Pencari Sisa Batu Bara Kembali Mengamuk
A
A
A
CIREBON - Puluhan orang yang mengaku warga Pesisir, Kota Cirebon, mengamuk kemarin.
Mereka melempari Pos 3 Pelabuhan Cirebon di Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, hingga rusak. Aksi itu dilakukan karena warga tidak puas dengan kebijakan PT Pelindo II yang mensterilisasi Pelabuhan Cirebon sehingga mereka tidak bisa mencari sisa-sisa batu bara di kawasan itu.
Para pelaku yang merupakan pencari sisa batu bara (grandong) itu melempari Pos III dengan batu hingga mengakibatkan kaca-kaca ruangan pos pecah berantakan. Sedikitnya dua orang warga terluka dalam insiden itu. PT Pelindo II Cirebon pun mengklaim empat petugas keamanannya mengalami hal sama.
Selain itu, warga juga merubuhkan sejumlah papan penunjuk yang berdiri di depan gerbang masuk. Aksi itu dipicu kemarahan mereka atas tindakan petugas keamanan yang dikabarkan represif saat warga tengah memblokade gerbang masuk pelabuhan. Langkah blokade warga itu aksi lanjutan mereka setelah Kamis (8/1) melakukan blokade di gerbang masuk pelabuhan.
Warga menghadang truk pengangkut batu bara dan memaksa pengemudinya menurunkan muatan di jalan. Batu bara itu kemudian ditumpuk di depan gerbang masuk untuk menghalangi jalan setiap kendaraan yang keluarmasuk. Aksi tersebut kembali dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB kemarin.
Namun, ada isu pemukulan terhadap dua warga hingga terluka membuat situasi semakin memanas. “Ada dua warga yang terluka, Sadi dan Rasima. Mereka kakak- beradik. Sadi terluka setelah dipukul pistol salah satu petugas keamanan,” kata ketua kelompok warga Pesisir, Sahudin.
Menurut dia, petugas keamanan bahkan sempat mengacung- acungkan pistol ke udara. Itu diduga untuk menakutnakuti warga yang tengah memaksa truk batu bara membongkar muatannya. Namun, langkah pencegahan petugas keamanan pelabuhan itu berkembang tak sesuai harapan. Selain Sadi, Rasima juga dikabarkan terluka setelah diinjak- injak petugas.
Warga mengaku telah mengetahui nama petugas keamanan yang melakukan aksi kekerasan terhadap mereka. “Kami tetap akan menuntut ada kompensasi atas kebijakan PT Pelindo II yang mensterilisasi Pelabuhan Cirebon. Kami mencari makan dari sisa batu bara. Kalau pelabuhan tak memperbolehkan mencari sisa batu bara di Pelabuhan, lantas kami makan dari mana,” ungkap Wasnadi, warga lain.
Namun, keterangan warga yang mengaku melihat petugas keamanan membekali diri dengan senjata api (senpi) saat mengamankan aksi dibantah Kepala Sekuriti Pelabuhan Cirebon M Dayat. “Tidak ada senpi atau sajam, pentungan pun tidak. Kami tangan kosong saja,” ujar dia.
Manajer Operasional PT Pelindo II Cirebon Yossianus Marciano menyebutkan, empat petugas keamanan terluka akibat kena pukulan warga yang beraksi. Mereka juga sempat menjalani visum dan melaporkannya ke polisi. “Kami sudah menyerahkan rekaman CCTV ke polisi guna diperiksa,” sebut dia.
Sementara itu, Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni mengaku telah mengamankan dua petugas keamanan pelabuhan untuk diperiksa. Pihaknya masih mendalami kejadian tersebut dengan meminta keterangan warga, petugas keamanan pelabuhan, termasuk mengecek rekaman CCTV. “Kalau memang ada pelanggaran pidana, kami proses secara hukum,” ungkap dia.
Erika Lia
Mereka melempari Pos 3 Pelabuhan Cirebon di Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, hingga rusak. Aksi itu dilakukan karena warga tidak puas dengan kebijakan PT Pelindo II yang mensterilisasi Pelabuhan Cirebon sehingga mereka tidak bisa mencari sisa-sisa batu bara di kawasan itu.
Para pelaku yang merupakan pencari sisa batu bara (grandong) itu melempari Pos III dengan batu hingga mengakibatkan kaca-kaca ruangan pos pecah berantakan. Sedikitnya dua orang warga terluka dalam insiden itu. PT Pelindo II Cirebon pun mengklaim empat petugas keamanannya mengalami hal sama.
Selain itu, warga juga merubuhkan sejumlah papan penunjuk yang berdiri di depan gerbang masuk. Aksi itu dipicu kemarahan mereka atas tindakan petugas keamanan yang dikabarkan represif saat warga tengah memblokade gerbang masuk pelabuhan. Langkah blokade warga itu aksi lanjutan mereka setelah Kamis (8/1) melakukan blokade di gerbang masuk pelabuhan.
Warga menghadang truk pengangkut batu bara dan memaksa pengemudinya menurunkan muatan di jalan. Batu bara itu kemudian ditumpuk di depan gerbang masuk untuk menghalangi jalan setiap kendaraan yang keluarmasuk. Aksi tersebut kembali dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB kemarin.
Namun, ada isu pemukulan terhadap dua warga hingga terluka membuat situasi semakin memanas. “Ada dua warga yang terluka, Sadi dan Rasima. Mereka kakak- beradik. Sadi terluka setelah dipukul pistol salah satu petugas keamanan,” kata ketua kelompok warga Pesisir, Sahudin.
Menurut dia, petugas keamanan bahkan sempat mengacung- acungkan pistol ke udara. Itu diduga untuk menakutnakuti warga yang tengah memaksa truk batu bara membongkar muatannya. Namun, langkah pencegahan petugas keamanan pelabuhan itu berkembang tak sesuai harapan. Selain Sadi, Rasima juga dikabarkan terluka setelah diinjak- injak petugas.
Warga mengaku telah mengetahui nama petugas keamanan yang melakukan aksi kekerasan terhadap mereka. “Kami tetap akan menuntut ada kompensasi atas kebijakan PT Pelindo II yang mensterilisasi Pelabuhan Cirebon. Kami mencari makan dari sisa batu bara. Kalau pelabuhan tak memperbolehkan mencari sisa batu bara di Pelabuhan, lantas kami makan dari mana,” ungkap Wasnadi, warga lain.
Namun, keterangan warga yang mengaku melihat petugas keamanan membekali diri dengan senjata api (senpi) saat mengamankan aksi dibantah Kepala Sekuriti Pelabuhan Cirebon M Dayat. “Tidak ada senpi atau sajam, pentungan pun tidak. Kami tangan kosong saja,” ujar dia.
Manajer Operasional PT Pelindo II Cirebon Yossianus Marciano menyebutkan, empat petugas keamanan terluka akibat kena pukulan warga yang beraksi. Mereka juga sempat menjalani visum dan melaporkannya ke polisi. “Kami sudah menyerahkan rekaman CCTV ke polisi guna diperiksa,” sebut dia.
Sementara itu, Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni mengaku telah mengamankan dua petugas keamanan pelabuhan untuk diperiksa. Pihaknya masih mendalami kejadian tersebut dengan meminta keterangan warga, petugas keamanan pelabuhan, termasuk mengecek rekaman CCTV. “Kalau memang ada pelanggaran pidana, kami proses secara hukum,” ungkap dia.
Erika Lia
(ars)