Masih Rupiah, Bukan Dinar
A
A
A
Fluktuasi mata uang adalah hasil alami dari sistem nilai tukar yang berubah-ubah yang merupakan norma dari sebagian besar perekonomian utama. Nilai tukar satu mata uang terhadap yang lain dipengaruhi berbagai faktor fundamental dan teknis.
Termasuk di antaranya permintaan dan penawaran mata uang dalam negeri maupun mata uang asing, tingkat suku bunga yang akan memengaruhi perubahan investasi di Indonesia, inflasi, tekanan global, dan sebagainya. Tahun 2015 adalah tahun global. Pintu-pintu perbatasan telah dibuka. Akses seseorang, barang maupun jasa akan lebih mudah masuk dan keluar dari dan menuju suatu negara.
Pertukaran dan perdagangan ini mutlak melibatkan mata uang. Penggunaan uang yang tidak hati-hati akan dapat mengakibatkan inflasi. Secara definisi inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Karenanya, untuk menjaga nilai mata uang gunakanlah uang dengan bijak. Melemahnya rupiah memang tidak melulu membawa dampak negatif.
Misalnya bagi mereka para eksportir, termasuk petani yang hasil pertaniannya dapat diekspor. Melemahnya nilai tukar rupiah bukan menjadi masalah malah bisa menguntungkan, karena nilai yang dibayarkan atas barang yang diekspor bisa sangat tinggi. Namun berbeda bagi para importir, termasuk industri domestik dan pengusaha elektronik.
Karena nilai mata uang rupiah turun, harga bahan-bahan atau barang industri yang dipasok dari luar negeri akan naik, biaya produksi bertambah maka terpaksa harga barang yang dijual juga harus tinggi. Akibatnya daya beli masyarakat berkurang dan penjual merugi. Terlepas dari siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atas fluktuasi nilai tukar rupiah.
Sebagai identitas bangsa, nilai tukar mata uang negara tidak boleh labil. Karena implikasinya sangat luas, menyangkut harkat dan martabat bangsa. Perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai tukar mata uangnya. Ketika mata uang suatu negara lemah, maka dapat dinilai negara tersebut tidak dapat bersaing dengan negara lain dalam bidang ekonomi. Jangan sampai fluktuasi mata uang mendikte perekonomian negara. Pemerintah harus lebih bersinergi.
Termasuk di antaranya permintaan dan penawaran mata uang dalam negeri maupun mata uang asing, tingkat suku bunga yang akan memengaruhi perubahan investasi di Indonesia, inflasi, tekanan global, dan sebagainya. Tahun 2015 adalah tahun global. Pintu-pintu perbatasan telah dibuka. Akses seseorang, barang maupun jasa akan lebih mudah masuk dan keluar dari dan menuju suatu negara.
Pertukaran dan perdagangan ini mutlak melibatkan mata uang. Penggunaan uang yang tidak hati-hati akan dapat mengakibatkan inflasi. Secara definisi inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Karenanya, untuk menjaga nilai mata uang gunakanlah uang dengan bijak. Melemahnya rupiah memang tidak melulu membawa dampak negatif.
Misalnya bagi mereka para eksportir, termasuk petani yang hasil pertaniannya dapat diekspor. Melemahnya nilai tukar rupiah bukan menjadi masalah malah bisa menguntungkan, karena nilai yang dibayarkan atas barang yang diekspor bisa sangat tinggi. Namun berbeda bagi para importir, termasuk industri domestik dan pengusaha elektronik.
Karena nilai mata uang rupiah turun, harga bahan-bahan atau barang industri yang dipasok dari luar negeri akan naik, biaya produksi bertambah maka terpaksa harga barang yang dijual juga harus tinggi. Akibatnya daya beli masyarakat berkurang dan penjual merugi. Terlepas dari siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atas fluktuasi nilai tukar rupiah.
Sebagai identitas bangsa, nilai tukar mata uang negara tidak boleh labil. Karena implikasinya sangat luas, menyangkut harkat dan martabat bangsa. Perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai tukar mata uangnya. Ketika mata uang suatu negara lemah, maka dapat dinilai negara tersebut tidak dapat bersaing dengan negara lain dalam bidang ekonomi. Jangan sampai fluktuasi mata uang mendikte perekonomian negara. Pemerintah harus lebih bersinergi.
(bbg)