Pesta Miras Oplosan, Enam Orang Tewas
A
A
A
BEKASI - Pesta minuman keras (miras) oplosan kembali merenggut nyawa. Sebanyak tiga warga Bekasi dan tiga warga Depok tewas akibat menenggak miras.
Tiga korban tewas di Bekasi yakni Hermansyah alias Lebay, 39, Ki Bagus Suntara alias Asun, 32, dan Yanto alias Dewa, 39. Sedangkan korban selamat bernama Adi Wibowo. Pada malam pergantian tahun, mereka merayakannya dengan pesta miras di Jalan Pulau Jawa Raya RT 3/17, Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Mereka menenggak minuman oplosan jenis Brandy yang dicampur dengan minuman bersoda di sebuah pos ronda hingga mabuk berat dan tak sadarkan diri. Setelah pesta miras, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Kemudian pada Jumat (2/1), Yantodiketahuitewas.
Sebelumnya, Yanto mengeluh sakit. Keluarga membawanya ke RSUD Kota Bekasi, namun korban tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Masih di hari sama, dua teman lainnya yakni Hermansyah dan Ki Bagus, juga tewas akibat miras. Kasus miras ini baru dilaporkan ke pihak kepolisian pada Sabtu (3/1).
Kepala Subbagian Humas Polresta Bekasi Kota AKP Siswo mengatakan, miras jenis Brandy yang ditenggak korban adalah oplosan alkohol 70%. Saat ini polisi masih meminta keterangan korban selamat untuk mencari tahu dari mana miras oplosan itu didapat. Sementara ketiga korban sudah dimakamkan oleh pihak keluarga. “Kasus ini masih dikembangkan,” ucapnya kemarin.
Sebelumnya, polisi menggerebek produsen miras di Perumahan Bumi Anggrek, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, kemudian menetapkan dua tersangka yakni MS dan AT. Hasil racikan tersangka dimasukkan ke botol merek Brandy. Lalu tersangka memasang segel agar dianggap minuman tersebut asli. Tersangka mendistribusikan ke pengecer dan pelanggan pribadi.
Diduga tiga korban ini menenggak miras yang diedarkan oleh MS. Di Depok, tiga pemuda juga tewas seusai pesta miras oplosan pada Sabtu (3/1) lalu. Mereka adalah Firman Ubaidillah, 24, Ahmad Zarkasih, 25, dan Zakaria, 23, yang merupakan warga Sukatani, Kecamatan Tapos. Sedangkan satu temannya yakni Fery Parhani, 25, masih dirawat di Rumah Sakit Sentra Medika Cimanggis, Depok.
Berdasarkan keterangan dihimpun, para korban mengalami muntah-muntah sehingga dilarikan ke rumah sakit. Keluhan mereka hampir sama yaitu merasakan melilit di perut dan dibarengi muntah-muntah. Kemudian mereka dibawa ke Rumah Sakit Sentra Medika Cimanggis. “Kami agak sulit meminta keterangan detail karena keluarga korban mengaku sudah mengikhlaskan dan tidak mau dipermasalahkan,” ujar Kapolsek Cimanggis Kompol Bambang Irianto.
Pihaknya belum dapat mengetahui apakah para korban menenggak miras di Depok atau luar Depok. Namun, yang dipastikan mereka menenggak bersamaan ketika malam pergantian tahun. Para korban merupakan teman nongkrong. Kapolresta Depok Kombes Pol Ahmad Subarkah menuturkan dari pemeriksaan rumah sakit diketahui ada unsur kimia berupametanoldalamminuman yang mereka konsumsi.
“Diduga keracunan metanol dari miras oplosan. Semuanya masih kami dalami,” ucapnya. Polisi tengah menyelidiki dari mana asal miras yang mereka konsumsi, karena bisa saja para korban mendapatkan dari luar Depok. Kasus kematian warga Depok ini menjadikan pelajaran bagi Pemkot Depok yang telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) No 6 Tahun 2013 tentang Peredaran Miras, namun masih banyak miras yang beredar di kalangan masyarakat luas. Razia yang dilakukan berulang kali tak membuat jera pemilik toko maupun pengedar miras.
“Yang disitahanyamirasyangberkadar alkohol tinggi. Seharusnya tak usah diklasifikasi, semua jenis miras harus dimusnahkan. Miras itu merusak moral apalagi dalam kondisi pergaulan bebas seperti sekarang,” ujar Ketua Front Pembela Islam (FPI) Kota Depok Idrus Al Gadhri. Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa mengatakan, miras cenderung membuat peminumnya merasa kecanduan atau alkoholik.
Bagi kalangan kelas bawah yang tidak mampu membeli cenderung membeli miras yang telah dioplos. Padahal, mereka tidak tahu bahan apa saja yang dimasukkan ke dalam oplosan tersebut. Orang yang sudah kecanduan tidak lagi menggunakan nalarnya. Terkadang mereka juga merasa tertantang untuk mencampur aneka jenis bahan dalam racikan.
“Seperti ada adrenalin yang tertantang. Logikanya sudah tidak berjalan lagi. Nalarnya berkurang jika kecanduan,” ungkapnya. Maraknya penjualan miras oplosan disebabkan tingginya permintaan konsumen.
Kalangan menengah ke bawah cenderung memilih miras oplosan yang harganya terjangkau. Padahal, dampak miras oplosan tersebut kerap merenggut korban jiwa. “Mereka menenggak minuman yang telah dioplos tanpa tahu racikan campurannya,” kata Mustofa.
