Harga BBM Fluktuatif, Dunia Usaha Bingung

Sabtu, 17 Januari 2015 - 13:24 WIB
Harga BBM Fluktuatif,...
Harga BBM Fluktuatif, Dunia Usaha Bingung
A A A
JAKARTA - Langkah pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) tak sepenuhnya direspons positif. Kalangan dunia usaha menilai harga BBM yang berubah-ubah dalam jangka waktu pendek justru membingungkan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin mengumumkan penurunan harga BBM jenis premium dan solar. Harga premium diturunkan menjadi Rp6.600/ liter dan solar Rp6.400/liter. Selain itu, Presiden juga menurunkan harga elpiji kemasan 12 kilogram (kg) dan semen. Harga elpiji kemasan 12 kg turun menjadi Rp129.000/tabung, sedangkan harga semen yang diproduksi BUMN diturunkan Rp3.000 per sak.

Harga baru tersebut berlaku mulai Senin, 19 Januari 2015, pukul 00.00. Khusus premium dan solar, berarti dalam dua bulan terakhir harganya berubah tiga kali. Pada 18 November 2014, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga premium dan solar menjadi masing-masing Rp8.500 dan Rp7.500 per liter dari sebelumnya Rp6.500 dan Rp5.500 perliter. Lalu, per1Januari2015, harga premium dan solar diturunkan menjadi Rp7.600 dan Rp7.250 per liter.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan, harga BBM berfluktuasi membingungkan pengusaha. ”Prinsipnya kita tidak suka naik-turun,” ujarnya ketika dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, harus dibedakan pengaruh harga BBM terhadap aspek produksi dan distribusi.

Kalau di tingkat produksi, pengusaha makanan dan minuman sudah terbiasa dengan gejolak harga BBM. Namun, menurutnya, yang perlu diwaspadai justru aspek distribusi. ”Distribusi tidak terbiasa dengan harga BBM yang naik-turun. Makanya saya mengusulkan kepada pihak-pihak terkait, untuk biaya angkutan darat, laut maupun udara perlu disepakati, semisal harga BBM naik Rp500, itu pengaruhnya berapa. Begitu juga kalau turun pengaruhnya berapa,” ujarnya.

Adhi berpandangan, pemerintah berperan sangat penting dalam merumuskan kesepakatan penyesuaian tarif angkutan karena bisa menjadi fasilitator. Apalagi sebagian pihak terkait distribusi dipegang oleh BUMN. ”Misalnya pelabuhan. Kemudian beberapa jaringan pelabuhan dipegang oleh pemerintah melalui BUMN. Pemerintah harus memberikan contoh yang baik juga,” katanya.

Adhi menuturkan, awal Januari ini pengusaha sudah menaikkan harga barang. Hargaharga yang telah naik ini belum bisa langsung turun. ”Kita menunggu angkutan dalam merespons penurunan BBM ini. Kuncinya di sana,” ujarnya. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariadi Sukamdani mengatakan, turunnya harga BBM, elpiji, dan semen akan berpengaruh pada penurunan harga sektor-sektor tersebut.

Walau demikian, penurunan tidak bisa berlangsung cepat, khususnya untuk barang-barang slow moving . ”Mungkin akan memakan waktu berhari-hari untuk menurunkannya, tapi sektor lain seperti transportasi dan bangunan akan turun cepat,” paparnya. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil memperkirakan penurunan harga BBM, elpiji 12 kg, dan semen serta mulainya masa panen akan menyebabkan Januari mengalami deflasi.

Deflasi juga didorong program raskin yang mulai dijalankan Januari ini. Pemerintah, menurutnya, menurunkan harga elpiji karena harga gas juga turun. Sementara soal semen, pemerintah turun tangan mengatur harga karena struktur niaganya selama ini kurang sehat. Penurunan harga BBM seharusnya juga menurunkan ongkos transportasi sehingga terefleksi pada penurunan harga semen.

Harga-harga komoditas lain seharusnya juga dapat turun mengikuti penurunan harga BBM. Namun, menurutnya, lantaran struktur pasar yang tidak sehat, ada harga beberapa komoditas dikontrol oleh segelintir orang. Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan inflasi tahun ini tertinggi tetap ditargetkan 5%.

Pemerintah menjaga inflasi dengan mengimbau kepada pemda untuk menurunkan tarif angkutan dan tarif-tarif yang diatur mereka. Sementara untuk penurunan harga semen, menurutnya, karena BUMN, Semen Indonesia, merupakan penentu harga. ”Price leader nurunin harga itu yang lain akan ikut,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang menjelaskan, harga premium Rp6.600 per liter berlaku di luar Jawa-Madura-Bali. Adapun harga premium di Jawa dan Madura sebesar Rp6.700/liter, dan Bali Rp7.000 per liter. Bagi para pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), Pertamina mempersilakan mereka untuk membeli BBM dengan harga baru mulai hari ini.

Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, kebijakan ini dilakukan agar Himpunan Wiraswasta Nasional Migas (Hiswana Migas) tidak mengalami kerugian saat penurunan harga BBM diberlakukan Senin (19/1). ”Mulai besok (hari ini) pemilik SPBU bisa membeli dengan harga baru (Rp 6.600 per liter untuk premium), tapi dijualnya tetap Rp 7.600 per liter. Mereka menjual Rp 6.600 terhitung pada 19 Januari,” ujar Ali.

Oktiani endarwati/Rarasati syarief/Nanang wijayanto/Ria martati
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8701 seconds (0.1#10.140)