Ketika SBY Menjadi Komandan Upacara 17 Agustus

Rabu, 07 Januari 2015 - 10:51 WIB
Ketika SBY Menjadi Komandan Upacara 17 Agustus
Ketika SBY Menjadi Komandan Upacara 17 Agustus
A A A
KERINGAT sebesar jagung menetes dari dahinya. Kondisi Jakarta yang panas, membakar kulit dan menyilaukan matanya. Perasaannya mulai bercampur aduk, antara tegang dan berusaha untuk tetap tenang.

Komandan Brigade Kolonel Inf Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ditugaskan menjadi Asisten Operasi Kodam Jaya, dan menjadi Komandan Upacara Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di halaman Istana Negara, berdiri tegap di lapangan.

Dia tidak menghiraukan butiran keringat yang menetes melewati matanya. Kendati terasa pedas, tidak berani tangannya mengusap. Matanya berkedap kedip sambil terus melihat lurus ke depan Inspektur Upacara Presiden Soeharto.

"Tugas sederhana tetapi beresiko besar," kenang SBY dalam halaman Facebooknya, 33 menit lalu, Rabu (7/1/2015).

Bagi Kolonel SBY tahun 1994 itu, tugas baris-berbaris merupakan hal yang biasa. Bahkan sudah menjadi napas seorang prajurit, karena dilakukan secara rutin setiap hari. Namun beda halnya dengan saat itu.

"Tugas ini tetap saja (memiliki) risiko besar, dan penuh tekanan. Kalau berhasil, perwira yang bersangkutan akan tetap menempati jabatannya. Tapi bila gagal, karier militernya akan kelabu," ungkap SBY.

Disaksikan langsung Panglima tertinggi ABRI saat itu Jenderal (Purn) Soeharto, karir militer SBY dipertaruhkan. Syukur akhirnya dia berhasil memimpin upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI saat itu dengan lancar.

Ketakutan SBY karirnya hancur akibat sedikit kesalahan dalam upacara berhasil dilaluinya. Perasaan tegang pun berganti menjadi lega. Perlahan-lahan napasnya mulai kembali normal. Upacara berakhir.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4949 seconds (0.1#10.140)