Pembusukan Sudah Masuki Tahap Bahaya
A
A
A
PANGKALANBUN - Pada hari kedelapan musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 kemarin, jenazah yang ditemukan sudah mengalami pembusukan lanjut dalam tahap berbahaya. Tim dipaksa ekstrahati-hati saat mengevakuasi jenazah.
“Tim SAR pakai baju khusus tadi itu karena sudah pembusukan tingkat berbahaya dan berisiko,” kata Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Kalteng dr Suyuti Syamsul, kemarin.
Sekitar pukul 15.00 WIB kemarin tiga jenazah kembali dievakuasi ke RSUD Sultan Imanuddin. Berbeda dari evakuasi yang dilakukan terhadap 30 jenazah pada hari-hari sebelumnya, kali ini tim evakuasi menggunakan pakaian pelindung khusus berwarna serbaputih. Ada empat kantong yang dibawa tim evakuasi.
Namun, Suyuti memastikan jenazah yang dievakuasi hanya tiga jenazah, sisanya properti yang kemungkinan milik korban. Petugas evakuasi berpakaian khusus tersebut terlihat saat masuk mengantar jenazah sampai ke Posko DVI Biddokkes Polda Kalteng. Namun, setelah keluar ruangan, mereka tidak lagi mengenakan pakaian khusus lagi. Pakaian khusus itu harus dimusnahkan setelah digunakan.
“Nanti dibakar di tempat pembakaran kami yang suhunya mencapai 1.100 derajat Celsius. Mereka itu kan satu ruangan dengan jenazah saat di ambulans, jadi pakaian mereka sangat rentan terkontaminasi,” katanya. Suyuti menjelaskan, dalam tubuh manusia terdapat banyak kuman. Ketika manusia meninggal, kuman-kuman tersebut berproses dan bisa membahayakan manusia lain sehingga harus diwaspadai.
Pihak rumah sakit pun makin memperketat perlakuan untuk mencegah penyebaran kuman. Rembesan air dari kantong jenazah yang menetes di lantai langsung dibersihkan menggunakan cairan keras pemutih pakaian. Lantai dan dinding jenazah yang sudah kosong pun juga dibersihkan untuk mencegah penyebaran kuman.
“Makanya kami bersyukur ada cold storage (lemari pendingin) sehingga kalau jenazah tidak diberangkatkan di hari yang sama bisa kami simpan di cold storage sehingga ruangan bisa langsung dibersihkan untuk sterilisasi kuman,” kata Suyuti. Wakapolda Kalimantan Tengah Kombes Muhammad Ikhsan juga memperingatkan anggotanya yang membantu penanganan musibah pesawat AirAsia mematuhi prosedur evakuasi jenazah.
“Evakuasi jenazah itu kan ada prosedur tetapnya, jadi harus dipatuhi, jangan asal angkat. Apalagi ini kondisi jenazahnya sudah memprihatinkan,” kata Ikhsan. Jenazah yang ditemukan semuanya dalam kondisi pembusukan lanjut karena sudah sepekan berada di laut. Kondisi ini memerlukan kehati-hatian agar evakuasi tidak malah merusak fisik jenazah dan menghambat identifikasi oleh tim DVI di Surabaya.
Risiko infeksi yang mungkin saja muncul akibat kondisi jenazah yang sudah membusuk harus dihindari oleh seluruh personel yang melakukan evakuasi jenazah. “Sarung tangan, kalau sudah dipakai langsung ganti. Pakaian juga harus steril. Pokoknya patuhi semua prosedur operasional,” serunya.
Dia meminta tim dokterjugamengingatkan jika ada personelnya yang terlupa dalam menjalankan prosedur yang benar dalam evakuasi. Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar mengungkapkan, cold storage yang disiapkan mampu menampung 60 sampai 70 jenazah yang sudah dimasukkan dalam peti. “Jadi nanti disusun karena tempatnya kan tinggi juga,” katanya.
