Tangis Pecah di Awal Masuk Sekolah
A
A
A
Awal masuk sekolah pascalibur panjang, keceriaan bertemu teman lazimnya terpancar dari raut muka siswa. Tawa bahagia dan saling berbagi cerita menjadi warna. Tapi suasana itu tidak terjadi di SD Khadijah, Jalan Smea, Wonokromo, Surabaya, kemarin.
Yang ada justru keprihatinan dan kesedihan mengemuka. Aura duka menyemburat. Dalam balutan kesedihan, siswa larut dalam kekhusyukan di aula sekolah. Mereka melaksanakan doa, salat gaib, dan tahlil bersama untuk korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Di antara penumpang pesawat naas itu ada teman, kakak, dan adik kelas mereka, Naura Kanita Rosada Suseno, siswi kelas VB.
Naura bepergian bersama keluarga. Ayah dan ibunya, Joko Suseno serta Hayati Lutfiah. Neneknya, ikut dalam perjalanan itu. Jenazah ibunya, Hayati Lutfiah sudah ditemukan dan dimakamkan di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
“Anak-anak, mari kita salat gaib dan membaca tahlil untuk arwah mamanya Naura (Hayati Lutfiah), semoga diterima di sisi Allah SWT. Dan kita berdoa semoga Naura, bapak, dan neneknya segera ditemukan,” ucap Kepala SD Khadijah Wonokromo, Syifa’ul Khoir. Ada 600 siswa ikut dalam doa, salat, dan tahlil. Mereka siswa kelas I–VI.
”Sebelum doa, salat gaib, dan tahlil, siswa melaksanakan salat dhuha,” kata guru kelas I sekaligus pembina Pramuka SD Khadijah Wonokromo, Siti Satumi. Syifa’ul Khoir kembali menyebut hari pertama sekolah sengaja diadakan salat gaib, doa, dan tahlil bersama. ”Tahlil hari kedua hingga ketujuh akan diadakan di setiap kelas, setelah salat dhuha,” kata Syifa’ul.
Pintar dan tekunnya Naura dalam akademik maupun ibadah, masih terkenang di kalangan guru dan teman-temannya. Waktu duduk di kelas I–IV, Naura selalu masuk peringkat tiga besar dan kelas V ini meraih peringkat I. ”Bisa jadi karena peringkat I, Naura diajak ke Singapura sebagai hadiah. Naura juga anak tunggal. Bapaknya, Pak Joko sempat bilang ke guru akan rekreasi ke Singapura,” ucap pria berkacamata minus ini.
Di mata guru, bahkan cleaning service, sosok Joko cukup dikenal. Joko cukup akrab dengan mereka karena sering mengajak makan. Ibu Naura juga demikian, lebih banyak di sekolah menunggu anaknya sejak masuk hingga pulang sekolah. Hayati lebih memilih di kantin menunggu anaknya. Kesuksesan Joko dalam bisnis jual beli mobil dan rumah membuat dia royal terhadap karyawan sekolah. Mudah berbagi.
Dari insiden ini, Syifa’ul ingin pihak penerbangan, kedepankan safetysebelum terbang. Sementara itu, di antara siswa yang merasa kehilangan Naura adalah Aura Fathiyah Langit dan Dinda Abiyu Arsafa. Mereka adalah teman akrab Naura. Bahkan tiga serangkai ini sempat berfoto bersama dan menuliskan cita-cita serta pesan pada buku agenda sekolah.
Naura yang lahir di Surabaya 12 September 2005 ingin menjadi guru. Untuk hobi yang dituliskan di agenda adalah berenang. ”Patuhi ayah dan bunda,” begitu tulis Naura pada agenda bersama. Sebelumnya, pihak sekolah tidak berani memastikan Naura yang tercantum dalam manifes pesawat AirAsia adalah muridnya.
Saat itu sekolah belum mendapatkan kepastian dari keluarga. Bahkan, sekolah sempat mendatangi salah satu rumah Naura di Jalan Ketintang Baru Selatan 5 Blok B/13, dekat Samsat Ketintang. Namun rumah itu kosong karena seluruh keluarga liburan ke Singapura.
Setelah jenazah ibu Naura ditemukan, sekolahan baru yakin bahwa Naura yang merupakan penumpang pesawat nahas adalah benar muridnya. ”Kami sempat ke rumah duka, rumah kakak iparnya di Sawotratap Gedangan jelang pemakaman ibu Naura,” tandas Syifa’ul.
