Setelah Ekor, Tim SAR Targetkan Objek Lebih Besar

Minggu, 11 Januari 2015 - 14:00 WIB
Setelah Ekor, Tim SAR Targetkan Objek Lebih Besar
Setelah Ekor, Tim SAR Targetkan Objek Lebih Besar
A A A
KALTENG - Tim SAR akhirnya berhasil mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501 ke permukaan. Bagian pesawat tersebut rencananya dibawa ke Tanjung Kumai untuk penyelidikan lebih lanjut.

Selanjutnya, hari Minggu ini, tim akan mencari bagian badan pesawat yang lebih besar. Diduga di bagian ini masih tersimpan banyak jenazah korban pesawat tersebut. Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Frans Henry Bambang Soelistyo menjelaskan, keberadaan objek yang akan menjadi fokus operasi pencarian sudah terdeteksi dan tinggal mengonfirmasi.

Untuk mendukung upaya tersebut, pihaknya sudah mengoordinasi kapal-kapal yang dilengkapi dengan sistem pencarian objek bawah laut. Dengan kemampuan sonar yang ada di kapal, Soelistyo berharap operasi hari ini bisa memperoleh hasil maksimal. Meskipun sampai dengan saat ini sinyal pinger dari alat belum mendapatkan hasil.

“Tapi pinger yang ada di lokasi sebelumnya sudah kita kasih tanda dan dijaga oleh KN Jadayat. Kalau arus itu memungkinkan akan kita lakukan konfirmasi,” lanjutnya.Begitu pun para penyelam sudah disiapkan. Sebanyak 84 penyelam ditambah 8 dari tim penyelam Divers Club akan mencoba mengobservasi temuan objek yang sebelumnya telah dideteksi kapal-kapal.

“Jadi saya harap dengan cara itu kita masih bisa mempercepat operasi ini,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantornya Jalan Angkasa Kemayoran Jakarta kemarin. Soelistyo menandaskan, fokus Basarnas adalah tetap ingin agar korban bisa ditemukan semaksimal mungkin. Dia tidak mau tugas yang disandang Basarnas kemudian melenceng dan terbatas hanya pada pencarian serpihan dan badan pesawat.

“Kita kembali pada korban, saya mau atmosfer ini supaya kita kembali pada rencana operasi yang sudah kita atur tahapannya,” tegas dia. Sementara itu, keberhasilan mengangkat ekor AirAsia disambut rasa syukur. Sebab upaya tersebut tidaklah mudah. Sebelumnya pengangkatan objek yang berada di kedalaman 35 meter ini terkendala cuaca seperti gelombang tinggi, hujan deras, dan arus bawah laut yang sangat kencang sehingga menyulitkan para penyelam yang melakukan evakuasi.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko yang memantau langsung mengapresiasi keberanian dan profesionalisme yang dimiliki para penyelam TNI. Menurut dia, selama empat hari prajuritnya tanpa kenal lelah melakukan penyelaman dan terus merumuskan strategi yang tepat dan aman selama proses pengangkatan berlangsung.

“Prajurit kami luar biasa. Perjalanan dari Kapal Banda Aceh ke Kapal Crest Onyx 300 meter itu penuh tantangan menghadapi gelombang. Sebagai panglima TNI saya berikan penghargaan luar biasa kepada para prajurit yang telah menjalankan tugas dengan baik,” ucapnya di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin.

Moeldoko menuturkan, proses pengangkatan ekor pesawat dilaksanakan melalui beberapa tahap, antara lain penyelaman pertama untuk melakukan pengecekan hasil pemasangan tali (belt) oleh dua penyelam pada pukul 06.01 WIB, disusul dengan dua penyelam berikutnya. Selanjutnya pada pukul 10.12 WIB para penyelam mulai melakukan pengisian udara sebanyak enam tabung.

