Harga BBM Berpeluang Turun Lagi Februari

Kamis, 08 Januari 2015 - 11:25 WIB
Harga BBM Berpeluang Turun Lagi Februari
Harga BBM Berpeluang Turun Lagi Februari
A A A
JAKARTA - Pemerintah berencana kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) seiring terus merosotnya harga minyak dunia. Berdasarkan skenario, harga baru premium dan solar akan berlaku awal Februari 2015.

Meski demikian pemerintah belum memutuskan besaran harga karena masih melakukan penghitungan. ”Belum bisa disebutkan berapa. Yang pasti akan kita turunkan, tunggu (pengumumannya) akhir bulan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Jakarta kemarin.

Sofyan menuturkan, harga baru BBM akan ditentukan berdasarkan harga rata-rata pada 25 Desember 2014 sampai 24 Januari 2015. Ketika menurunkan harga BBM pada awal tahun ini, pemerintah juga menggunakan dasar harga rata-rata Mean of Platts Singapore (MoPS). Faktor kedua yang jadi dasar perhitungan yakni kurs mata uang.

Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengakui adanya peluang bagi pemerintah untuk kembali menurunkan harga BBM pada Februari menyesuaikan dengan tren harga minyak dunia. Namun pemerintah terus mengamati perkembangan harga sebelum mengambil keputusan.

”Penurunan harga BBM dimungkinkan setelah pemerintah menggunakan skema penetapan harga terbaru yang bisa mengevaluasi harga premium dan solar setiap bulannya,” kata dia. Melalui skema tersebut, pemerintah memastikan untuk mencabut subsidi bagi premium serta masuk dalam kategori BBM khusus penugasan bukan subsidi dan BBM umum yang harganya mengikuti harga keekonomian.

Sementara itu solar masih diberi subsidi tetap Rp1.000 per liter dan masuk dalam kategori BBM tertentu yang diberi subsidi. Ini karena pemerintah menganggap solar masih dibutuhkan masyarakat kurang mampu. Dengan skema baru itu, pada 1 Januari 2015 pemerintah menyesuaikan harga premium menjadi Rp7.600/liter, turun dari sebelumnya Rp8.500/liter, dan solar menjadi Rp7.250 per liter dari sebelumnya Rp7.500.

Penghitungan harga baru premium dan solar itu dilakukan memakai asumsi rata-rata harga minyak ICP per bulan sebesar USD60 per bulan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ratarata sebesar Rp12.380. Untuk diketahui, berdasarkan perkembangan terakhir, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlokhinggake levelUSD47,99perbarel. Adapun harga minyak Brent juga tergelincir di bawah USD50 per barel, yakni di kisaran USD49,92 per barel, terendah sejak Mei 2009.

Penghapusan RON 88

Tim Reformasi Tata Kelola Migas menegaskan bahwa anjloknya harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap penurunan beban biaya pengadaan produksi BBM sehingga hal ini berpotensi memicu penurunan harga. ”Berdasarkan harga sekarang, BBM bisa turun lagi bulan depan,” ujar Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri di Jakarta kemarin.

Faisal mengatakan, penurunan harga minyak dunia menjadi momentum bagi Tim Reformasi Tata Kelola Migas untuk mendorong pemerintah merealisasi penghapusan BBM dengan nomor oktan (RON) 88. ”Dengan demikian, yang didistribusikan kepada masyarakat tidak lagi BBM dengan kualitas RON 88, tetapi RON 92 (pertamax). Dalam enam bulan harus sudah tidak ada RON 88. Itu harus didorong terus,” ujarnya.

Menurut dia, Pertamina telah menyatakan sanggup mengubah premium ke pertamax dalam waktu lima bulan saja. Meski demikian Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan waktu enam bulan untuk merealisasi kebijakan itu. Wakil Direktur Refor Miners Institute Komaidi Notonegoro menilai penghapusan premium dalam waktu enam bulan merupakan hal teknis yang harus dilakukan pemerintah dan Pertamina.

Energi Terbarukan

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, setelah kebijakan pencabutan subsidi premium dan pemberlakuan subsidi tetap untuk solar, pemerintah akan mendorong diversifikasi energi dengan konversi gas dan peningkatan biofuel . ”Pemerintah telah memberi anggaran tambahan Rp5 triliun bagi Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) sebesar Rp5 triliun untuk program-program tersebut,” ucapnya.

Merespons pernyataan itu, pelaku industri biofuel justru mempertanyakan komitmen pemerintah. Hambatan utama soal ini adalah harga pokok produksi yang dipatok pemerintah terlalu rendah. Ini menyebabkan pelaku industri menanggung kerugian Rp6 miliar hingga Rp7 miliar per hari. ”Untuk itu secepatnya pemerintah memberi indeks harga yang cukup untuk industri ini. Kalau tidak, selalu muncul hambatan untuk pengembangan investasi biofuel ini,” kata Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia Paulus Tjakrawan di Jakarta kemarin.

Rarasati syarief/Ria martati/Nanang wijayanto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6623 seconds (0.1#10.140)