Lemari pendingin tersebut merupakan pinjaman dari salah satu perusahaan swasta di Pangkalan Bun. Alat ini didatangkan dari Surabaya dan seharusnya tiba pada Sabtu siang, ternyata baru tiba pada dini hari kemarin karena terhambat gelombang tinggi di laut. Minggu pagi, alat yang ditempatkan di bagian belakang rumah sakit ini langsung dioperasikan.
Lokasi penempatannya dekat dengan kamar jenazah untuk memudahkan evakuasike ruang DVI dan kamar jenazah. Dengan suhu di dalam ruangan yang mencapai minus 20 derajat Celsius, diharapkan jenazah bisa lebih tahan dan menghambat pembusukannya.
“Kalau ini masih kurang, pihak perusahaan siap mendatangkan lagi lemari pendingin tambahan seperti ini. Jadi saya rasa tidak ada masalah lagi,” kata Ujang. Di tengah kondisi jenazah yang semakin sulit dikenali dan membusuk, tim disaster victim identification (DVI) mulai melakukan identifikasi jenazah menggunakan metode tes DNA.
“Memang seperti awal yang disampaikan Kabid Dokkes (Polda Jatim), semakin hari jenazah yang ditemukan semakin mengalami pembusukan racun,” kata Kapusdokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi, kemarin. Arthur mejelaskan, saat ini secara visual mata jenazah yang ditemukan di perairan Selat Karimata itu kondisinya sudah tidak bisa dikenali lagi. Untuk proses mengidentifikasi jenazah dilakukan dengan metode tiga primer (sidik jari, gigi atau tulang dan tes DNA) serta dua sekunder (properti dan medis).
Jika jenazah tersebut sudah mengalami pembusukan, hal yang bisa dilakukan ialah dengan cara tes DNA. “Saat ini kondisi jenazah kan susah buat dikenali, maka kami lakukan tekniktesDNA, toh kalau jaringannya sudah rusak masih dapat diidentifikasi pakai tes DNA dari tulang,” katanya.
Sucipto/ Alfian faisal/ant
“Tim SAR pakai baju khusus tadi itu karena sudah pembusukan tingkat berbahaya dan berisiko,” kata Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Kalteng dr Suyuti Syamsul, kemarin.
Sekitar pukul 15.00 WIB kemarin tiga jenazah kembali dievakuasi ke RSUD Sultan Imanuddin. Berbeda dari evakuasi yang dilakukan terhadap 30 jenazah pada hari-hari sebelumnya, kali ini tim evakuasi menggunakan pakaian pelindung khusus berwarna serbaputih. Ada empat kantong yang dibawa tim evakuasi.
Namun, Suyuti memastikan jenazah yang dievakuasi hanya tiga jenazah, sisanya properti yang kemungkinan milik korban. Petugas evakuasi berpakaian khusus tersebut terlihat saat masuk mengantar jenazah sampai ke Posko DVI Biddokkes Polda Kalteng. Namun, setelah keluar ruangan, mereka tidak lagi mengenakan pakaian khusus lagi. Pakaian khusus itu harus dimusnahkan setelah digunakan.
“Nanti dibakar di tempat pembakaran kami yang suhunya mencapai 1.100 derajat Celsius. Mereka itu kan satu ruangan dengan jenazah saat di ambulans, jadi pakaian mereka sangat rentan terkontaminasi,” katanya. Suyuti menjelaskan, dalam tubuh manusia terdapat banyak kuman. Ketika manusia meninggal, kuman-kuman tersebut berproses dan bisa membahayakan manusia lain sehingga harus diwaspadai.
Pihak rumah sakit pun makin memperketat perlakuan untuk mencegah penyebaran kuman. Rembesan air dari kantong jenazah yang menetes di lantai langsung dibersihkan menggunakan cairan keras pemutih pakaian. Lantai dan dinding jenazah yang sudah kosong pun juga dibersihkan untuk mencegah penyebaran kuman.