Tepat pada pukul 11.50 WIB, lifting bag muncul ke permukaan diikuti dengan ekor pesawat yang terlihat terangkat ke permukaan, dengan dibantu penarikan menggunakan tali tros kapal. Jenderal asal Kediri itu menjelaskan, proses pengangkatan ekor pesawat dari dasar laut menggunakan lifting bag, sedangkan proses penarikan dibantu dengan menggunakan Kapal Crest Onyx.

Setelah berhasil ditarik ke permukaan, ekor pesawat kemudian diangkat ke kapal yang selanjutnya akan dibawa ke Pelabuhan Teluk Kumai. Mantan Pangdam Siliwangi itu mengakui ada kendala yang menghambat dalam proses evakuasi ekor pesawat tersebut, di antaranya kondisi cuaca dan arus di perairan tempat jatuhnya pesawat. Lokasi penemuan ekor AirAsia tersebut berada di koordinat 3 derajat 38’ 39’’ Lintang Selatan dan 109 derajat 43’ 45’’ Bujur Timur atau sekitar 127 km dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

“Saat ditemukan, objek sudah terkoyak di beberapa sisi. Namun bentuk ekor masih jelas terlihat karena menghunjam ke dasar laut. Setelah menemukan ekor pesawat, kami melakukan upaya untuk evakuasi ambil ekor pesawat untuk diamankan agar kami bisa menjawab black box masih ada atau tidak. Tapi kami sendiri juga punya keterbatasan tidak bisa membaca posisi black box di mana.” ucap Panglima kemarin.

Moeldoko yang memimpin operasi pengangkatan itu mengatakan setelah berhasil melakukan pengangkatan, pihaknya akan menyerahkan serpihan itu ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dianalisis. “Kami telah mencari, selanjutnya mengevakuasi ekor pesawat dalam keadaan seperti apa adanya di bawah. Selanjutnya kami undang dari KNKT dan ada upacara kecil penyerahan (ekor pesawat),” ucapnya.

Direktur Operasional SAR Pangkalan Bun, Marsma TNI SB Supriyadi, menjelaskan penarikan ekor ke Tanjung Kumai membutuhkan waktu sekitar 7- 10 jam. Namun bila kecepatan kapalnya rendah 5-6 knot bisa memakan waktu hingga 15 jam. “Rada sulit dan harus hati-hati, jangan sampai lepas dan tenggelam lagi,” katanya.

Black Box Belum Diketahui

Walaupun ekor pesawat sudah diangkat, ternyata black box belum juga ditemukan. Menurut Supriyadi, black box diduga terlempar dari ekor pesawat. Saat ini tim tengah mencari posisi koordinat “Sudah dicari penyelam tapi tidak ada. Kami mencoba mencari posisi koordinat. Mudah-mudahan ditemukan posisinya oleh penyelam. Penyelam bilang nggak bisa nyari.

Setelah diangkat akan dicek apakah masih di kabin ekor pesawat atau sudah terlempar. Kalau dari sinyal ping mungkin sudah di luar ekor,” urainya. Kendati belum diketahui keberadaannya, radius pencarian black box pun kini dipersempit tidak sampai radius 500 meter sehingga memudahkan para penyelam melakukan pencarian. Apalagi kondisi di dalam laut sangat butek sehingga jarak pandang hanya 1 meter.

“Mencari keliling itu tidak memungkinkan bagi penyelam karena laut butek, arusnya kencang, lumpur dalam itu menyulitkan. Apalagi kalau black box seberat 35 kg bisa tertanam di lumpur,” katanya. Sementara itu, Menhub Ignasius Jonan menegaskan evakuasi korban lebih utama dibandingkan penemuan kotak hitam pesawat.

Dia pun mengingatkan kembali instruksi Presiden Joko Widodo bahwa pencarian korban tidak akan dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. “Tim Basarnas tidak akan berhenti mencari korban dan terus fokus ke pencarian, baik dalam kondisi hidup maupun tidak,” kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu.

Sucipto/Dian ramdhani
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4601 seconds (0.1#10.140)