Tim Sulit Evakuasi Black Box

Jum'at, 09 Januari 2015 - 10:31 WIB
Tim Sulit Evakuasi Black...
Tim Sulit Evakuasi Black Box
A A A
JAKARTA - Upaya keras menemukan kotak hitam (black box) pesawat AirAsia QZ8501 kembali terhambat cuaca. Badan SAR Nasional (Basarnas) menyiapkan skenario mengangkat ekor pesawat yang telah ditemukan setelah berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

”Kalau black box itu masih melekat pada tempatnya, maka saya harus berkoordinasi dengan KNKT, apakah boleh ekor itu saya angkat sekaligus,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya( Marsdya) TNIFrans Henry Bambang Soelistyo saat menggelar konferensi pers di Jakarta kemarin. Soelistyo mengungkapkan, koordinasi dengan KNKT diperlukan mengingat kotak hitam memerlukan perlakuan khusus.

Sejauh ini, tim penyelam belum dapat menentukan posisi pasti peranti elektronik yang sangat krusial dalam dunia penerbangan tersebut, apakah masih berada di posisinya pada ekor pesawat atau sudah terlepas dari tempatnya semula. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko yang memimpin upaya evakuasi dari KRI Banda Aceh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, kemarin juga mengonfirmasi bahwa cuaca menyulitkan para penyelam gabungan TNI AL.

Tim telah berusaha mengangkat bagian ekor pesawat rute Surabaya-Singapura yang jatuh pada Minggu (28/ 12/2014) itu, tetapi akhirnya dihentikan akibat situasi tak mendukung. Pada operasi pencarian hari ke-10, Rabu (7/1), tim SAR gabungan menemukan ekor pesawat di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun. Penemuan berawal dari deteksi sonar Kapal GeoSurvey.

Para penyelam akhirnya memastikan bagian tersebut berdasarkan tulisan AXC yang menunjukkan nomor registrasi pesawat tersebut. PKAXC merupakan nomor registrasi pesawat Airbus di Indonesia. Soelistyo menuturkan, upaya evakuasi kotak hitam dilakukan sejak pukul 06.45 WIB kemarin. Tim penyelam kembali menuju lokasi ekor pesawat untuk mendapatkan kepastian mengenai keberadaan kotak hitam.

Namun karena jarak pandang di dasar laut sangat terbatas, mereka hanya mendapatkan puing-puing dan sudah dibawa ke kapal. ”Kekuatan arus laut di lokasi pencarian mencapai 3-5 knot sehingga tim penyelam menunggu arus bawah lebih baik,” katanya. Direktur Operasional SAR Posko Pangkalan Bun Marsma SB Supriyadi menegaskan hal senada.

Menurutnya proses pengangkatan ekor pesawat ini terkendala cuaca seperti arus laut yang cukup kencang dan jarak pandang (visibility) 0-1 meter. Belum lagi gelombang laut yang juga tinggi hingga mencapai 3 meter. ”Cuaca di lapangan tidak menguntungkan sehingga tidak bisa dilanjutkan. Ada kesulitan bagi tim untuk melakukan evakuasi,” katanya di Pangkalan Bun kemarin.

Dia berharap cuaca hari ini lebih mendukung sehingga evakuasi dapat dilakukan sesuai dengan keinginan. Supriyadi menuturkan, untuk mendukung upaya pengangkatan, peralatan tambahan berupa subsurface vehicle yang dilengkapi dengan lifting bag milik TNI dari Koarmatim Surabaya telah dikerahkan ke lokasi.

Adapun untuk proses pencarian bawah laut, sejumlah remotely operated vehicle (ROV) dan kapal-kapal yang memiliki deteksi sonar juga dikerahkan ke lokasi penemuan. Hanya hasilnya sementara ini juga belum memuaskan. ”Informasinya ada benda sepanjang 10 meter dan lebar 5 meter, ini baru hasil scanning. Kita belum lihat hasil dari penyelaman. Bila cuaca baik, penyelaman bisa dilanjutkan di lost contact terakhir AirAsia,” paparnya.

Mengenai rencana pengangkatan ekor pesawat, ada dua opsi yang disiapkan, yakni dengan crane atau floating bag. Pengangkatan dengan crane bisa dilakukan Kapal Crest Onyx yang kini berada di lokasi. Kapal tersebut dilengkapi crane yang mampu mengevakuasi benda seberat 70 ton.

Cara lain dengan memasang alat bantu berupa ”balon” yang dapat mengangkat benda dari dasar laut ke permukaan dengan kekuatan lebih dari 100 ton. Kepala tim penyelam Kapten Saiful Afrianto mengakui peralatan tambahan lifting bag yang dibawa dari Koarmatim Surabaya tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.

Lifting bag dengan kemampuan 110 ton ini akan dipasang pada objek lalu diisi dengan udara. Alat ini terakhir digunakan untuk pengapungan tank seberat 15 ton di Balongan . ”Kami akan bekerja secepatnya. Yang jelas kita punya prosedur penyelaman, kita tak bisa menyelam lama, 20 hingga 25 menit. Kami tak punya alat bantu penyelaman, jadi kita akan bekerja secepatnya,” ujarnya.