Abdullah m surjaya/ R ratna purnama
Tiga korban tewas di Bekasi yakni Hermansyah alias Lebay, 39, Ki Bagus Suntara alias Asun, 32, dan Yanto alias Dewa, 39. Sedangkan korban selamat bernama Adi Wibowo. Pada malam pergantian tahun, mereka merayakannya dengan pesta miras di Jalan Pulau Jawa Raya RT 3/17, Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Mereka menenggak minuman oplosan jenis Brandy yang dicampur dengan minuman bersoda di sebuah pos ronda hingga mabuk berat dan tak sadarkan diri. Setelah pesta miras, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Kemudian pada Jumat (2/1), Yantodiketahuitewas.
Sebelumnya, Yanto mengeluh sakit. Keluarga membawanya ke RSUD Kota Bekasi, namun korban tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Masih di hari sama, dua teman lainnya yakni Hermansyah dan Ki Bagus, juga tewas akibat miras. Kasus miras ini baru dilaporkan ke pihak kepolisian pada Sabtu (3/1).
Kepala Subbagian Humas Polresta Bekasi Kota AKP Siswo mengatakan, miras jenis Brandy yang ditenggak korban adalah oplosan alkohol 70%. Saat ini polisi masih meminta keterangan korban selamat untuk mencari tahu dari mana miras oplosan itu didapat. Sementara ketiga korban sudah dimakamkan oleh pihak keluarga. “Kasus ini masih dikembangkan,” ucapnya kemarin.
Sebelumnya, polisi menggerebek produsen miras di Perumahan Bumi Anggrek, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, kemudian menetapkan dua tersangka yakni MS dan AT. Hasil racikan tersangka dimasukkan ke botol merek Brandy. Lalu tersangka memasang segel agar dianggap minuman tersebut asli. Tersangka mendistribusikan ke pengecer dan pelanggan pribadi.
Diduga tiga korban ini menenggak miras yang diedarkan oleh MS. Di Depok, tiga pemuda juga tewas seusai pesta miras oplosan pada Sabtu (3/1) lalu. Mereka adalah Firman Ubaidillah, 24, Ahmad Zarkasih, 25, dan Zakaria, 23, yang merupakan warga Sukatani, Kecamatan Tapos. Sedangkan satu temannya yakni Fery Parhani, 25, masih dirawat di Rumah Sakit Sentra Medika Cimanggis, Depok.
Berdasarkan keterangan dihimpun, para korban mengalami muntah-muntah sehingga dilarikan ke rumah sakit. Keluhan mereka hampir sama yaitu merasakan melilit di perut dan dibarengi muntah-muntah. Kemudian mereka dibawa ke Rumah Sakit Sentra Medika Cimanggis. “Kami agak sulit meminta keterangan detail karena keluarga korban mengaku sudah mengikhlaskan dan tidak mau dipermasalahkan,” ujar Kapolsek Cimanggis Kompol Bambang Irianto.
Pihaknya belum dapat mengetahui apakah para korban menenggak miras di Depok atau luar Depok. Namun, yang dipastikan mereka menenggak bersamaan ketika malam pergantian tahun. Para korban merupakan teman nongkrong. Kapolresta Depok Kombes Pol Ahmad Subarkah menuturkan dari pemeriksaan rumah sakit diketahui ada unsur kimia berupametanoldalamminuman yang mereka konsumsi.
“Diduga keracunan metanol dari miras oplosan. Semuanya masih kami dalami,” ucapnya. Polisi tengah menyelidiki dari mana asal miras yang mereka konsumsi, karena bisa saja para korban mendapatkan dari luar Depok. Kasus kematian warga Depok ini menjadikan pelajaran bagi Pemkot Depok yang telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) No 6 Tahun 2013 tentang Peredaran Miras, namun masih banyak miras yang beredar di kalangan masyarakat luas. Razia yang dilakukan berulang kali tak membuat jera pemilik toko maupun pengedar miras.
“Yang disitahanyamirasyangberkadar alkohol tinggi. Seharusnya tak usah diklasifikasi, semua jenis miras harus dimusnahkan. Miras itu merusak moral apalagi dalam kondisi pergaulan bebas seperti sekarang,” ujar Ketua Front Pembela Islam (FPI) Kota Depok Idrus Al Gadhri. Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa mengatakan, miras cenderung membuat peminumnya merasa kecanduan atau alkoholik.
Bagi kalangan kelas bawah yang tidak mampu membeli cenderung membeli miras yang telah dioplos. Padahal, mereka tidak tahu bahan apa saja yang dimasukkan ke dalam oplosan tersebut. Orang yang sudah kecanduan tidak lagi menggunakan nalarnya. Terkadang mereka juga merasa tertantang untuk mencampur aneka jenis bahan dalam racikan.
“Seperti ada adrenalin yang tertantang. Logikanya sudah tidak berjalan lagi. Nalarnya berkurang jika kecanduan,” ungkapnya. Maraknya penjualan miras oplosan disebabkan tingginya permintaan konsumen.
Kalangan menengah ke bawah cenderung memilih miras oplosan yang harganya terjangkau. Padahal, dampak miras oplosan tersebut kerap merenggut korban jiwa. “Mereka menenggak minuman yang telah dioplos tanpa tahu racikan campurannya,” kata Mustofa.
Abdullah m surjaya/ R ratna purnama
(ars)