Tim SAR Susun Skenario Angkat Badan Pesawat
A
A
A
PANGKALANBUN - Penemuan badan pesawat AirAsia QZ8501 direspons cepat Badan SAR Nasional (Basarnas) dengan menyusun skenario evakuasi.
Sejauh ini tim masih kesulitan untuk mengestimasikan posisi dan berat puing pesawat yang jatuh pada Minggu (28/12/2014) itu, karena penyelam gabungan TNI AL yang mendekati objek tersebut terkendala cuaca. Direktur Operasional Basarnas Marsekal Muda (Marsda) TNI SB Supriyadi mengatakan, mengetahui posisi dan berat potongan badan pesawat sangat penting karena akan menentukan proses pengangkatan.
“Harus dihitung benar sehingga akan diketahui alat apa saja yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, dan bagaimana itu nanti dilakukan,” kata Supriyadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin. Dia mengungkapkan, skenario evakuasi tetap seperti ketika mengangkat ekor pesawat beberapa hari lalu, yakni dengan balon pengapung. Hanya, berapa lifting bag yang akan digunakan belum diketahui.
Menurut dia, kalkulasi mengenai badan pesawat itu diharapkan dapat membuat evakuasi berjalan baik. “Saat mengangkat ekor pesawat, ada bagian yang tidak terangkat karena berat engine tidak diperhitungkan, akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah,” ujar dia. Operasi pencarian korban tragedi AirAsia yang telah berjalan lebih dari dua pekan akhirnya menemukan badan pesawat.
Bagian paling dicari setelah kotak hitam itu ditemukan kapal Angkatan Laut Singapura dan diumumkan ke publik oleh Menteri Pertahanan Ng Eng Hen, Rabu (14/1). Basarnas mengonfirmasi badan pesawat itu terletak sekitar 3 kilometer dari lokasi ditemukannya ekor.
Supriyadi menjelaskan, begitu lokasi badan pesawat diketahui, tim penyelam gabungan TNI AL langsung turun mendekati objek itu. Namun seperti sebelumnya, tantangan terberat untuk menembus kedalaman laut adalah arus bawah permukaan yang cukup kuat. “Arus laut hingga lima knot membuat pencarian berjalan lambat,” katanya.
Selain itu, jarak pandang (visibility) juga sangat terbatas sehingga penyelam dan remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk mengidentifikasi. Kendati demikian, dia memastikan tim berupaya secepat mungkin untuk mengevakuasi. Sebagai bagian dari operasi itu, Kepala Basarnas Marsekal Madya (Marsdya) TNI Frans Henry Bambang Soelistyo kemarin datang ke Pangkalan Bun untuk memimpin tim. Soelistyo menegaskan, ada atau tidak korban, badan pesawat akan tetap diangkat
Sampel DNA Lengkap
Kapolda Nusa Tenggara Timur Brigjen Pol Endang Sanjaya menyerahkan dua sampel deoxyribonucleic acid (DNA) dari keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501 ke Tim Disaster VictimIdentification(DVI) Polda JawaTimurkemarin. Denganpenyerahan ini, berarti keseluruhan sampel DNA dari keluarga korban pesawat itu telah lengkap.
Endang mengungkapkan, kedua sampel DNA tersebut milik kakak beradik asal NTT penumpang AirAsia QZ8501, yakni Viona Vlorensia Abraham dan Indah Diani Abraham. Sampel ini diambil dari orang tua korban di Pulau Letti, Maluku Barat Daya, Maluku, yang terletak di Laut Timor dan berbatasan dengan Timor Leste. Kabid Humas Polda NTT AKBP Agus Santoso menambahkan, dua bersaudara asal NTT itu merupakan wirausaha yang mengelola toko di Pulau Letti dan Pulau Tiakur.
Keduanya ke Surabaya dan menumpang pesawat AirAsia untuk berlibur ke Singapura. Menurut Agus, pengambilan sampel dilakukan Dokter Gusti dari Polda NTT. Sampel DNA itu berupa air liur dan darah ayah korban. Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf mengatakan, sampel DNA diperlukan untuk dijadikan data pembanding dalam mengidentifikasi para korban, serta bisa diambil dari rambut, kuku, dan darah keluarga.
Sejauh ini, dari 50 jenazah korban AirAsia yang sudah dievakuasi dari Perairan Karimata, identitas 39 jenazah di antaranya sudahdiketahui, 9jenazahmasih diidentifikasi, dan 2 jenazah belum tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya. Satu korban terakhir yang berhasil diidentifikasi adalah Cindy Clarissa Soetjipto, 15, asal Malang, Jawa Timur.