Kendati belum berhasil mengevakuasi, Basarnas terus menyiapkan langkah-langkah tindakan. Untuk mempermudah identifikasi posisi ekor pesawat, tim telah mengikatkan balon bertali pada bagian itu. Tali tersebut memancarkan sinyal yang bisa dideteksi kapan pun. Dengan demikian tim SAR tidak perlu khawatir ekor itu akan berpindah lokasi. Jika itu terjadi, mereka tetap dapat mendeteksi berdasarkan sinyal tersebut.

KNKT Baca Data

Investigator KNKT Kapten Penerbang Nurcahyo Utomo memastikan Indonesia bisa membaca semua jenis black box pesawat. KNKT saat ini sudah mempunyai teknologi yang sejajar dengan negara-negara lain yang sudah maju di sektor penerbangan. Dengan kemampuan tersebut, membaca data kotak hitam tidak perlu dilakukan di luar negeri.

”Justru kalau dibaca di luar negeri malah nanti ada anggapan lain dari negara lain,” kata Nurcahyo di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, kemarin. Dalam operasi pencarian pesawat AirAsia, sampai saat ini bagian pesawat yang paling banyak ditemukan adalah kursi bagian belakang dengan nomor 17, 22, dan 26. Selain itu ada kabin pesawat tempat penumpang menaruh tas dan peralatan escape life di bagian belakang sisi kanan dan kiri.

”Kalau yang tengah belum ditemukan,” jelasnya. Nurcahyo menjelaskan, berdasarkan pengalaman, proses pencarian dan pembacaan black box bervariasi. Pesawat Lion Air yang mendarat darurat di laut Denpasar, misalnya, membutuhkan waktu hanya dua hari. ”Itu karena kondisinya masih utuh, begitu datang masih direndam lalu dikeringkan, dibaca selesai dua hari,” jelasnya.

Adapun pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, pada 2012 lalu membutuhkan waktu seminggu. Sejauh ini proses pencarian black box paling lama adalah pesawat Adam Air yang jatuh di laut Sulawesi pada 2007 silam di mana kotak oranye itu baru ditemukan 8 bulan dengan menggunakan kapal khusus dari Amerika Serikat. Kesulitan karena kondisi medan yang sulit dengan kedalaman mencapai 3.000 meter.

Dia menjelaskan, agar black box tidak rusak harus tetap terendam air. Bila kering akan timbul karat sehingga sulit dibaca. Karena itu dalam operasi pencarian AirAsia ini KNKT telah menyiapkan peti transparan untuk menyimpan. Dia menyebutkan, black box bisa saja rusak dan tidak terbaca bila penanganannya tidak benar. Selain faktor kering, juga bisa dipengaruhi kondisinya yang pecah akibat benturan keras. Ini dapat menyebabkan memori modul keluar dari kotaknya.

43 Jenazah Ditemukan

Hingga hari ke-12 operasi pencarian korban, secara keseluruhan sudah 43 jenazah ditemukan. Sebanyak 41 di antaranya telah dikirim ke Surabaya untuk diidentifikasi tim DVI Polda Jawa Timur dan 2 jenazah lainnya masih berada di Kapal Pacitan dan KD Kesturi. Untuk mengefektifkan operasi SAR, Basarnas kemarin memutuskan secara bertahap akan mengurangi jumlah armada pencari dan evakuasi yang berasal dari negara asing.

”Sedikit demi sedikit kekuatan dari luar akan kita kurangi, tentu dengan hasil evaluasi dan analisis saya bersama tim,” kata Kepala Basarnas Frans Henry Bambang Soelistyo. Menurut dia, imbas dari kebijakan ini hari ini dua kapal Jepang, yakni JS Onami dan JS Takanami, tidak turut lagi dalam proses pencarian. Mereka akan meninggalkan Selat Karimata untuk kemudian kembali ke negara asalnya.

Sementara itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Chrisnandi mengapresiasi kinerja tim SAR gabungan di bawah koordinasi Basarnas. Tim bekerja keras tanpa kenal lelah sesuai dengan keahlian masing-masing untuk memberikan hasil terbaik, terutama bagi keluarga korban.

”Basarnas, TNI Polri, BMKG, Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya, Pemkab Pangkalan Bun, dan seluruh aparatur negara telah bahu-membahu dalam menangani musibah Air Asia ini. Hal ini menggambarkan kehadiran negara di tengah masyarakat,” ujarnya seusai mengunjungi crisis center di Surabaya kemarin.

Dalam kesempatan itu, Yuddy juga melakukan dialog dengan para keluarga korban AirAsia. Yuddy mendengarkan berbagai keluhan anggota keluarga yang tengah menunggu kabar keluarganya. Mereka antara lain minta agar aparatur pemerintah yang terkait dengan pelanggaran perizinan terbang pesawat diberi sanksi tegas.

Dian ramdhani/Sucipto/Soeprayitno
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7276 seconds (0.1#10.140)