Milisi Ambil Alih Istana Yaman

Kamis, 22 Januari 2015 - 10:33 WIB
Milisi Ambil Alih Istana Yaman
Milisi Ambil Alih Istana Yaman
A A A
SANAA - Milisi Syiah Houthi kemarin mengambil alih sepenuhnya Istana Kepresidenan Yaman di Kota Sanaa setelah terjadi baku tembak dengan pasukan keamanan Yaman. Perkembangan terbaru itu terjadi sehari setelah berbagai pihak yang terlibat konflik di Yaman menyepakati gencatan senjata.

Brigade Ketiga Pengawal Presiden Yaman menyerah tanpa perlawanan dan meninggalkan istana negara. Pos pemeriksaan di istana negara terlihat kosong dan tidak ada tanda serta simbol pasukan penjaga presiden. “Presiden Hadi masih berada di istananya. Tidak ada masalah, dia dapat saja meninggalkan (istana),” kata Mohammed al-Bukhaiti, anggota senior milisi Houthi, kepada Reuters.

Penguasaan istana kepresidenan dianggap sebagai kudeta terhadap pemerintahan yang memiliki legitimasi dan diakui dunia. Selang beberapa jam setelah Houthi menguasai istana, pemimpin Milisi Houthi, Abdel- Malek al-Houthi, memperingatkan Hadi untuk mengimplementasikan kesepakatan pembagian kekuasaan seperti saat dia berkuasa pada September lalu.

“Presiden Yaman Presiden Abdrabuh Mansur Hadi merupakan pihak yang bertanggung jawab atas ketidakstabilan di Yaman. Dia gagal mengimplementasikan kesepakatan yang telah tercapai pada September yakni Kesepakatan Kemitraan Nasional dan Perdamaian (PNPA),” ungkap Abdul Malik al-Houthi, pemimpin negosiator Ansarallah, nama kelompok milisi Houthi, dikutip Al Jazeera.

“Kita, rakyat Yaman, akan menyaksikan realitas positif,” imbuhnya. Selama ini Presiden Hadi dikenal sebagai sekutu Barat. Dia pendukung serangan Amerika Serikat (AS) terhadap para gerilyawan Al-Qaeda di Yaman. Namun, dalam perpolitikan domestik, Hadi terlibat konflik dengan milisi Houthi dalam penyusunan draf konstitusi yang bertujuan mengakhiri konflik.

Dia ingin mengurangi peran kelompok Syiah dalam pemerintahan Yaman. Pasukan keamanan Yaman kemarin menutup bandara, pelabuhan, dan perlintasan batas di Kota Aden. Penutupan itu dilakukan setelah terjadi pertempuran di Sanaa. “Bandara ditutup sejak pagi (kemarin pagi) hingga ada pemberitahuan dari komite keamanan lokal,” kata manajer bandara Aden, dikutip Reuters.

Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) mengutuk serangan pemberontak Huthi ke istana kepresidenan Yaman pada Selasa (21/1) waktu setempat. Mereka juga menyuarakan dukungan terhadap Presiden Abdrabuh Mansur Hadi. “Hadi merupakan pemerintahan yang memiliki legitimasi untuk memerintah,” demikian keterangan Dewan Keamanan PBB.

Mereka juga meminta semua pihak dan aktor politik di Yaman harus berdiri bersama Presiden Hadi, PM Khaled Bahah, dan kabinet pemerintahan Yaman. “Kebersamaan itu untuk menjaga negara itu tetap stabil dan aman,” demikian keterangan Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan menyerukan gencatan senjata dan dialog untuk memecahkan berbagai perbedaan. Namun, mereka tidak memberikan sanksi. Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan penghentian pertempuran.

“Semua pihak harus menahan diri dan mengambil langkah untuk memulihkan sepenuhnya pemerintahan kepada institusi yang memiliki legitimasi,” ucap Ban seperti diungkapkan juru bicaranya. Dalam pandangan Ferea al- Muslimi, analis politik yang tinggal di Sanaa, Hadi memang terlalu lambat mengimplementasikan reformasi sejak dia berkuasa.

“Sekarang dia (Hadi) telah dilumpuhkan (pengaruhnya),” ungkap Ferea. Kondisi Suriah yang kacau tidak lepas dari masih tingginya pengaruh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang digulingkan pada 2012. Saleh masih memiliki pengaruh kuat di militer dan suku-suku.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengungkapkan Pemerintah Indonesia prihatin atas perkembangan di Yaman. Serangan ini menimbulkan ketegangan baru sejak kesepakatan antara Pemerintah Yaman dan kelompok Al-Houthi pada September 2014.

“Pemerintah Indonesia berharap pihak-pihak bertikai di Yaman dapat menahan diri dan memperhatikan keselamatan dan mengutamakan perlindungan seluruh warga sipil di Yaman, khususnya ibu kota Sanaa,” demikian keterangan Kemlu. Mengenai nasib warga negara Indonesia di Yaman, Ke-mlu mengungkapkan,

Pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dan memantau dari dekat kondisi di Yaman melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sanaa. “Warga Indonesia telah diimbau untuk terus waspada dan berhati-hati serta selalu menjalin komunikasi dengan KBRI Sanaa serta sesama warga Indonesia lainnya.”

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5712 seconds (0.1#10.140)