Meneropong Investasi 2015

Senin, 12 Januari 2015 - 10:36 WIB
Meneropong Investasi...
Meneropong Investasi 2015
A A A
Ke mana uang Anda ditaruh tahun ini? tentu ke portofolio investasi yang menguntungkan, bahkan jika bisa, return atau imbal hasilnya mencapai double digit. Apa saja portofolio investasi yang menguntungkan tahun 2015? Investasi di pasar modal masih jadi pilihan yang menarik.

Kendati belum ada pengumuman resmi mengenai ekonomi nasional pada 2014, secara umum situasi dan kondisi ekonomi sepanjang 2014 cukup baik. Tanpa mengesampingkan indikator lain, salah satu indikator yang bisa dijadikan cerminan ekonomi makro suatu negara adalah perkembangan pasar modal.

Sepanjang tahun lalu indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbuh hingga 22,29%. Padahal, pada tahunlaluadadua event politik yang cukup menguras energi dari seluruh masyarakat Indonesia yakni pemilihan anggota legislatif serta presiden dan wakil presiden. Apalagi, sempat terjadi ketegangan di antara kedua kubu calon presiden dan wakil presiden.

Tidak heran kalau sejumlah kalangan mengkhawatirkan event tersebut bisa mengganggu perekonomian nasional. Untunglah hal itu tidak terjadi. Kendati nilai tukar rupiah sempat mencapai Rp12.900 per USD pada pertengahan Desember 2014, tak mengganggu proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang menurut Bank Indonesia akan berada di kisaran 5,1-5,5%.

Bagaimana dengan 2015? Menurut Dekan IPMI International Business School Roy Sembel, ekonomi Indonesia akan lebih baik lagi pada tahun ini. Selain sudah lewatnya hajatan politik, pada tahun lalu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penting yakni menaikkan harga BBM. Dengan begitu, dari sisi fiskal dan bujet, seharusnya pemerintah memiliki anggaran yang lebih longgar dalam menerapkan politik anggaran.

Meski demikian, pemerintah harus tetap mewaspadai situasi ekonomi regional maupun global. Apalagi ada perkiraan, otoritas berwenang di Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga acuannya. Jika direalisasikan, berpotensi memberikan tekanan negatif bagi perekonomian dunia berupa pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Dua kondisi tersebut akan membuat otoritas moneter Indonesia memilih untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan diturunkan karena membuat tekanan inflasi menjadi lebih rendah. ”Bunga acuan yang relatif stabil. Kalau dari prospek investasi, tentunya sekarang merupakan waktu yang tepat untuk memulai berinvestasi. Terutama di saham,” kata Roy.

Terlebih pada tahun ini pemerintah telah mencanangkan fokus mengembangkan sektor infrastruktur dan kemaritiman. Tentunya hal itu akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan- perusahaan yang tercatat di pasar modal. Keuntungan yang diraih investor dari saham pada tahun lalu bisa saja terulang kembali di tahun ini. Tentunya tidak semua saham bisa dikoleksi.

Ada baiknya, perusahaanperusahaan yang sahamnya menjadi pilihan untuk dikoleksi terkait langsung ataupun tidak langsung dengan fokus pemerintah. ”Kalau bicara prospek bagus adalah yang terkait dengan konstruksi seperti semen. Juga maritim dan pangan,” ujar Roy.

Instrumen investasi lain yang bisa menjadi pilihanin vestasi untuk tahun ini adalah reksa dana campuran. Reksa dana jenis ini bisa mengeliminasi risiko yang kemungkinan diperoleh investor jika berinvestasi di saham. Itu karena biasanya pengalokasian dana investasi dibagi dua yakni di pasar modal dan pasar uang. Hal itu diamini oleh Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq.

Menurut Hanif, dengan kondisi ekonomi yang semakin baik, pasar modal akan menjadi instrumen investasi menarik di tahun ini. Ada beberapa instrumen investasi di pasar modal seperti saham, reksa dana dan obligasi. Selain saham yang diproyeksikan bisa memberikan return sebesar 20%, reksa dana campuran juga diyakini bisa memberikan return yang cukup tinggi, yakni sekitar 15%.

Kinerja reksa dana berbasiskan pasar modal memberikan kinerja yang baik. Berdasarkan data Invofesta, sepanjang tahun lalu rata-rata kinerja reksa dana saham memiliki pertumbuhan yang sangat baik yakni 27,86%. Sedangkan kinerja rata-rata reksa dana campuran sepanjang 2014 sebesar 16,91%.

Memang reksa dana jenis ini risikonya lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. Investasi di reksa dana saham dan campuran cocok untuk investasi jangka menengah sampai jangka panjang, yaitu di atas tiga tahun. ”Berinvestasi di pasar modal untuk jangka menengah dan panjang. Hasilnya akan sesuai seperti yang kita harapkan,” jelas Hanif.

Salah satu instrumen investasi di pasar modal yang dianggap menarik adalah obligasi. Dengan proyeksi tingkat suku bunga akan diturunkan pada semester II/ 2015, maka yield yang diperoleh investor akan semakin tinggi. Hal itu tentunya akan menguntungkan investor.

Menurut Kepala Eksekutif Mandiri Institute Destry Damayanti, surat utang atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan obligasi merupakan salah satu instrumen investasi yang juga diperdagangkan di pasar sekunder Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski tidak memiliki pamor seperti produk saham, produk obligasi memiliki peminat dan tempatnya sendiri dalam dunia pasar modal.

”Ekspektasinya inflasi rendah sehingga baik untuk obligasi karena yield bisa turun,” terangnya. Selain yang terkait dengan pasar modal, sebenarnya ada beberapa instrumen investasi lain yang layak dijadikan alternatif berinvestasi pada tahun ini. Di antaranya adalah emas. Sebagai alternatif, berinvestasi pada emas tidak serumit investasi lainnya. Terlebih, saat ini harga emas sedang tidak terlalu tinggi.

Hermansah
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5811 seconds (0.1#10.140)