Cegah Serangan Teror, Prancis Libatkan Militer
A
A
A
PARIS - Pemerintah Prancis kemarin mengerahkan 10.000 pasukan militer untuk meningkatkan pengamanan setelah adanya sejumlah serangan mematikan pada pekan lalu.
Sasaran utama pengamanan adalah ratusan sekolah Yahudi yang dikhawatirkan menjadi sasaran teror selanjutnya. Selain itu, toko-toko yang biasanya dipadati warga keturunan Yahudi juga dijaga ketat. Ribuan pasukan bersenjata lengkap itu bertujuan memastikan warga Prancis mendapatkan jaminan keamanan.
”Pasukan akan ditempatkan mulai Selasa (kemarin) di sejumlah wilayah yang rawan keamanan,” kata Menteri Pertahanan Jean-Yves le Drian pada Senin (12/1) waktu setempat seperti dikutip Reuters . Penegasan itu diungkapkan saat kabinet Prancis melakukan pertemuan darurat mengenai keamanan.
Menurut Le Drian, penerjunan tentara merupakan permintaan langsung Presiden Prancis Francois Hollande yang meminta bantuan militer untuk mengamankan wilayah yang sensitif dan berisiko mendapatkan ancaman teror. Selain itu, penerjunan tentara aktif itu menunjukkan Prancis masih rawan serangan teror lebih lanjut. ”Ancaman tetap ada. Kita harus melindungi diri kita dari mereka (pelaku teror),” ungkap Le Drian.
Operasi pengamanan itu, menurut dia, melibatkan banyak prajurit layaknya operasi pengamanan dan pertempuran di luar negeri. Padahal penempatan militer Prancis untuk membantu pengamanan merupakan hal yang jarang terjadi di Prancis.
Menurut Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls, pasukan militer itu akan ditempatkan secara meluas dan operasinya dilaksanakan dengan cerdas. ”Peningkatan sistem perekaman berjaringan di seluruh negara bagian juga harus ditingkatkan,” tuturnya. Itu bertujuan mencegah serangan teror dan melakukan pergerakan secara cepat untuk menangani aksi teror.
Tugas prajurit menjaga keamanan itu sebagai dukungan bagi aparat kepolisian yang dinilai teledor atas terjadinya serangan mematikan pekan lalu. Apalagi semua pelaku serangan itu merupakan warga Prancis yang telah masuk daftar gerilyawan yang memiliki afiliasi dengan kelompok gerilyawan di Timur Tengah.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve juga mengungkapkan, Prancis akan menempatkan sekitar 5.000 pasukan keamanan dan polisi untuk melindungi 717 sekolah Yahudi di seluruh negara itu. Antisipasi itu dilakukan karena serangan teror yang berlangsung pekan lalu menargetkan toko Yahudi. ”Tentara juga akan ikut dilibatkan untuk memperkuat keamanan,” kata Cazeneuve di depan orang tua siswa di sekolah Yahudi di Paris selatan.
Selain peningkatan keamanan di dalam Prancis, Cazeneuve juga menegaskan bahwa menteri dalam negeri seluruh Eropa telah sepakat bekerja sama untuk mencegah serangan teror.
Sebelumnya, sebanyak 17 orang tewas di Paris minggu lalu dalam sejumlah serangan terhadap majalah satire Charlie Hebdo, seorang petugas polisi, dan supermarket Yahudi. Pada Minggu (11/1), lebih dari 3 juta orang turun ke jalan-jalan di Paris dan kota-kota lain di Prancis sebagai unjuk solidaritas dan persatuan.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan jumlah peserta aksi tersebut di seluruh Prancis mencapai setidaknya 3,7 juta orang, termasuk 1,6 juta di Paris.
Andika Hendra m
Sasaran utama pengamanan adalah ratusan sekolah Yahudi yang dikhawatirkan menjadi sasaran teror selanjutnya. Selain itu, toko-toko yang biasanya dipadati warga keturunan Yahudi juga dijaga ketat. Ribuan pasukan bersenjata lengkap itu bertujuan memastikan warga Prancis mendapatkan jaminan keamanan.
”Pasukan akan ditempatkan mulai Selasa (kemarin) di sejumlah wilayah yang rawan keamanan,” kata Menteri Pertahanan Jean-Yves le Drian pada Senin (12/1) waktu setempat seperti dikutip Reuters . Penegasan itu diungkapkan saat kabinet Prancis melakukan pertemuan darurat mengenai keamanan.
Menurut Le Drian, penerjunan tentara merupakan permintaan langsung Presiden Prancis Francois Hollande yang meminta bantuan militer untuk mengamankan wilayah yang sensitif dan berisiko mendapatkan ancaman teror. Selain itu, penerjunan tentara aktif itu menunjukkan Prancis masih rawan serangan teror lebih lanjut. ”Ancaman tetap ada. Kita harus melindungi diri kita dari mereka (pelaku teror),” ungkap Le Drian.
Operasi pengamanan itu, menurut dia, melibatkan banyak prajurit layaknya operasi pengamanan dan pertempuran di luar negeri. Padahal penempatan militer Prancis untuk membantu pengamanan merupakan hal yang jarang terjadi di Prancis.
Menurut Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls, pasukan militer itu akan ditempatkan secara meluas dan operasinya dilaksanakan dengan cerdas. ”Peningkatan sistem perekaman berjaringan di seluruh negara bagian juga harus ditingkatkan,” tuturnya. Itu bertujuan mencegah serangan teror dan melakukan pergerakan secara cepat untuk menangani aksi teror.
Tugas prajurit menjaga keamanan itu sebagai dukungan bagi aparat kepolisian yang dinilai teledor atas terjadinya serangan mematikan pekan lalu. Apalagi semua pelaku serangan itu merupakan warga Prancis yang telah masuk daftar gerilyawan yang memiliki afiliasi dengan kelompok gerilyawan di Timur Tengah.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve juga mengungkapkan, Prancis akan menempatkan sekitar 5.000 pasukan keamanan dan polisi untuk melindungi 717 sekolah Yahudi di seluruh negara itu. Antisipasi itu dilakukan karena serangan teror yang berlangsung pekan lalu menargetkan toko Yahudi. ”Tentara juga akan ikut dilibatkan untuk memperkuat keamanan,” kata Cazeneuve di depan orang tua siswa di sekolah Yahudi di Paris selatan.
Selain peningkatan keamanan di dalam Prancis, Cazeneuve juga menegaskan bahwa menteri dalam negeri seluruh Eropa telah sepakat bekerja sama untuk mencegah serangan teror.
Sebelumnya, sebanyak 17 orang tewas di Paris minggu lalu dalam sejumlah serangan terhadap majalah satire Charlie Hebdo, seorang petugas polisi, dan supermarket Yahudi. Pada Minggu (11/1), lebih dari 3 juta orang turun ke jalan-jalan di Paris dan kota-kota lain di Prancis sebagai unjuk solidaritas dan persatuan.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan jumlah peserta aksi tersebut di seluruh Prancis mencapai setidaknya 3,7 juta orang, termasuk 1,6 juta di Paris.
Andika Hendra m
(ars)