saudi akan tetap bersatu dan memelihara solidaritas di saat ketegangan yang terjadi di banyak belahan dunia. “Saya memohon kepada Tuhan agar membantu saya melayani rakyat saya dan mewujudkan harapan mereka, melindungi keamanan serta stabilitas negara ini. Melindungi seluruh rakyat dari semua setan,” tuturnya.
Raja Salman sepertinya akan seperti raja Saudi sebelumnya yang sangat pragmatis. Dia tidak akan banyak mengubah kebijakan luar negeri dan penjualan minyaknya. Rumor mengenai kesehatannya yang memburuk, para diplomat yang menghadiri pertemuan dengan raja baru mengungkapkan bahwa dia dalam kondisi sehat dan mampu berbincang selama beberapa jam.
“Saya pikir Salman akan melanjutkan reformasi yang dilakukan Abdullah. Dia menyadari pentingnya hal ini. Dia bukan seorang yang konservatif, tetapi dia tetap mempertahankan nilai-nilai konservatif yang diyakini warganya,” kata Jamal Khashoggi, kepala lembaga berita yang dimiliki keluarga kerajaan. Sama seperti Abdullah yang melakukan reformasi politik, Salman juga diperkirakan demikian.
Dia akan membungkam para pengkritik keluarga kerajaan karena khawatir kehilangan kekuasaan. Para analis juga yakin kalau keluarga Al-Saud akan meningkatkan anggaran sosial bagi warga Saudi dalam hal pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Itu sebagai legitimasi untuk membungkam suara warga Saudi agar tidak menuntut demokrasi.
Tidak adanya pemilu di Saudi menjadikan kerajaan memberikan jaminan sosial agar tidak melakukan pemberontakan. Apalagi, Raja Salman pernah berbicara penentangannya terhadap pengenalan demokrasi di Saudi di depan para diplomat AS. Kabar itu dibocorkan situs pembocor data rahasia, WikiLeaks .
Bagaimana kepemimpinan Salman dalam pendekatannya terhadap kawasan dan dunia secara luas? “Saya pikir mereka akan semakin berhati-hati dalam membuat kebijakan,” kata Dennis Ross, mantan diplomat yang lama bekerja di Saudi, dikutip Wall Street Journal . Itu disebabkan pemerintahan Saudi dikenal sebagai kepemimpinan yang kolektif. Ditambah dengan situasi yang tidak menentu di Timur Tengah.
Saudi sangat khawatir jika ekstremisme dan ketegangan akan merembet ke negaranya. Menurut Ross, Salman diprediksi akan membeli perdamaian dengan harga mahal dibandingkan dengan membungkam milisi Syiah Houthi di Yaman. Adapun untuk ISIS, Saudi akan tetap mendukung koalisi AS melawan kelompok gerilyawan itu.
“Saudi akan tetap bertahan dengan posisi sebelumnya, tapi belum ada kepastian mengenai hal itu,” kata Ross. Dalam aliansinya dengan AS, Saudi akan tetap dekat dan merapatkan barisan. Bukan hanya Saudi yang membutuhkan AS, tetap Washington juga membutuhkan Riyadh. Para pejabat AS saat ini sedang merapat dengan penguasa baru Saudi untuk menyampaikan krisis di kawasan, termasuk ancaman perang sipil di Yaman dan ISIS di Irak dan Suriah.
Langkah utama dalam penyelamatan takhta Kerajaan Saudi mendatang, Raja Salman menunjuk Muqrin, 69, sebagai Putra Mahkota, dan keponakannya, Mohammed bin Nayef, 55, sebagai deputi Putra Mahkota. Ketegangan di tengah keluarga Kerajaan Saudi berhasil diselesaikan dengan baik oleh Salman dengan menunjuk anggota keluarganya yang berpengaruh.
Mohammed bin Nayef menjadi cucu pertama pendiri Kerajaan Saudi, Abdul Aziz atau dikenal Ibn Saud, yang masih dalam garis suksesi. Semua raja Saudi sejak Abdul Aziz meninggal pada 1953 adalah putranya, sehingga muncul isu perpindahan generasi berikutnya akan memicu pertarungan kekuasaan. Raja Salman juga menunjukkan putranya sendiri Mohammed bin Salman sebagai menteri pertahanan dan kepala pengadilan kerajaan.
Andika hendra m
(bbg)