Kembangkan Basis Industri Luar Jawa

Senin, 12 Januari 2015 - 10:35 WIB
Kembangkan Basis Industri...
Kembangkan Basis Industri Luar Jawa
A A A
Kemajuan Indonesia sebagai sebuah bangsa tak hanya diukur dengan parameter pertumbuhan ekonomi. Melainkan juga sejauh mana pertumbuhan industrinya sebagai penyerap investasi dan tenaga kerja. Ke depan pertumbuhan industri ini harus digenjot dengan berbagai terobosan dan stimulus.

Berikut ini penuturan Menteri Perindustrian Saleh Husin kepada KORAN SINDO mengenai apa saja yang menjadi arahan Presiden Joko Widodo terkait pengembangan perindustrian untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.

Bagaimana peta panduan atau roadmap pemerintah dalam upaya pengembangan perindustrian ke depan?

Arahan pertama Presiden Jokowi kepada para menterinya adalah menteri dilarang membuat visi-misi sendiri. Menteri sebagaimana tugasnya adalah membantu Presiden dan visi-misi itu semua datangnya dari Presiden. Atas arahan Presiden, kami diberikan program yang disebut Quick Wins Perindustrian 2014-2019.

Apa saja yang menjadi prioritas dalam program tersebut?

Program ini terdiri atas tujuh poin antara lain desain ulang peta jalan industrialisasi agar sejalan dengan Trisakti dan Nawacita. Selain itu, hilirisasi atau penghilirian hasil tambang ke produk jasa dan industri, hilirisasi produk pertanian menjadi produk agro industri, dan pembangunan 13 kawasan industri di luar Pulau Jawa melalui kerja sama swasta dan pemerintahan. Kemudian, ekspo dan pemberian penghargaan terhadap inovasi produk-produk industri, dan kampanye kreatif serta sistematis untuk menumbuhkan apresiasi terhadap kegiatan industri dalam mendukung peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN).

Konkretnya seperti apa?

Redesain roadmap industri lebih kepada menyelaraskan roadmap yang ada dengan visi-misi Jokowi-JK dalam Nawacita dan Trisakti. Trisakti memfokuskan kemandirian, itu yang akan menjadi konsep kita ke depan. Juga agar sektor industri ini selaras dengan Nawacita, penjabarannya dengan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar global. Itu bisa dilakukan dengan redesain roadmap perindustrian yang orientasinya menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.

Untuk hilirisasi ini seperti apa gambaran dan realisasinya?

Misalnya hilirisasi pertambangan, bagaimana hasil tambang bisa menjadi industri lanjutan. Misalnya nikel di Sulawesi, hasil olahan dilakukan industri lanjutan seperti stainless steel dan nickel alloy hingga peralatan atau kebutuhan dapur dan automotif. Kemudian hilirisasi produkproduk pertanian menjadi produk agroindustri. Misalnya buah kakao, sawit, dan rumput laut itu bagaimana industri lanjutannya dikembangkan.

Pengembangan itu semua membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk bisa memastikan kawasan Industri tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jawa. Targetnya ke depan di manamana dibangun kawasan industri yang berbasis sumber daya alam (SDA) wilayah. Misalnya, di Papua dan Kaltim yang kaya dengan gas dibuat kawasan industri seperti petrokimia dan pupuk. Kemudian Morowali (Sulteng), dan Bantaeng (Sulsel), di sana ada SDA nikel sehingga dibuatlah kawasan industri terkait itu dan bagaimana industri olahan lanjutannya.

Mengacu program prioritas pengembangan kawasan industri ada di 13 wilayah. Mana saja dan bagaimana gambarannya?

Ya. Target awal memang di 13 wilayah di luar Jawa yaitu Halmahera Timur (Maluku Utara), Palu, Morowali (Sulteng), Konawe (Sultra), Bantaeng (Sulsel), dan di Kaltim. Kemudian Kalbar berbasis industri bauksit yang mirip inalum, di Batulicin (Kalsel) berbasis Industri agro karena di sana banyak sawit, di Sumut ada dua, dan yang ke 13 di Lampung yaitu kawasan yang berbasis industri maritim.

Dari 13 kawasan industri ini, setelah dikaji memang yang akhirnya bergerak cepat yang di Morowali. Saya datang ke sana dan terlibat peletakan batu pertama. Produksi perdana awal April. Saya sudah sampaikan agar Presiden melihat secara langsung untuk industri berbasis nikel. Total investasinya sekitar USD4,5 miliar dan diperkirakan bisa menyerap sekitar 80.000 pekerja. Saat ini termasuk pembangkitnya dibuat sendiri dan masyarakat sekitar diberikan listrik secara gratis. CSR-nya sudah jalan duluan, kehidupan masyarakat di sana jadi berubah.

Terhadap itu semua, sejauh ini respons investor bagaimana?

Cukup positif menyambut yang kami dorong karena berbagai kemudahan bisa didapatkan. Birokrasi dimudahkan, rantai birokrasi kita pangkas sehingga pengusaha merasa dimudahkan. Intinya, pemerintah ada insentif untuk investor dalam upaya pengembangan industri di Indonesia. Saya dua bulan memimpin perindustrian, tamu investor dan pengusaha sebagian besar menaruh harapan besar dan positif atas pemerintahan baru sekarang ini.

Seberapa penting insentif pemerintah itu dan apa pengaruhnya terhadap ketertarikan investor?

Penting karena untuk menarik investasi tentu kita harus berikan insentif. Misalkan, industri galangan kapal, itu kan kurang berkembang secara umum. Yang berkembang baru di Batam dan itu memang ada insentif. Terhadap industri galangan kapal ini, akhirnya kami bersama dengan menko maritim, menteri perhubungan, menteri keuangan saat rapat bersama sepakat untuk memberikan insentif kepada industri galangan kapal, dinolkan bea masuk bahan bakunya.

Bagaimana untuk mendorong industri ekspor agar penggunaan komponen lokalnya meningkat?

Penekanan kita adalah bagaimana agar industri ekspor bisa memaksimalkan komponen lokalnya. Misalnya, automotif yang mempunyai komponen lokal agar ditingkatkan. Contoh Toyota, itu kita pacu terus agar penggunaan komponen lokalnya bertambah. Waktu bertemu bos Toyota dari Jepang, saya selalu sampaikan agar R&D (research and development ) dibuat di Indonesia sehingga dengan sendirinya komponen lokalnya meningkat. Toyota sudah membuat R&D di Thailand, kenapa di Indonesia tidak, padahal pangsa pasar di sini lebih besar.

Makanya, kami meminta ini menjadi perhatian serius Toyota. Juga, guna memacu pertumbuhan industri di Tanah Air, berbagai rangsangan harus kita berikan terutama untuk industri-industri yang berorientasi ekspor dan yang menggunakan bahan baku lokal. Itu yang menjadi perhatian kami saat ini.

Bagaimana persiapan menghadapi pasar bebas dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

Kita memacu industri yang ada untuk meningkatkan produktivitas, mutu, dan kualitas agar produk punya daya saing. Kalau tidak, tentu akan tertinggal. Lagi pula kami melihat industri yang ada mulai berbenah diri menghadapi MEA dan pasar bebas. Kami pemerintah prinsipnya terus mendorong dengan berbagai instrumen.

Rahmat sahid/chamad hojin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5183 seconds (0.1#10.140)