“Makanya kami bersyukur ada cold storage (lemari pendingin) sehingga kalau jenazah tidak diberangkatkan di hari yang sama bisa kami simpan di cold storage sehingga ruangan bisa langsung dibersihkan untuk sterilisasi kuman,” kata Suyuti. Wakapolda Kalimantan Tengah Kombes Muhammad Ikhsan juga memperingatkan anggotanya yang membantu penanganan musibah pesawat AirAsia mematuhi prosedur evakuasi jenazah.
“Evakuasi jenazah itu kan ada prosedur tetapnya, jadi harus dipatuhi, jangan asal angkat. Apalagi ini kondisi jenazahnya sudah memprihatinkan,” kata Ikhsan. Jenazah yang ditemukan semuanya dalam kondisi pembusukan lanjut karena sudah sepekan berada di laut. Kondisi ini memerlukan kehati-hatian agar evakuasi tidak malah merusak fisik jenazah dan menghambat identifikasi oleh tim DVI di Surabaya.
Risiko infeksi yang mungkin saja muncul akibat kondisi jenazah yang sudah membusuk harus dihindari oleh seluruh personel yang melakukan evakuasi jenazah. “Sarung tangan, kalau sudah dipakai langsung ganti. Pakaian juga harus steril. Pokoknya patuhi semua prosedur operasional,” serunya.
Dia meminta tim dokterjugamengingatkan jika ada personelnya yang terlupa dalam menjalankan prosedur yang benar dalam evakuasi. Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar mengungkapkan, cold storage yang disiapkan mampu menampung 60 sampai 70 jenazah yang sudah dimasukkan dalam peti. “Jadi nanti disusun karena tempatnya kan tinggi juga,” katanya.
Lemari pendingin tersebut merupakan pinjaman dari salah satu perusahaan swasta di Pangkalan Bun. Alat ini didatangkan dari Surabaya dan seharusnya tiba pada Sabtu siang, ternyata baru tiba pada dini hari kemarin karena terhambat gelombang tinggi di laut. Minggu pagi, alat yang ditempatkan di bagian belakang rumah sakit ini langsung dioperasikan.
Lokasi penempatannya dekat dengan kamar jenazah untuk memudahkan evakuasike ruang DVI dan kamar jenazah. Dengan suhu di dalam ruangan yang mencapai minus 20 derajat Celsius, diharapkan jenazah bisa lebih tahan dan menghambat pembusukannya.
“Kalau ini masih kurang, pihak perusahaan siap mendatangkan lagi lemari pendingin tambahan seperti ini. Jadi saya rasa tidak ada masalah lagi,” kata Ujang. Di tengah kondisi jenazah yang semakin sulit dikenali dan membusuk, tim disaster victim identification (DVI) mulai melakukan identifikasi jenazah menggunakan metode tes DNA.
“Memang seperti awal yang disampaikan Kabid Dokkes (Polda Jatim), semakin hari jenazah yang ditemukan semakin mengalami pembusukan racun,” kata Kapusdokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi, kemarin. Arthur mejelaskan, saat ini secara visual mata jenazah yang ditemukan di perairan Selat Karimata itu kondisinya sudah tidak bisa dikenali lagi. Untuk proses mengidentifikasi jenazah dilakukan dengan metode tiga primer (sidik jari, gigi atau tulang dan tes DNA) serta dua sekunder (properti dan medis).
Jika jenazah tersebut sudah mengalami pembusukan, hal yang bisa dilakukan ialah dengan cara tes DNA. “Saat ini kondisi jenazah kan susah buat dikenali, maka kami lakukan tekniktesDNA, toh kalau jaringannya sudah rusak masih dapat diidentifikasi pakai tes DNA dari tulang,” katanya.
Sucipto/ Alfian faisal/ant
(ars)