Sudan Jadikan RI Mitra Perdagangan Terbesar di Asia
A
A
A
JAKARTA - Sudan berambisi menjadikan Indonesia sebagai mitra dagang terbesar di Asia. Duta Besar (Dubes) Sudan untuk Indonesia Abd Alrahim Alsiddig Mohamed Omer mengatakan, ekspor minyak Sudan ke Indonesia dalam beberapa puluh tahun terakhir terus meningkat.
Begitupun dengan aktivitas impor. Sudan rutin membeli furnitur, baterai mobil, semen, dan kertas dari Indonesia. Nilai perdagangan antara Sudan dan Indonesia meningkat dari sebelumnya USD270 juta (sekitar Rp3,3 triliun) menjadi USD747,8 juta (sekitar Rp9,3 triliun) tahun lalu. Menurut Alrahim, potensi perdagangan Sudan dan Indonesia bisa lebih besar dari itu sebab sumber daya alam (SDA) kedua negara melimpah. Karena itu, hubungan perdagangan Sudan-Indonesia perlu dimaksimalkan.
“Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai mitra dagang paling tinggi di Asia,” ujar Alrahim dalam konferensi pers di Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Sudan, Jakarta, kemarin. Saatini dua mitra terbesar Sudan di Asia yaitu China dan Malaysia. Perekonomian Sudan baru pulih setelah pada 2011, Sudan Selatan ingin memisahkan diri dari Sudan. “Proses pemulihannya berjalan baik.
Sekarang ekonomi kami sudah mulai stabil. Produksi minyak juga kembali meningkat,” sebut Alrahim. Pihaknya terus berjuang memperbaiki sektor ekonomi. Minyak menjadi salah satu komoditas ekspor utama Sudan. Namun, menurut Alrahim, Sudan juga menghasilkan banyak emas. “Kami mengekspor emas sebanyak 50 ton per tahun,” ungkapnya.
Perjuangan Sudan berjalan mulus karena didukung keamanan negara yang stabil. Menurut Alrahim, Sudan termasuk negara yang paling aman di Afrika setelah sengketa Sudan Selatan dapat diselesaikan secara damai. Itu diakui Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Sekarang tidak ada lagi perang di Sudan,” kata Alrahim. Kestabilan keamanan itu sekaligus membuka peluang untuk kembali menarik turis asing.
Muh shamil
Begitupun dengan aktivitas impor. Sudan rutin membeli furnitur, baterai mobil, semen, dan kertas dari Indonesia. Nilai perdagangan antara Sudan dan Indonesia meningkat dari sebelumnya USD270 juta (sekitar Rp3,3 triliun) menjadi USD747,8 juta (sekitar Rp9,3 triliun) tahun lalu. Menurut Alrahim, potensi perdagangan Sudan dan Indonesia bisa lebih besar dari itu sebab sumber daya alam (SDA) kedua negara melimpah. Karena itu, hubungan perdagangan Sudan-Indonesia perlu dimaksimalkan.
“Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai mitra dagang paling tinggi di Asia,” ujar Alrahim dalam konferensi pers di Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Sudan, Jakarta, kemarin. Saatini dua mitra terbesar Sudan di Asia yaitu China dan Malaysia. Perekonomian Sudan baru pulih setelah pada 2011, Sudan Selatan ingin memisahkan diri dari Sudan. “Proses pemulihannya berjalan baik.
Sekarang ekonomi kami sudah mulai stabil. Produksi minyak juga kembali meningkat,” sebut Alrahim. Pihaknya terus berjuang memperbaiki sektor ekonomi. Minyak menjadi salah satu komoditas ekspor utama Sudan. Namun, menurut Alrahim, Sudan juga menghasilkan banyak emas. “Kami mengekspor emas sebanyak 50 ton per tahun,” ungkapnya.
Perjuangan Sudan berjalan mulus karena didukung keamanan negara yang stabil. Menurut Alrahim, Sudan termasuk negara yang paling aman di Afrika setelah sengketa Sudan Selatan dapat diselesaikan secara damai. Itu diakui Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Sekarang tidak ada lagi perang di Sudan,” kata Alrahim. Kestabilan keamanan itu sekaligus membuka peluang untuk kembali menarik turis asing.
Muh shamil
(bbg)