Soal-Soal UN Akomodasi Tes Uji SNMPTN
Kamis, 15 Januari 2015 - 10:01 WIB

Soal-Soal UN Akomodasi Tes Uji SNMPTN
A
A
A
JAKARTA - Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memastikan pemakaian hasil ujian nasional (UN) pada seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tidak akan bermasalah. Proporsi soalnya mampu menyeleksi calon mahasiswa.
Kepala BSNP Zainal Hasibuan mengatakan, pemerintah sudah menegaskan UN tetap tidak jadi faktor penentu kelulusan pendidikan. Namun, UN akan menjadi salah satu syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, hasil rapat BSNP dengan Menristekdikti Mohammad Nasir, Senin (12/1), menyepakati UN termasuk salah satu syarat kelulusan siswa yang mengikuti SNMPTN.
“Hasil UN itu dipakai untuk tiga kebijakan yakni pemetaan, syarat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dan untuk perumusan kebijakan,” tuturnya ketika dihubungi KORAN SINDOkemarin. Dia menjelaskan, sebetulnya tidak akan ada masalah jika UN akan menjadi faktor penentu kelulusan masuk PTN.
Porsi soal-soal yang diujikan di UN ini akan mengakomodasi atau disesuaikan untuk tujuan seleksi. Zainal mengungkapkan, naskah soal yang akan dibuat para pakar ini sebetulnya untuk dua tujuan yakni untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diampunya di sekolah dan untuk penyeleksian masuk PTN.
Menurut dia, tidak mungkin PTN mampu menyeleksi hanya dari nilai rapor siswanya. Bagaimana PTN membuktikan kejujuran sekolah dalam memberikan nilai siswanya dari rapor tersebut. Guru besar Fakultas Ilmu Komputer UI ini menjelaskan, seleksi itu sebenarnya menyaring sedikit siswa yang mendapat nilai tinggi untuk diterima di perguruan tinggi negeri dari sekian juta lulusan pendidikan menengah yang berminat kuliah.
Dia melanjutkan, tidak mungkin juga lulusan pendidikan menengah itu melenggang masuk ke PTN tanpa ada tes. Apalagi jika melihat daya tampung PTN yang masih kecil, perlu ada seleksi ketat secara nasional melalui UN ini. Berbeda dengan kelulusan dari jenjang sekolah, dia menerangkan, yang harus dicapai itu adalah harus sebanyak mungkin siswa yang lulus sekolah.
“APK pendidikan tinggi itu masih sekitar 20%. Nah, kalau angka partisipasinya saja ditambah 10%, tidak akan ada tempat (PTN yang bisa menampung),” ucapnya. Rektor ITB Akhmaloka berpendapat, tahun lalu ITB memang memakai 100% nilai UN dan melihat nilai rapor tertinggi calon mahasiswa yang mau masuk ITB. Alasannya, ITB menginginkan calon siswanya berprestasi baik semasa sekolah dan UN.
Terlebih SNMPTN ini mengundang siswa terbaik se- Indonesia tanpa ada tes tulis. Namun, kondisi tahun lalu tidak bisa disamakan dengan tahun ini. Jika hanya hasil UN untuk pemetaan, tidak akan sinkron dan tidak valid untuk menyeleksi calon mahasiswa. “Sekarang katanya UN untuk pemetaan. Ya, kalau untuk pemetaan dan bukan untuk kelulusan, ngapain dipakai (untuk SNMPTN),” tuturnya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam Zaman menyatakan, pekan ini direncanakan ada pengumuman kepastian UN oleh Mendikbud Anies Baswedan. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut sudah sejauh mana pembahasan tentang UN ini.
Nizam menyampaikan, rapatmasihberlangsung antara Kemendikbud, BSNP, pengamat pendidikan, pakar penilaian, dan lainnya. “Rencananya Pak Menteri yang akan mengumumkan pekan ini,” ucapnya melalui pesan pendek.
Neneng zubaidah
Kepala BSNP Zainal Hasibuan mengatakan, pemerintah sudah menegaskan UN tetap tidak jadi faktor penentu kelulusan pendidikan. Namun, UN akan menjadi salah satu syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, hasil rapat BSNP dengan Menristekdikti Mohammad Nasir, Senin (12/1), menyepakati UN termasuk salah satu syarat kelulusan siswa yang mengikuti SNMPTN.
“Hasil UN itu dipakai untuk tiga kebijakan yakni pemetaan, syarat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dan untuk perumusan kebijakan,” tuturnya ketika dihubungi KORAN SINDOkemarin. Dia menjelaskan, sebetulnya tidak akan ada masalah jika UN akan menjadi faktor penentu kelulusan masuk PTN.
Porsi soal-soal yang diujikan di UN ini akan mengakomodasi atau disesuaikan untuk tujuan seleksi. Zainal mengungkapkan, naskah soal yang akan dibuat para pakar ini sebetulnya untuk dua tujuan yakni untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diampunya di sekolah dan untuk penyeleksian masuk PTN.
Menurut dia, tidak mungkin PTN mampu menyeleksi hanya dari nilai rapor siswanya. Bagaimana PTN membuktikan kejujuran sekolah dalam memberikan nilai siswanya dari rapor tersebut. Guru besar Fakultas Ilmu Komputer UI ini menjelaskan, seleksi itu sebenarnya menyaring sedikit siswa yang mendapat nilai tinggi untuk diterima di perguruan tinggi negeri dari sekian juta lulusan pendidikan menengah yang berminat kuliah.
Dia melanjutkan, tidak mungkin juga lulusan pendidikan menengah itu melenggang masuk ke PTN tanpa ada tes. Apalagi jika melihat daya tampung PTN yang masih kecil, perlu ada seleksi ketat secara nasional melalui UN ini. Berbeda dengan kelulusan dari jenjang sekolah, dia menerangkan, yang harus dicapai itu adalah harus sebanyak mungkin siswa yang lulus sekolah.
“APK pendidikan tinggi itu masih sekitar 20%. Nah, kalau angka partisipasinya saja ditambah 10%, tidak akan ada tempat (PTN yang bisa menampung),” ucapnya. Rektor ITB Akhmaloka berpendapat, tahun lalu ITB memang memakai 100% nilai UN dan melihat nilai rapor tertinggi calon mahasiswa yang mau masuk ITB. Alasannya, ITB menginginkan calon siswanya berprestasi baik semasa sekolah dan UN.
Terlebih SNMPTN ini mengundang siswa terbaik se- Indonesia tanpa ada tes tulis. Namun, kondisi tahun lalu tidak bisa disamakan dengan tahun ini. Jika hanya hasil UN untuk pemetaan, tidak akan sinkron dan tidak valid untuk menyeleksi calon mahasiswa. “Sekarang katanya UN untuk pemetaan. Ya, kalau untuk pemetaan dan bukan untuk kelulusan, ngapain dipakai (untuk SNMPTN),” tuturnya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam Zaman menyatakan, pekan ini direncanakan ada pengumuman kepastian UN oleh Mendikbud Anies Baswedan. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut sudah sejauh mana pembahasan tentang UN ini.
Nizam menyampaikan, rapatmasihberlangsung antara Kemendikbud, BSNP, pengamat pendidikan, pakar penilaian, dan lainnya. “Rencananya Pak Menteri yang akan mengumumkan pekan ini,” ucapnya melalui pesan pendek.
Neneng zubaidah
(ars)