Soeprayitno
Surabaya
Yang ada justru keprihatinan dan kesedihan mengemuka. Aura duka menyemburat. Dalam balutan kesedihan, siswa larut dalam kekhusyukan di aula sekolah. Mereka melaksanakan doa, salat gaib, dan tahlil bersama untuk korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Di antara penumpang pesawat naas itu ada teman, kakak, dan adik kelas mereka, Naura Kanita Rosada Suseno, siswi kelas VB.
Naura bepergian bersama keluarga. Ayah dan ibunya, Joko Suseno serta Hayati Lutfiah. Neneknya, ikut dalam perjalanan itu. Jenazah ibunya, Hayati Lutfiah sudah ditemukan dan dimakamkan di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
“Anak-anak, mari kita salat gaib dan membaca tahlil untuk arwah mamanya Naura (Hayati Lutfiah), semoga diterima di sisi Allah SWT. Dan kita berdoa semoga Naura, bapak, dan neneknya segera ditemukan,” ucap Kepala SD Khadijah Wonokromo, Syifa’ul Khoir. Ada 600 siswa ikut dalam doa, salat, dan tahlil. Mereka siswa kelas I–VI.
”Sebelum doa, salat gaib, dan tahlil, siswa melaksanakan salat dhuha,” kata guru kelas I sekaligus pembina Pramuka SD Khadijah Wonokromo, Siti Satumi. Syifa’ul Khoir kembali menyebut hari pertama sekolah sengaja diadakan salat gaib, doa, dan tahlil bersama. ”Tahlil hari kedua hingga ketujuh akan diadakan di setiap kelas, setelah salat dhuha,” kata Syifa’ul.
Pintar dan tekunnya Naura dalam akademik maupun ibadah, masih terkenang di kalangan guru dan teman-temannya. Waktu duduk di kelas I–IV, Naura selalu masuk peringkat tiga besar dan kelas V ini meraih peringkat I. ”Bisa jadi karena peringkat I, Naura diajak ke Singapura sebagai hadiah. Naura juga anak tunggal. Bapaknya, Pak Joko sempat bilang ke guru akan rekreasi ke Singapura,” ucap pria berkacamata minus ini.
Di mata guru, bahkan cleaning service, sosok Joko cukup dikenal. Joko cukup akrab dengan mereka karena sering mengajak makan. Ibu Naura juga demikian, lebih banyak di sekolah menunggu anaknya sejak masuk hingga pulang sekolah. Hayati lebih memilih di kantin menunggu anaknya. Kesuksesan Joko dalam bisnis jual beli mobil dan rumah membuat dia royal terhadap karyawan sekolah. Mudah berbagi.
Dari insiden ini, Syifa’ul ingin pihak penerbangan, kedepankan safetysebelum terbang. Sementara itu, di antara siswa yang merasa kehilangan Naura adalah Aura Fathiyah Langit dan Dinda Abiyu Arsafa. Mereka adalah teman akrab Naura. Bahkan tiga serangkai ini sempat berfoto bersama dan menuliskan cita-cita serta pesan pada buku agenda sekolah.
Naura yang lahir di Surabaya 12 September 2005 ingin menjadi guru. Untuk hobi yang dituliskan di agenda adalah berenang. ”Patuhi ayah dan bunda,” begitu tulis Naura pada agenda bersama. Sebelumnya, pihak sekolah tidak berani memastikan Naura yang tercantum dalam manifes pesawat AirAsia adalah muridnya.
Saat itu sekolah belum mendapatkan kepastian dari keluarga. Bahkan, sekolah sempat mendatangi salah satu rumah Naura di Jalan Ketintang Baru Selatan 5 Blok B/13, dekat Samsat Ketintang. Namun rumah itu kosong karena seluruh keluarga liburan ke Singapura.
Setelah jenazah ibu Naura ditemukan, sekolahan baru yakin bahwa Naura yang merupakan penumpang pesawat nahas adalah benar muridnya. ”Kami sempat ke rumah duka, rumah kakak iparnya di Sawotratap Gedangan jelang pemakaman ibu Naura,” tandas Syifa’ul.
Soeprayitno
Surabaya
(bbg)