Dian ramdhani/ant
Sejauh ini tim masih kesulitan untuk mengestimasikan posisi dan berat puing pesawat yang jatuh pada Minggu (28/12/2014) itu, karena penyelam gabungan TNI AL yang mendekati objek tersebut terkendala cuaca. Direktur Operasional Basarnas Marsekal Muda (Marsda) TNI SB Supriyadi mengatakan, mengetahui posisi dan berat potongan badan pesawat sangat penting karena akan menentukan proses pengangkatan.
“Harus dihitung benar sehingga akan diketahui alat apa saja yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, dan bagaimana itu nanti dilakukan,” kata Supriyadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin. Dia mengungkapkan, skenario evakuasi tetap seperti ketika mengangkat ekor pesawat beberapa hari lalu, yakni dengan balon pengapung. Hanya, berapa lifting bag yang akan digunakan belum diketahui.
Menurut dia, kalkulasi mengenai badan pesawat itu diharapkan dapat membuat evakuasi berjalan baik. “Saat mengangkat ekor pesawat, ada bagian yang tidak terangkat karena berat engine tidak diperhitungkan, akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah,” ujar dia. Operasi pencarian korban tragedi AirAsia yang telah berjalan lebih dari dua pekan akhirnya menemukan badan pesawat.
Bagian paling dicari setelah kotak hitam itu ditemukan kapal Angkatan Laut Singapura dan diumumkan ke publik oleh Menteri Pertahanan Ng Eng Hen, Rabu (14/1). Basarnas mengonfirmasi badan pesawat itu terletak sekitar 3 kilometer dari lokasi ditemukannya ekor.
Supriyadi menjelaskan, begitu lokasi badan pesawat diketahui, tim penyelam gabungan TNI AL langsung turun mendekati objek itu. Namun seperti sebelumnya, tantangan terberat untuk menembus kedalaman laut adalah arus bawah permukaan yang cukup kuat. “Arus laut hingga lima knot membuat pencarian berjalan lambat,” katanya.
Selain itu, jarak pandang (visibility) juga sangat terbatas sehingga penyelam dan remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk mengidentifikasi. Kendati demikian, dia memastikan tim berupaya secepat mungkin untuk mengevakuasi. Sebagai bagian dari operasi itu, Kepala Basarnas Marsekal Madya (Marsdya) TNI Frans Henry Bambang Soelistyo kemarin datang ke Pangkalan Bun untuk memimpin tim. Soelistyo menegaskan, ada atau tidak korban, badan pesawat akan tetap diangkat
Sampel DNA Lengkap
Kapolda Nusa Tenggara Timur Brigjen Pol Endang Sanjaya menyerahkan dua sampel deoxyribonucleic acid (DNA) dari keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501 ke Tim Disaster VictimIdentification(DVI) Polda JawaTimurkemarin. Denganpenyerahan ini, berarti keseluruhan sampel DNA dari keluarga korban pesawat itu telah lengkap.
Endang mengungkapkan, kedua sampel DNA tersebut milik kakak beradik asal NTT penumpang AirAsia QZ8501, yakni Viona Vlorensia Abraham dan Indah Diani Abraham. Sampel ini diambil dari orang tua korban di Pulau Letti, Maluku Barat Daya, Maluku, yang terletak di Laut Timor dan berbatasan dengan Timor Leste. Kabid Humas Polda NTT AKBP Agus Santoso menambahkan, dua bersaudara asal NTT itu merupakan wirausaha yang mengelola toko di Pulau Letti dan Pulau Tiakur.
Keduanya ke Surabaya dan menumpang pesawat AirAsia untuk berlibur ke Singapura. Menurut Agus, pengambilan sampel dilakukan Dokter Gusti dari Polda NTT. Sampel DNA itu berupa air liur dan darah ayah korban. Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf mengatakan, sampel DNA diperlukan untuk dijadikan data pembanding dalam mengidentifikasi para korban, serta bisa diambil dari rambut, kuku, dan darah keluarga.
Sejauh ini, dari 50 jenazah korban AirAsia yang sudah dievakuasi dari Perairan Karimata, identitas 39 jenazah di antaranya sudahdiketahui, 9jenazahmasih diidentifikasi, dan 2 jenazah belum tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya. Satu korban terakhir yang berhasil diidentifikasi adalah Cindy Clarissa Soetjipto, 15, asal Malang, Jawa Timur.
Dian ramdhani/ant
(ars)