Rekaman Kokpit AirAsia Berdurasi 2 Jam 4 Menit
A
A
A
JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah rampung mengunduh data kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh pada Minggu (28/12/2014) silam.
Dari hasil rekamancockpit voice recorder (CVR) diketahui pembicaraan di ruang pilot itu berdurasi 2 jam 4 menit. ”Sekarang sedang proses transkripsi. Sementara data di FDR (flight data recorder ) sedang proses konversi,” ujar Ketua KNKT Tatang Kurniadi di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, setelah mengunduh data dari dua kotak hitam itu, investigator KNKT selanjutnya menyiapkan laporan awal (preliminary report ) untuk diberikan kepada partner penyelidikan, antara lain International Civil Aviation Organization (ICAO) dan Bureau d’Enquetes et d’Analyses (BEA).
”Laporan awal nanti berupa informasifaktualmengenaikejadian sebelum analisis yang disusun 30 hari setelah kecelakaan,” katanya. Tatangmenjelaskan, setelah transkripsi diselesaikan, data yang didapatkan dari dua perangkat itu disamakan agar menjadi sinkron. Dengan demikian didapatkan gambaran-gambaran untuk menunjukkan kejadian saat terbang hingga pesawat AirAsia jatuh.
Seluruh hasil pemeriksaan awal berupa transkrip dan hasil sinkronisasi data dari tiap alat perekam pesawat tersebut selanjutnya akan dipilih atas data yang dirahasiakan dan disebar. Sesuai dengan ketentuan audit keselamatan ICAO, seluruh hasil pemeriksaan awal, baik itu berupa hasil transkripsi maupun hasil sinkronisasi data dari FDR dan CVR, wajib dirahasiakan.
Terkecuali ada hal-hal yang layak dipublikasikan. Terdapat tiga prinsip yang menjadi dasar investigasi kecelakaan transportasi udara, yakni no blame, no judicial, dan no liability. ”Karena hasil investigasi ditujukan untuk memperbaiki sistem penerbangan nasional kita, bukan untuk menyalahkan pihak mana pun,” tegas dia.
Diketahui dalam operasi pencarian hari ke-16, tim SAR gabungan telah berhasil menemukan dan mengangkat FDR di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Pada hari yang sama, para penyelam tim SAR menemukan CVR yang berjarak 20 meter dari lokasi penemuan FDR. CVR baru diangkat dari dasar laut hari berikutnya, yaitu pada operasi pencarian hari ke- 17, Selasa (13/1), untuk kemudian dibawa ke Jakarta menyusul FDR yang terlebih dahulu dipindahkan untuk diinvestigasi lebih lanjut oleh KNKT.
Mengenai evakuasi badan pesawat, hingga kemarin tim SAR masih terkendala kondisi lapangan. Tim penyelam gabungan TNI AL kesulitan mengobservasi potongan pesawat rute Surabaya-Singapura itu karena cuaca gelap. ”Penyelaman belum membuahkan hasil. Hujan sepanjang hari dan arus bawah laut tidak baik, pagi ini dilanjutkan,” kata Direktur Operasional Basarnas Marsma TNI SB Supriyadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin.
Kepala Basarnas Marsdya TNI Frans Henry Bambang Soelistyo mengatakan, sebanyak 81 penyelam gabungan dari tim penyelam Basarnas Special Group (BSG), TNI AL, Geo Survey dibagi dalam tiga grup bergantian melakukan penyelaman. Sementara itu, tiga jenazah korban jatuhnya pesawat Air- Asia kembali ditemukan. Ketiga jasad ini telah dievakuasi dari Pulau Maradapan, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Adapun mengenai proses identifikasi jenazah di Polda Jawa Timur, tim DVI kemarin mendapat identitas satu korban berdasarkan metode sekunder, yakni mengenali bekas luka operasi di perutnya. Kepala Tim DVI Kombespol Budiyono mengatakan, jenazah tersebut atas nama The Darmaji, laki-laki 67 tahun asal Kota Malang.
Menurut dia, tambahan data lain yang memperkuat identitas jenazah adalah properti yang melekat pada korban seperti kartu nama, e- KTP, kartu nomor pokok wajib pajak (NPWP) serta nomor kartu kendaraan motor atas nama istri korban. Dengan teridentifikasinya The Darmaji, total jenazah yang telah diidentifikasi hingga hari ke-20 berjumlah 40 dari 48 jenazah yang dikirim ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur dan kini tersisa 8 jenazah yang masih dalam pendalaman identifikasi.
Dian ramdhani/Ant
Dari hasil rekamancockpit voice recorder (CVR) diketahui pembicaraan di ruang pilot itu berdurasi 2 jam 4 menit. ”Sekarang sedang proses transkripsi. Sementara data di FDR (flight data recorder ) sedang proses konversi,” ujar Ketua KNKT Tatang Kurniadi di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, setelah mengunduh data dari dua kotak hitam itu, investigator KNKT selanjutnya menyiapkan laporan awal (preliminary report ) untuk diberikan kepada partner penyelidikan, antara lain International Civil Aviation Organization (ICAO) dan Bureau d’Enquetes et d’Analyses (BEA).
”Laporan awal nanti berupa informasifaktualmengenaikejadian sebelum analisis yang disusun 30 hari setelah kecelakaan,” katanya. Tatangmenjelaskan, setelah transkripsi diselesaikan, data yang didapatkan dari dua perangkat itu disamakan agar menjadi sinkron. Dengan demikian didapatkan gambaran-gambaran untuk menunjukkan kejadian saat terbang hingga pesawat AirAsia jatuh.
Seluruh hasil pemeriksaan awal berupa transkrip dan hasil sinkronisasi data dari tiap alat perekam pesawat tersebut selanjutnya akan dipilih atas data yang dirahasiakan dan disebar. Sesuai dengan ketentuan audit keselamatan ICAO, seluruh hasil pemeriksaan awal, baik itu berupa hasil transkripsi maupun hasil sinkronisasi data dari FDR dan CVR, wajib dirahasiakan.
Terkecuali ada hal-hal yang layak dipublikasikan. Terdapat tiga prinsip yang menjadi dasar investigasi kecelakaan transportasi udara, yakni no blame, no judicial, dan no liability. ”Karena hasil investigasi ditujukan untuk memperbaiki sistem penerbangan nasional kita, bukan untuk menyalahkan pihak mana pun,” tegas dia.
Diketahui dalam operasi pencarian hari ke-16, tim SAR gabungan telah berhasil menemukan dan mengangkat FDR di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Pada hari yang sama, para penyelam tim SAR menemukan CVR yang berjarak 20 meter dari lokasi penemuan FDR. CVR baru diangkat dari dasar laut hari berikutnya, yaitu pada operasi pencarian hari ke- 17, Selasa (13/1), untuk kemudian dibawa ke Jakarta menyusul FDR yang terlebih dahulu dipindahkan untuk diinvestigasi lebih lanjut oleh KNKT.
Mengenai evakuasi badan pesawat, hingga kemarin tim SAR masih terkendala kondisi lapangan. Tim penyelam gabungan TNI AL kesulitan mengobservasi potongan pesawat rute Surabaya-Singapura itu karena cuaca gelap. ”Penyelaman belum membuahkan hasil. Hujan sepanjang hari dan arus bawah laut tidak baik, pagi ini dilanjutkan,” kata Direktur Operasional Basarnas Marsma TNI SB Supriyadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin.
Kepala Basarnas Marsdya TNI Frans Henry Bambang Soelistyo mengatakan, sebanyak 81 penyelam gabungan dari tim penyelam Basarnas Special Group (BSG), TNI AL, Geo Survey dibagi dalam tiga grup bergantian melakukan penyelaman. Sementara itu, tiga jenazah korban jatuhnya pesawat Air- Asia kembali ditemukan. Ketiga jasad ini telah dievakuasi dari Pulau Maradapan, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Adapun mengenai proses identifikasi jenazah di Polda Jawa Timur, tim DVI kemarin mendapat identitas satu korban berdasarkan metode sekunder, yakni mengenali bekas luka operasi di perutnya. Kepala Tim DVI Kombespol Budiyono mengatakan, jenazah tersebut atas nama The Darmaji, laki-laki 67 tahun asal Kota Malang.
Menurut dia, tambahan data lain yang memperkuat identitas jenazah adalah properti yang melekat pada korban seperti kartu nama, e- KTP, kartu nomor pokok wajib pajak (NPWP) serta nomor kartu kendaraan motor atas nama istri korban. Dengan teridentifikasinya The Darmaji, total jenazah yang telah diidentifikasi hingga hari ke-20 berjumlah 40 dari 48 jenazah yang dikirim ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur dan kini tersisa 8 jenazah yang masih dalam pendalaman identifikasi.
Dian ramdhani/Ant
(bbg)